Disukai
4
Dilihat
6,315
TUKANG GOSIP
Drama

Note : Berdasarkan kisah nyata, nama tokoh disamarkan. Cerita ini di cerita kembali, mungkin ada beberapa bagian yang berbeda dari cerita aslinya.

Setiap daerah pasti memiliki satu orang dari sekian banyak orang yang menjadi TUKANG GOSIP. Menjadi yang teraktual, terakurat, terdepan diantara yang lain. Bahkan berita dari stasiun Tv akan kalah cepat dari Tukang Gosip jika menyangkut daerah tempat tinggalnya. Tukang Gosip akan memberikan informasi-informasi yang kadang tidak kita butuhkan namun tetap membuat kita penasaran. Tukang Gosip akan memberikan sejumlah informasi terkini dari daerah kalian, yang kalian inginkan dengan Gratis tanpa di pungut biaya.

 

Kalian membutuhkan informasi :

Berita tukang selingkuh dari mbak C ? maka dia akan menyampaikannya secara rinci.

Kalian penasaran dengan tetangga blok B tekdung (hamil di luar nikah) ? dia akan memberitaumu hasil temuannya.

Kalian ingin tau kronologis dari bapak nak S yang kabur kemarin malam ? dia akan menceritakan sedetail mungkin, sampai ke akarnya.

Berita pencurian kemarin di tukang gas abang-abang ? dia solusinya.

Segala informasi terkini, di ambil dari segala sumber.

Hubungi Kang Gosip di daerah mu.

 

Siapa sih yang tidak kesal menjadi bahan gosip. Di beritakan di seluruh daerah bahkan kadang bisa pindah daerah, seperti bus saja. Tapi walaupun begitu kita juga senang mendengar gosip orang lain. menjadi penghiburan tersendiri, palagi kalau kita kenal orangnya.

Salah satu tetanggaku bernama Mak Lish. MaK Lish sudah kami anggap sebagai pembawa berita. Umurnya kini sudah mencapai 60, dari gadis dia sudah menjadi Tukang gosip yang terkenal. Namanya semakin di kenalan lantaran dia sering berjalan-jalan kerumah warga. Mak Lish berkerja sebagai pencuci baju untuk beberapa keluarga. Rumahnya berada di tepian sungai, sehingga airnya yang di gunakannya melimpah. Metode pencucian masih mengunakan cara tradisional dengan menyikat dan memukul baju.

Saat Mak Lish mengantar beberapa pakaian kerumah para majikan, dia akan mendengarkan keluh kesah mereka.

“Mak lish… suamiku marah karena aku membeli baju baru, padahal bajuku udah sobek,” ucap salah satu majikannya dengan lesuh

“BIAR AJA DIA MARAH, YANG KERJA KAMU BUKAN DIA, MASAK MAU BELI BAJU AJA NGAK BOLEH. UANG, UANG KAMU BUKAN DIA. JANGAN BODOH, MAU DI PERALAT TERUS, KALAU AKU JADI KAMU DAH KU TINGGAL SUAMI NGAK BERGUNA GITU,” ucap Mak Lish lantang.

Mak Lish memiliki pendengaran yang kurang bagus, sehingga saat berbicara dia terbiasa mengunakan suara keras. Orang-orang yang tidak mengenal Mak Lish akan berpikir dia sedang marah. Tapi anehnya saat bergosip dan di jelekkan dia bisa mendengar dengan jelas. Karena reaksinya yang menarik orang-orang senang bercerita padanya.

“Ngak bisa aku tinggal mak, hiks… ku dah cinta,” ucapnya sedih.

“CINTA MAKAN TU CINTA, KAU PIKIR BISA BUAT KAU BAYAR SEKOLAH ANAK KAU, BISA BIKIN KAU KENYANG. YANG ADA KAU SENgSARA, JANGAN JADI ORANG BEGO DEH, LIHAT AKU KERJA BANTING TULANG GINI, KAU MASIH MUDA, MASIH BANYAK YANG MAU WALAUPUN KAU JANDA. MUKA KAU PUN CANTEK. AKU UDAH PENYOT, UDAH MIRIP NENEK LAMPIR, MANA ADA YANG MAU. KU KASIK TAU YA CINTA BOLEH TAPI JANGAN CACAT. CACAT OTAK DAN LOGIKA,” Ucap Mak Lish mengebu dengan suara semakin meninggi.

