Disukai
0
Dilihat
1,273
Yang telah gugur akan pergi, yang masih ada akan tetap bertahan
Drama
Cerpen ini masih diperiksa oleh kurator

Kenapa sih bapak bisa meninggalkan masa lalu. Aku aja masih gak bisa meninggalkan ibu. Rasanya melupakan dan meninggalkan masa lalu adalah hal yang rumit. Tapi selama 5 tahun ini aku masih gak bisa melupakan ibu. Dan aku sering bertanya tanya tentang hal itu

Ayahku hanyalah seorang pekerja kantor. Terkadang ayahku sering dimarahi oleh atasannya. Dan sering tidak dianggap dilingkungan kantorannya.

Namun, ia selalu saja dihadapi banyak masalah. Namun, aku selalu bingung kenapa ia begitu cepat melupakan masa lalu?.

...

Terakhir kali aku melihat ibu waktu aku berumur 11 tahun. Saat itu, ia masih memiliki pekerjaan yaitu seorang pendagang kue. Ibuku sering berjualan di pertigaan.

Ia ingin berdagang disana agar selalu ramai yang ingin membeli kue tersebut.

Tapi pada suatu hari. Saat ia ingin menyebrang untuk mempersiapkan dagangannya. Ia tertabrak sebuah truck.

Saat ia dirumah sakit aku masih ingat bagaimana keadaannya. Badannya penuh dengan darahnya sendiri.

Saat keluarga telah diberi tahu jika ibuku meninggal. Hanya aku yang terdiam tidak menangis atau tidak bereaksi apa pun. Aku masih bingung pada saat itu.

...

Setiap minggu pagi, ayahku selalu mengajakku bermain badminton, terkadang aku menerimanya lalu bermain tapi terkadang juga aku selalu menolaknya. Tetapi saat ibu masih ada ayah dan ibuku selalu berolahraga di minggu pagi. Entah itu bermain badminton, jogging, atau senam pagi.

Setiap kali ayahku berolahraga sendirian, aku selalu rindu pada ibu. Atau mungkin terkadang aku suka berhalusinasi bahwa ibu ada disamping ayah untuk menemani ayah.

Saat malam seninnya ibuku selalu menceritakan bagaimana cara ayah dan ibu bertemu

...

Saat itu adalah musim hujan. Ayah sedang duduk didalam perpustakaan. Diantara rak rak yang berisi buku tebal itu, ayah duduk dengan santai sembari melihati foto foto yang baru saja ia tangkap. Ia duduk dengan sangat gagah seperti pangeran di abad 17.

Disaat itu juga ibu berada di samping ayah yang sedang duduk. Ibu sedang mencari buku yang ia perlukan. Tanpa sengaja, ibu menjatuhkan salah satu buku yang ia bawa.

“Maafkan aku... “

Suasana tiba tiba hening. Saat ibu dan ayah saling bertatapan. Jantung kami berdetak sangat kencang.

“Ah tidak apa apa. “ kata ayahmu dengan suaranya yang berat. Ibu mengambil buku yang tadi terjatuh, lalu lari menuju temannya di lorong yang lain. Ayah tersenyum.

Tapi ayah tidak diam. Ayah tau bahwa saat itu ayah sedang jatuh cinta. Apa kau tahu, setelah besoknya ayah dan ibu bertemu di kampus. Saat itu, ayah dan ibu duduk di bangku yang sama di fakultas bisnis.

Setelah kami berteman cukup lama, kami berpacaran. Lalu menjadi tunangan dan menikah. Dan menikah. Disaat hari pernikahan, rasanya kami adalah takdir. Orang lain selalu memanggil kami takdir. Karena jika dilihat kami tak pernah berpisah.

Sampai akhirnya hari itu tiba.

...

Disaat hari pemakaman ibu. Keluarga ibu sangatlah terguncang. Nenek selalu menyimpan barang yang selalu ibu gunakan. Sampai sekarang nenek masih menyimpannya. Barang itu adakah pulpen yang tak berisi tinta.

Ibu menyimpan pulpen itu dari ia bertemu dengan ayah di kampus. Saat sedang jam pelajaran ayah memberikan ibu sebuah pulpen. Aku tidak tahu kenapa ibu menyimpan pulpen yang tak berisikan tinta itu.

Sampai pada akhirnya aku menanyai kepada nenek.

