Berawal dari seorang pemuda yang bernama Syafei. Kini dia tinggal di negeri onta yang terletak di Arab Saudi, bahkan ia pernah tinggal di Indonesia.
Syafei pemuda yang sangat cerdas dalam menekuni ilmu keagamaan, bahkan ia sosok lelaki yang sangat ramah dan baik kepada sesama.
Syafei mengejar studinya di Arab Saudi yang kebetulan memang asli penduduk sana, pada suatu ketika Syafei sedang santai di waktu senggang.
Ia memposting seluruh nasihat-nasihat yang baik serta bermanfaat untuk orang lain, terkadang pula dia memposting keluh kesah dirinya.
Suatu ketika ada seorang perempuan yang mengirimi pesan kepadanya, Syafei tidak mengenali perempuan tersebut. Bahkan dia merasa heran, bagaimana perempuan yang mengirimkan pesan kepadanya bisa mengetahui dirinya.
"Assalamualaikum ... Konfirmasi pertemanan ane," pesan perempuan itu.
"Waalaikumussalam," respon Syafei.
"Syukron Jazakallahu khairan sayyid," balasnya.
Syafei hanya membaca pesan tanpa membalas, dia sangat sibuk dalam mengejar studinya.
Sosok Syafei merupakan keturunan dari kalangan keluarga terhormat yang nasabnya menyambung dengan Nabi Muhammad Saw.
Keluarga besarnya, sosok orang besar yang sangat di hormati di negara Arab Saudi bahkan di Indonesia. Namun, Syafei tetap rendah hati. Dia tidak sombong di hadapan orang lain karena nasab.
Syafei mengetahui tentang hal itu, dia menjaga nasabnya agar tidak tercemar buruk. Syafei sangat berhati-hati dalam menjaga perasaan orang lain, agar orang lain tidak sakit hati karenanya.
Di saat itu Syafei, silaturahmi ke rumah saudaranya. Di sana ia membantu membuat roti ala Arab Saudi.
Syafei sangat senang dan bahagia seraya berkata, "Kue yang akan di buat sepertinya lezat."
"Tentu saja ... Tolong bantu aku membuat kue kesukaanmu ini," pinta sepupunya.
Di saat itu, Syafei di suruh istirahat dan menunggu sampai kue matang dan siap saji.
"Sudah kamu istirahat saja sekarang ... Biar aku buatkan kuenya," saran sepupunya itu.
Syafei menjawab, "Baiklah."
Syafei duduk di sofa sekaligus menunggu kue matang, dia jalan kaki berkeliling halaman rumah bersama saudaranya yang lain. Syafei menikmati kebersamaan dengan saudara sepupunya, dia merasa tentram dan tenang.
"Wah di sekitar sini sejuk sekali cuacanya ... Akan tetapi mengapa sangat sepi tak seperti biasanya," ucap Syafei.
Salah satu saudaranya yang berada di samping Syafei menjawab, "Jelas saja ... Mungkin mereka sibuk dengan urusan masing-masing nanti juga ramai kembali."
"Oh seperti itu ... Lebih baik kita ke rumah saja karena sudah cukup lama kita berjalan-jalan ... Siapa tahu kue sudah matang," ajak Syafei.
Syafei dan saudaranya kembali berjalan dan menuju ke rumah sepupunya. Di saat sudah sampai rumah, Syafei berjalan ke dapur.
Di dapur, kue sudah matang dan sudah di siapkan di atas piring.
"Syafei ... Tolong siapkan kue ini di ruang tamu ... Jika kamu ingin kuenya ambil saja," pinta sepupunya.
Syafei mengantarkan kue yang berada di piring, ke ruang tamu. Syafei mengambil satu kue dan memakannya, kemudian ia duduk di sofa dengan bersantai bersama saudara sepupunya yang lain.
Dia berkumpul bersama dengan para sepupu, canda dan tawa serta obrolan hangat bahkan nasihat semuanya ada di dalam perkumpulan tersebut.
Setelah itu, Syafei pamit untuk pulang ke rumah. Kebetulan saja, jarak antara rumah Syafei dengan saudara-saudara sepupunya lumayan jauh dengan tempat tinggal Syafei bersama keluarga besarnya.
Syafei berjalan kaki sekaligus di antarkan oleh sepupu-sepupunya sampai rumah. Akan tetapi, Syafei ingin mengajak saudara sepupunya itu untuk menikmati sunset yang terletak di gunung sahara.