Majikannya hanya tertunduk lesu mendengar perkataan Mak Lish. Walaupun wanita di depannya adalah majikannya, Mak Lish usianya jauh di atas para majikannya, oleh sebab itu dia berani berbicara dengan kasar kepada mereka.

Melihat majikannya yang terdiam. Mak Lish mencoba menghiburnya.

“Ku tau ngak mudah melepaskan cinta, tapi kamu harus mikir, cinta ini tu sakitin diri kamu ngak. Kamunya siap ngak diginikan terus. Bukan sekali aku dengar suamimu marah-marah. Dia marah kamu tu mirip marah sama binatang. Binatang aja butuh di beri kasih sayang apalagi kamu. Tapi semua serah sama kamu. Kalau pun mau bertahan, ngomong baik-baik sama dia, kasik perngertian. Kalau ngak BISA YA JANGAN MAU, BODOH NAMANYA. KAU TU JADI SEPERTI SAPI PERAS BUAT HASILIN DUIT TAU NGAK!”

Suara lantang Mak lish membuat majikannya terkejut. intonasi dirinya yang berubah selalu membuat dirinya tidak terbiasa.

“Makasih ya Mak, aku ngak tega sama dua anakku kalau cerai. Hatiku jadi lega cerita ke emak,” ucap majikannya dengan senyum.

Esoknya berita itu pun menyebar seisi kompleks. Majikannya sudah terbiasa. Dia tau jika bercerita pada Mak Lish maka akan jadi buah bibir, namun begitu, majikannya butuh tempat untuk di dengarkan. Walaupun seisi kompleks membicarakannya, warga disana berusaha menjaga mulut agar tidak sampai ketelinga anak-anak dan suaminya.

 

***

Mak Lish mengatarkan pakaian kepada majikannya yang lain. sesampainya di halaman depan, Mak Lish kegirangan. Beberapa anak laki-laki dan perempuan sedang bermain kelereng di depan rumah mereka. melihat kedatangan Mak Lish, keduanya segera berdiri dan berusaha berlari ke dalam rumah.

Tinggal selangkah lagi gadis perempuan berambut pendek itu akan sampai di dalam rumah, sebuah tangan menarik lengannya. Gadis itu menoleh mendapati muka Mak Lish yang menyeramkan. Mak Lish tersenyum lebar, mata melotot bersamangat menatap dirinya. Bulu kuduk gadis itu meremang, seketika dia menangis menjerit ketakutan. Mak Lish bukannya melepaskannya malah mengendong gadis itu masuk kedalam rumah.

Di dalam rumah mak Lish memangku gadis kecil yang masih menangis.

“Aduh canteknya amoy ini… udah besar dia, aduh… aduh… canteknya,” ucap Mak Lish sembari mencolek pipinya.

Gadis kecil itu meronta, berusaha melarikan diri namun segera di cegah oleh Mak lish sembari terus mencolek-colek pipinya. Majikan mak Lish yang berusia sekitar empat puluh tahun. datang membawa secangkir kopi, yang di letakan di hadapan Mak Lish. Mak Lish melepaskan genggaman gadis itu meraih kopi, secepat kilat gadis di pangkuannya melarikan diri. Anak gadis itu menangis dengan histeri melarikan diri. Ibunya hanya bisa tertawa melihat tingkah anaknya yang sudah biasa ketakutan pada Mak Lish.

Mak lish menyeruput kopi hitam yang disediakan, tatapan matanya bertemu dengan seorang bocah laki-laki yang sedari tadi memperhatikan dirinya. Mak Lish tersenyum sambil berkata “uh… udah mau bujang, gantengnya.” Anak laki-laki itu segera berlari ketakutan. Mak Lish sangat menyukai anak-anak tapi setiap melihat Mak Lish anak-anak akan sangat ketakutan.

“Mak lish ini uang bulan ini, baju kotornya nanti di bawakan anakku nanti sore,” ucap majikannya, menyodorkan uang tiga ratus rupiah.

“Makasih mak amoy, anak cewek kau yang gadis itu ya yang udah masuk SMA? Cantek dia.”

“Ia mak udah masuk SMK,”

“Ambil jurusan apa?”