“Nek, kenapa sih nenek menyimpan pulpen ini. Ini kan udah gak berisi tinta lagi?”

“Kamu tahu kan orang lain sering manggil ibu bapak dengan sebutan takdir? “

Aku menjawab dengan mengangguk.

“Nenek sering merasakan rumah sangat sepi. Jika nenek menyimpan barang rasanya ibu selalu ada disisi nenek.”

Saat malam hari ketika aku hendak ingin tidur. Aku selalu saja mengingat ibu. Maksudku, aku sangat kesal dengan ini. Ibu sudah pergi sekitar 2 tahun yang lalu. Aku bukannya membenci ibu, tapi berada di masa lalu yang hitam putih ini sangatlah tak nyaman.

Biasanya sangat malam aku tak bisa tidur. Dan ibu tahu saja aku tidak bisa tidur. Biasanya ibu selalu menceritakan bagaimana masa depanku nanti. Tapi karena saat itu aku sudah sedikit dewasa. Aku selalu menolak ibu untuk membantuku tidur.

Dan setiap malam aku selalu menangis merindukan dia.

Tapi tidak dengan ayahku. Setiap pagi ia selalu membuatkanku sarapan yang lezat dengan senyumnya yang manis. Bekerja mencari nafkah seperti biasa. Dan menjalani hidup dengan biasa.

Aku dan ayahku sangatlah berbeda. Ayahku bak matahari yang bersinar. Sementara aku seperti hujan.

Tapi, pada setiap malam hari sekitar pukul 1 malam. Ia selalu pergi ke ruang tamu. Walaupun jarang tetapi aku tidak tahu untuk apa tapi, langkah kakinya selalu terdengar dan membangunkanku.

Pada malam hari seperti biasa, aku terbangun karena langkah kaki. Aku sangat penasaran dengan apa yang dilakukan ayahku pada tengah malam yang sunyi. Aku sedikit membuka pintu lalu melihat ayahku sedang memegang foto ibu

Lalu ia berbicara.

“Woo jin telah tumbuh dewasa, tapi tetap saja ia tidak bisa melupakanmu. Ia anak yang cerdas dan tampan. Mukanya seperti orang korea. Sama sepertiku type cowomu adalah mempunyai wajah baby face bukan?. Besok aku akan memberi tahunya sesuatu? “

Memberi tahu apa? Ah sudahlah ini pasti tidak terlalu penting aku akan tidur saja.

...

Hari ini hari minggu. Aku lupa apa yang bicarakan ayahku tadi malam. Hari ini ayahku mengajakku ke curug di bandung. Sepertinya seru sudah pasti aku akan ikut.

Aku dan ayahku menaiki mobil. Untuk sampai di bandung menghabiskan waktu sekitar 3-4jam perjalanan. Tiba tiba saja ayahku mengajakku liburan. Tetapi hal yang paling kubenci adalah macet yang panjang. Untuk menghiburku, ayahku memutar lagu barat. Ia mengajakku bernyanyi didalam mobil. Melihati lirik di handphonenya.

Setelah macet tadi, akhirnya kami sampai dicurug yang kami tujui. Kami sampai sekitar jam 2 siang. Lalu bermain sekitar 2 jam. Karena sudah sore kami sepakat untuk menginap di hotel terdekat.

Malam itu aku duduk di balkon hotel. Melihati bintang dan bulan yang menyinari bumi. Ayah mendatangiku lalu berkata

“Apakah kau sudah melupakan dia? “

“Belum pak. “

“Kenapa? “

“ Bapak aja gak bisa apalagi aku

“ Hei dengerin bapak dulu. “

“ Emang gimana caranya? “

“ Mudah. “ Katanya sambil menyeruput kopi.

“ Kau tak harus melupakan masa lalu atau melewati masa lalu. Kau hanya harus mencari kebahagian yang sederhana. Jika tidak warnai hidupmu dengan orang tercinta seperti keluarga, teman, atau mungkin pacarmu. Dan ingatlah ini, yang telah gugur meminta kita untuk lebih bahagia. “

Aku dan ayah kembali melihati bintang dan bulan

TAMAT

Terimakasih telah membaca cerpen saya. Mohon jika ada kekurangan tolong diperbaiki. Dan cerpen ini terinspirasi dari film nanti kita cerita tentang hari ini

Suka
Favorit
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar
Rekomendasi dari Drama
Rekomendasi