Mereka setuju dengan usulan Syafei, sebelum sampai ke rumah. Syafei bersama saudara sepupu pergi ke gunung sahara yang jaraknya lumayan dekat dengan rumah Syafei.
Di sana Syafei dengan yang lain, menikmati pemandangan sunset yang begitu indah. Matahari perlahan-lahan terbenam, mereka semua yang ada di sana menyaksikan pemandangan tersebut.
Setelah matahari sudah terbenam, Syafei dan saudara sepupunya yang lain berjalan kembali menuju rumah Syafei.
Sesampainya di rumah, Syafei mempersilakan sepupunya masuk dan beristirahat di dalam rumahnya. Di sana, mereka semua menikmati kebersamaan. Bahkan sepupu yang sudah mengantarkan Syafei pulang, di hormati layaknya tamu.
Setelah itu, saudara-saudaranya pamit pulang.
"Saya pulang lebih awal hari ini ... Maaf Syafei saya tidak bisa berlama-lama di sini," ujar salah satu sepupunya.
Syafei menjawab, "Kalau begitu ... Aku akan mengantarkan kamu pulang sampai ke rumah dengan mengendarai mobil."
"Tidak perlu repot-repot ... Aku dengan yang lain sudah mau di jemput," ujarnya.
"Benarkah?" tanya Syafei.
"Iya ... Terima kasih banyak hidangan dan jamuannya," ucap salah satu sepupunya itu, mengucapkan terima kasih.
Syafei tersenyum menatap mereka, tiba-tiba saja ada notifikasi panggilan telepon di handphone mereka. Tak perlu berlama-lama, mereka berpamitan pulang kepada Syafei dan Ibu daripada Syafei.
Syafei dan Ibunya mempersilakan mereka pulang sekaligus mendoakannya.
Syafei menjalani kehidupannya dengan baik, banyak hal dan pelajaran yang ia dapatkan dalam hidupnya.
Suatu ketika, Syafei pernah bermimpi dengan sosok lelaki tua namun sangat berwibawa dan berkharisma. Di saat itu, Syafei mengobrol dengan lelaki yang ia jumpai di dalam mimpi.
Syafei di beri nasihat oleh sosok lelaki tersebut. Ketika Syafei bersaliman dan memegang tangan lelaki itu, Syafei merasakan jari-jari tangan begitu lembut seakan-akan tidak mempunyai tulang.
Bahkan sangat dingin, termasuk pada bagian ibu jari dari tangan lelaki yang ia temui dalam mimpi.
Syafei menyadari bahwa yang ia temui adalah sosok seorang Nabi, yakni Nabi khidir As. Syafei sangat terharu apa yang telah terjadi, dirinya semakin meningkat ketaqwaannya karena rasa syukur.
Walaupun terkadang tertatih-tatih, Syafei berusaha keras untuk melawan hawa nafsunya. Syafei sangat pandai dalam bidang ilmu keagamaan, termasuk ilmu tasawuf dan fiqih.
Namun dirinya, berusaha menutupi keilmuannya itu dengan cara yang ia pahami. Agar menghindari dari sifat penyakit hati yang berbahaya.
Syafei pernah berjualan dan berdagang, dirinya ingin merasakan pengalaman di bidang usaha yakni dengan berjualan.
Kala itu, Syafei berjualan di wilayah masjid. Kemudian, dia di tegur oleh Ayahnya. Syafei, merasa bersalah dengan apa yang ia lakukan.
Pada saat itu, Syafei tidak lagi berjualan di sekitar masjid. Dirinya mengetahui, kalau berjualan di sekitar masjid tentunya akan membuat para jemaah yang ingin melaksanakan solat tidak fokus dalam beribadah.
Kehidupan Syafei banyak sekali hikmah dan pelajaran yang baik, sehingga Syafei tumbuh menjadi sosok yang bijaksana, kuat, dan amanah.
Sering kali ujian demi ujian sudah ia lewati, bahkan dirinya sangat berguna untuk umat yang lain. Banyak sekali orang-orang tertarik dan mendekatkan diri kepada Tuhan karena postingan dakwah yang dia posting.
Selain itu, Syafei sering kali menikmati liburan ke gunung sahara bersama saudara-saudaranya ketika libur studi.
Bahkan ketika Syafei merasa jenuh, dia pergi ke padang pasir untuk melihat sunset di gunung sahara setiap sore hari di waktu senggang.