“Jurusan komputer Mak”

“Oh, oh bagus itu, jangan kayak orang jaman dulu, cewek tu harus pintar jangan mau di bodohin suami, kalau ada yang bilang cewek ngak perlu pendidikan itu pemikiran kuno bahasa sekarang kolot. Sekarang cewek harus lebih unggul dari cowok”

“Ia mak kita juga harus ngehargai suami.”

“SUAMI YANG BAIK MEMANG HARUS DI HARGAI, KALAU DAPAT YANG KURANG AJAR, KITA JADI ISTRI JANGAN MAU DI JATUHI. ISTRI WAJIB MENGHORMATI SUAMI YANG PANTAS DI HORMATI, SEMUA JUGA WAJIB MENGHORMATI ISTRI. ADA PEPATAH BILANG SURGA DI TELAPAK KAKI IBU, REJEKI DI DAPAT DARI ISTRI. SEBAGAI SUAMI WAJIB MEMBERI TANGGUNGAN PADA ISTRI AGAR REJEKI MENGALIR TANPA HENTI. JANGAN JADIKAN ISTRI BUDAK JANGAN BUAT ISTRI SENGSARA, KARENA DOA ISTRI DAN IBU ITU PALING MANJUR.”

“Benar mak, intinya saling menghormati dan menghargai.”

“BETUL SEKALI! ngak ada lagi istilah jaman, suami di atas istri, sekarang itu sama. Istri juga bisa cari nafkah. KU KASIK TAU YA, KITA SEBAGAI WANITA JUGA TIDAK BOLEH BERGANTUNG SAMA ORANG LAIN. KITA MUSTI CARI UANG UNTUK DIRI SENDIRI. KAYAK SIH ANU, ‘MAK AKU NGAK ADA KEAHLIAN MAK’ ALA… ITU DIA MALAS, PADAHAL CARI KERJA BAH BANYAK, CUCI PIRING BISA, CUCI BAJU KAYAK BISA, BUKAN NGAK BISA GENGSI, SEKARANG SUAMI DAH LARI SAMA CEWEK LAIN, ANAK-ANAK UDAH NIKAH UDAH NGAK PERDULI, AKHIRNYA APA… MATI KELAPARAN, MAKAN TU GENGSI BISA BIKIN KENYANG”

Majikan Mak Lish tertawa mendengar nada suara Mak Lish yang unik. Mak Lish suka berbicara secara blak-blakan dan tegas, walaupun kasar pada kenyataan di bicarakannya adalah hal yang masuk akal. Anak gadis majikannya pulang dari sekolah, tersenyum pada Mak Lish. Melihat gadis itu Mak Lish berkata Pada gadis itu.

“UIII… CANTEKNYA ANAK GADIS, KU KASIK TAU YA SEKOLAH YANG BENAR, CARI DUIT YANG BANYAK, BANGGAKAN ORANG TUAMU, KALAU BISA PUTAR WAKTU AKU PUN MAU KERJA YANG BENAR, BIAR ANAK-ANAK KU HIDUP ENAK. KALAU CARI SUAMI JANGAN YANG KAYA, JANGAN KAYAK SIH LASTI PERCUMA SUAMI KAYA, PELIT, GALAK, APA-APA TAK BOLEH, BAGUS KAU CARI SUAMI YANG PENGERTIAN, SAYANG SAMA KAU, YANG PENTING MAU KERJA, JANGAN CARI LAKI-LAKI PENGGURAN PULA HIDUP SENGSARA. HAHAHAHAHA.”

Gadis itu hanya tertawa kecil, mengganguk dan memasuki kamar.

“Uh… canteknya, kau jaga anak kau baik-baik, pergaulan bebas banyak sekarang. Beruntung kau dapat laki baik, sangat kau, gajinya besar, anak kau pun cantik-cantik dan ganteng-ganteng. Hidup kau nyaman kali” ucap Mak Lish menyanjung majikannya.

“Ia Mak makasih,” ucap majikannya tersenyum.

“eh… aku boleh minta tambah 50rb lagi ngak, 50rb jak, potong gajiku bulan depan ya. Boleh ya boleh ya,” Rayu Mak Lish dengan nada lembut.

Majikannya tersenyum kecut. Memalingkan wajah dan menghela nafas.

