Disukai
0
Dilihat
149
Tidak Mengenal Usia
Religi
Cerpen ini masih diperiksa oleh kurator

"Nek, kake pergi ke masjid dulu, sudah waktunya azan magrib." Ucap kakek pamit waktu itu.

Namun tidak seperti biasanya, ia mendengar suara istrinya. Yang justru terdengar berusaha menahan kepergiannya itu. Kata istrinya, "Gak usah! gak ada lagi pergi ke masjid." Suara itu terkesan begitu tegas seperti suara dentuman geledek di siang hari. Membuat si kakek terkesiap mendengar suara itu. Dan menoleh ke arah istrinya, penuh heran.

Terlihat olehnya, istrinya seketika menanggalkan benang rajut beserta jarumnya. Kemudian ia beranjak dari tempat duduknya. Dan berjalan cepat menghadangnya di depan pintu.

Kakek yang masih terbelangak berdiri mematung di depan pintu itu. Ia berusaha untuk tetap pergi dan mencoba meraih daun pintu. Sayangnya, istrinya lebih dulu menggamit tangannya dan menahan untuk menyentuh daun pintu itu.

"Gak usah pergi!" Tegur istrinya bernada tinggi.

Kakek yang merasa niat baiknya telah ternodai kemudia ia mencoba memberontak atas sikap istrinya.

"Nenek kenapa? Kakek harus azan nek. Ini kewajiban kakek. Sebenatar lagi sudah waktunya shalat maghrib ini." Kakek suaminya memberi pengertian.

Namun istrinya kekeh dengan pendiriannya seolah ia mempunyai alasan lain untuk melarangnya pergi ke masjid.

"Mulai detik ini. Biarin si Sadili yang azan. Gak usah pergi lagi ke masjid. Gak usah!" Istrinya masih dengan nada tingginya, melang pergi.

Kake...

Baca cerita ini lebih lanjut?
Rp50.000
Suka
Favorit
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)
Rekomendasi dari Religi
Rekomendasi