 

***

Mak Lish berjalan-jalan sore setelah mengantar pakaian kering. Mak Lish melewati warung kecil. sebuah teriakan terdengar/

“MAK LISH,” Teriak seorang ibu-ibur dengan daster kuning.

Mak Lish tidak mendengar, dia terus saja berjalan-jalan melewati warung kecil itu.

“Hadeh.. budek satu ini.” ucap ibu daster kuning menghela nafas. Ibu-ibu di samping tertawa.

“MAAAAKKKKK LISSSHHH!”  Teriak keempat ibu-ibu di warung berbarengan.

Mak Lish menoleh kebelakang, menatap mereka dan tersenyum.

“Haha,” tawa khasnya.

“DUDUK SINI MAK, MAKAN BAKWAN,” Ajak ibu dengan kerudung coklat.

Mak Lish menyanggupi. Dia duduk di dekat mereka, sambil mengambil bakwan yang di sodorkan. Ibu berbaju merah mulai berbicara “Mak ada dengar ngak gosip pak jumailah kabur semalam sama bininya? Tau ngak kenapa.”

“Hooh kenapa tu?” tanya ibu daster kuning. Ibu kerudung coklat hanya mengangguk pelan.

Mak Lish sedang berusaha mengunyah makanan, giginya sudah tidak begitu bagus, jadi butuh waktu untuk mengunyah. Ketiga ibu-ibu itu menunggu penasaran. Ibu warung yang sedang membuat minum kepada bocil juga ikut penasaran, menajamkan telinganya.

Setelah selesai mengunyah, Mak Lish berkata “Itu…KU DENGAR SEMALAM DARI TETANGGANYA, ADA SUARA KAN MALAM-MALAM, GRASAK GRUSUK, DI PIKIR DIA ADA APA NGINTIP DARI JENDELA, TAunya… pak jumailah,bawa barang sama koper kedalam mobil, bareng anak-anaknya dan bininya. Eh besoknya….”

Ketiga ibu-ibu menatap penasaran, ibu penjaga warung sekarang sudah duduk di samping mereka mendengarkan seksama.

“Besoknya yang tinggal depan rumah mereka, sih mak ci, kesana, ambil barang-barang rumah yang di tinggal mereka.SOFANYA TU LOH…. BAGUS…. BARU BELI, KAYAK YANG DI RUMAH ORANG KAYA ITU YANG BAHANNYA LEMBUT BANGET ADA MOTIF-MOTIF ITU.” lanjut Mak Lish.

“Lah kok bisa?” ucap ibu kerudung coklat.

“Pintunya ngak di kunci emangnya?” di lanjutkan ibu baju merah.

“APA?!” teriak Mak Lish tidak mendengarkan.

“Hadeh… “ jawab mereka berbarengan sambil menghela nafas.

“KOK BISA DI AMBIL BARANGNYA, NGAK DI KUNCIKAH?, NGAK DI BAWA KAH BARANGNYA?” teriak ibu berbaju kuning.

“OWHH… ITU PINTUNYA DI DOBRAK, BARANGNYA DI AMBIL SAMA ORANG-ORANG SANA. KAN BURU-BURU NGAK DI BAWA LAH,” Jawab Mak Lish.

“ITUKAN BUKAN BARANG MEREKA KENAPA DI AMBIL?” tanya ibu kerudung coklat.

“JADI ISTRINYA AMBIL UANG ARISAN, JADI TETANGGA KOMPLEKS AMBIL BARANG MEREKA, ORANGNYA UDAH KABUR MAU NAGIH KEMANA, TERUS KU DENGAR SUAMINYA HUTANG SAMA RENTENIR MAU DI LABRAK ORANG.”

“LAH KAN BUKANNYA MEREKA ORANG KAYA YA KOK BISA HUTANG?” tanya daster kuning.

“KALAU ITU NGAK TAU, TAPI KU DENGAR DIA HUTANG BANYAK ORANG, BARANG YANG DI BAWA PUN SEADANYA, LAGI DI CARI ORANG DIMANA-MANA,” sambil memasukan bakwan kemulutnya.

“Kasihan ya, mungkin kepepet kali.” Ucap ibu berkerudung coklat.

“MAKANYA KU KASIK TAU, JANGAN SEKALI KALI HUTANG SAMA RENTENIR, BUNGANYA BESAR, YANG ADA SENGSARA, KALAU BISA USAHA CARI DUIT, BAIK SAMA ORANG, NANTI ADA BUTUH ADA YANG BANTU, UDAH KAYA, PELIT, NGAK MAU SOSIALISASI, NAH JADINYA SUSAH NGAK ADA ORANG BANTU. ADA PEPATAH MENGATAKAN,

TANAMANLAH BIBIT POHON, RAWATLAH POHON ITU DENGAN KEBAIKAN MAKA KAMU AKAN MENUAI BUAHNYA.

ARTINYA BERILAH SEDIKIT KEBAIKAN, KAMU AKAN MENDAPATKAN LEBIH BANYAK KEBAIKAN DI MASA MEDATANG.”

***

“MAK LISH… HUWAA MACAM MANA AKU MAK, BAGUS KU MATI JAK, NGAPA HIDUPKU SENGSARA BENAR,” Tangis suara majikan Mak lish yang berusia tiga puluhan.

“Sabar… Nong,” Mak Lish mencoba menenangkan.

“Ngak bisa sabar aku mak, tanah dah ku jual, emas udah habis, malu aku mak MALU, hiks…”

Mak Lish yang biasanya tegas berbicara kali ini mencoba lebih lembut.

“Kadang hidup ngak sejalan dengan yang kita harapkan, lebih banyak sengsara daripada bahagia, tapi aku selalu berdoa, aku belum mau mati, masih banyak yang pengen aku lakukan, aku masih mau nikmati hidup. Sesulit apapun jangan berdoa kematian, jangan berpikiran untuk mengakhiri hidup, kematian tidak merubah apapun, yang ada kita di siksa di alam kubur karena berdosa membunuh diri.”

“Tapi rasanya berat dan malu mak, anak gadis yang aku rawat dengan keringat dan air mataku, malah membuat aku malu, aku sudah memberikan dia segalanya, berharap dia mengubah hidup orang tuanya yang berkerja jadi kuli, di rendahkan orang-orang, bisa jadi orang sukses, tapi malah di hamilin orang, siapa yang ngak malu mak, biar orang bilang orang tuanya tidak berpendidikan, ngak apa asal anaknya bisa jadi orang sukses bukan jadi sukses dalam beranak pinak,” ucap majikan dengan penuh emosi.

Majikannnya melanjutkan “Bagus aku mati, harapan ku satu-satunya hancur, abangnya saja bukan meringankan beban malah jadi beban, udah nikah tapi masih malas cari kerja. Sial banget nasibku mak, suamiku pun cepat banget ninggalin kami, aku yang kerja banting tulang, ngak ada yang peduli aku, huwaaa…. Sial banget nasibku.”

Mak Lish hanya diam, mendengarkan keluhan dari majikannya. Membiarkan majikannya merasa tenang. setelah majikannya tenang, Mak Lish mencoba berbicara.

“Keberuntungan sejati adalah kita yang berhasil menghadapi yang buruk. tidak ada yang lansung mendapatkan keberuntungan, tanpa melewati kesialan. Tidak ada yang nasibnya selalu buruk, hanya saja itu cobaan yang datang sebelum kita mendapatkan bunga kebahagiaan,” ucap Mak Lish mencoba menenangkan.

Majikannya hanya diam. Majikannya hanyalah seorang ibu yang berkerja sebagai pedangan makanan keliling, menjual roti dan lauk pauk sederhana ke rumah-rumah, dia memiliki dua orang anak. Suaminya sudah meninggal beberapa tahun lalu meninggalkan warisan petak tanah kecil di kampungnya. Demi pendidikan putri sulung yang di harapkan untuk merubah nasibnya malah berakibat menjadi seorang ibu muda yang masih duduk di bangku SMA.

Majikannya tertunduk lesu, tanpa berbicara.

Mak Lish melanjutkan, “Nong… Jangan terlalu menyalahkan dirimu, dan ingat jangan mengharapkan apapun pada anakmu, jangan mengantung masa depan dirimu pada anak-anakmu, siapa yang tidak ingin anaknya sukses. Semua orang tua ingin anaknya sukses, tapi jalan yang mereka hadapi, bagaimanapun di tangan mereka, kendali sepenuhnya ada di tangan mereka, walaupun kamu mengarahkan kejalan lain, tetap tidak mungkin akan berakhir pada kemauanmu. Anaknmu memang salah, tapi sekarang kita tidak bisa kembali ke masa lalu, jika kamu membunuh anakmu apa ada yang berubah, jika kamu membunuh dirimu sendiri apa ada yang berubah, tidak ada. yang bisa kamu lalukan sekarang tetap tegar menghadapi ini, nasi sudah menjadi bubur, tapi bubur itu masih bisa kamu beri rasa dengan sayuran serta bumbu lain, agar tetap masih bisa di nikmati. Kamu wanita hebat aku tau itu.”

Majikannya menangis dengan kencang, rasanya perasaan dia masih sakit, tapi dia merasa tidak begitu kesepian. Mak Lish memeluk majikannya sembari berkata “Semuanya belum berakhir, anakmu sebentar lagi lulus, dia masih bisa bersekolah, rasa malu memang ada tapi tidak ada aturan dia tidak boleh menyelesaikan pendidikannya. Dia bisa lulus, memjadi seorang ibu, sembari mencari perkerjaan yang baik, atau membantumu, kalian bisa menabung membeli tanah, waktu masih terus berjalan, selama masih hidup banyak hal yang bisa kita lakukan, jadi janganlah menyerah.”

Suara tangis pecah bersama dengan kicauan burung terbang ke angkasa.  

 

 

 

 

***

Ini adalah awal kisah dari seorang tukang gosip, bernama Mak Lish beberapa tahun lalu. Suaminya adalah seorang pendayung sampan yang sering membawa para penumpang untuk menyebarang, dulu akses di tempat tinggal mereka masih susah di lewati. Jalan-jalan masih berupa hutan dan tanah yang sulit untuk di lewati, perahu ialah artenatif tercepat untuk sampai ke seberang sungai. Selain sebagai pendayung perahu, suaminya juga sering membantu mengemudikan kapal besar pengakut batang pohon.

Kehidupan mereka lumayan berkecukupan, mereka tidak kekurangan apapun. Mak Lish juga memiliki sebidang tanah, memiliki beberapa perhiasan. Dia memiliki 4 orang anak, dia hanya memiliki seorang anak gadis di urutan anak kedua. Anak ketiganya meninggal karena sakit, anak bungsunya, masih bersekolah dasar.

Mak Lish hidup dengan bahagia, dia melewati masa mudanya untuk menikah tanpa berkerja. Bagi orang-orang jaman dulu, menikah muda adalah hal yang wajar, sedangkan orang yang belum menikah walaupun sudah mencapai akil balik adalah hal yang memalukan. Bagi orang tua dulu, anak laki-laki lebih di utamakan dari segala sisi, bahkan di saat sekarang masih banyak mempercayai hal itu. Walaupun begitu Mak Lish tetap menyanyangi anak gadisnya.

Mak Lish senang membantu banyak orang, jika mendengar keluarga dan orang-orang di sekitarnya kesusahan, mak Lish akan membantu dan menjual perhiasannya. Mak Lish juga sangat menyayangi anak bungsunya, bagi dirinya pendidikan anak bungsunya sangat penting. Demi pendidikan putra bungsunya dia menjual segala perhiasan yang tersisa setelah membantu banyak orang, mengadai tanah-tanah mereka, bahkan membantu suaminya mencari tambahan uang dengan memulai sebagai tukang baju untuk orang-orang yang dulu di bantunya.

Seperti yang kita tau, jalan kehidupan tidak selalu mulus. Sebuah kecelakaan membuat kaki suaminya terluka parah, hingga di larikan kerumah sakit. Kemungkinan terburuk kakinya menjadi lumpuh, tapi dengan ketekunan dan kepercayaan Mak lish, suaminya bisa sembuh tanpa menyebabkan kelumpuhan. Namun kakinya tidak seperti dulu, kakinya meninggalkan bekas, dia tidak bisa lagi berlama-lama terkena air, dia juga tidak bisa mulai berkerja seperti biasa, karena nyeri akan datang jika dia memaksa. Tapi demi kehidupan mereka, suaminya tetap menjadi pendayung, namun jaman berubah, keadaan jalan semakin baik, semakin sedikit orang yang membutuhkan jasanya.

Mak Lish tidak ingin menyerah, dia terus berusaha membujuk orang-orang memberikan perkerjaan mencuci. Berkat kebaikan hati Mak Lish, tetangga, keluarga serta orang-orang yang di tolongnya dahulu memberikan dia perkerjaan. Demi kepercayaan para majikannya dia tidak membeli mesin cuci yang menurutnya tidak sebersih mencuci tangan. Karena sebab itu dia terus mencuci dengan cara manual.

Setiap jam tiga subuh Mak Lish akan bangun, mencuci pakaian dari lima keluarga sekaligus yang menumpuk. Setelah matahari bersinar dia akan menjemur pakaian mereka, mempersiapkan kebutuhan anaknya. Menyiapkan sarapan untuk orang rumah, menyiapkan telur ayam kampong yang pada saat itu sangat mahal harganya untuk putra bungsunya. Dari ajaran leluhurnya telur ayam kampong dapat membantu pikiran lebih jernis, dapat meningkatkan konstrasi, dan baik untuk perkembangan otak.

Anak pertamanya sudah menikah, anak pertamanya sudah menjadi kepala keluarga, dia tidak bisa membantu Mak Lish karena kehidupan ekonomi yang sulit. Anak gadisnya juga sudah lulus sekolah, dia tidak berkerja namun membantu perkerjaan rumah. Anak bungsunya tidak mengecewakannya. Melihat perjuangan ibunya, dia belajar dengan giat, selalu mendapatkan juara Satu. Dia juga mendapatkan biasiswa dari sekolah dasar, hingga ke perguruan kedokteran. Walaupun mendapatkan beasiswa, masih banyak pengeluaran yang harus di keluarkan, sebab itu Mak Lish tetap berkerja keras. Terkadang dia harus menurunkan ego dengan meminjam uang pada orang-orang. Menahan cemooh dari banyak orang. Tapi tekad keras Mak Lish tidak tergoyahkan untuk memperjuangkan hidupnya dan keluarganya.

Hingga kini anaknya telah menjadi seorang dokter terkemuka, mendapatkan banyak apresiasi. Anaknya juga sering membawakan makanan, memberikan uang pada dirinya. Putra bungsunya meminta ibunya untuk berhenti namun Mak Lish menolak.

“Jika seseorang bekerja hanya sebatas kebutuhannya, dia seorang budak. Jika seseorang bekerja melebihi kebutuhannya, dia seorang yang bebas. Begitulah menuruk pepatah kuno, ibu tidak ingin berhenti berkerja, rasanya aneh jika tidak melakukan sesuatu.”

Bagi dirinya mendapat hasil dari perkerjanya sangat menyenangkan. Tidak ada beban dalam perkerjaan malah dia menikmatinya. Mak Lish senang mengantar pakaian berbicara dengan para majikannya, terkadang di pergi kerumah-rumah orang-orang yang di kenalnya, berbagi cerita dan pengalaman. Selama waktu berjalan Mak Lish menjadi tukang gosip. Dia tanpa sadar membicarakan tentang orang lain menjadi kebiasaan, tapi di balik sifatnya banyak yang menghormatinya. Kerja keras Mak Lish, kebaikan hatinya, kepedulian dirinya, bahkan kata-kata kasarnya menjadi pengalaman berharga yang di kenal banyak orang.

Mak Lish bukan hanya seorang tukang gosip biasa dia adalah karyawan penyejuk hati, bagi para majikannya. Dia sosok nyata dari perjuangan hidup. Kini putri kesayangannya meninggal dunia, walaupun hidup dalam kesedihan Mak Lish tetap berusaha untuk bersemangat. Kini kakinya juga sudah tidak seperti dulu karena terjatuh saat berjalan, namun Mak Lish tetap suka berjalan-jalan berbagi cerita dan mendengarkan cerita.

Masih banyak kisah dari para majikannya, yang belum di ungkapkan, tapi sebagian mungkin akan sampai ketelinga kalian.

Jika kalian butuh tempat bicara, kalian bisa mencarinya, tapi bersiaplah menjadi buah bibir banyak orang.

Suka
Favorit
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
(っ´▽`)っ♥
Rekomendasi dari Drama
Rekomendasi