Jalanan Ibu Kota macet seperti biasa, jalur bus transjakarta selalu jadi pelarian orang-orang tidak bertanggung jawab memakai jalur yang bukan haknya, terlebih para jasa ojek online yang terkadang diburu-buru oleh penumpangnya, meskipun ada saja mereka yang sedang tidak bawa penumpang tapi tetap menerobos saat ada celah concrete barrier.
Namun, ketidakwarasan itu tidak berlaku bagi Abu, seorang lelaki berumur 28 tahun yang menaruhkan nasibnya menjadi driver di aplikasi ojek online tersebut. Kedisiplinan yang ia dapat saat 2 tahun lalu menjadi karyawan berdampak baik pada kebiasaannya, ditambah ia adalah mantan seorang paskibraka meskipun hanya tingkat kabupaten. Setidaknya ia mengerti mana sesuatu yang tidak merugikan orang lain.
Jam makan siang menjadi ajang berkumpul para driver ojek online--Paguyuban Ojol Rawa Buntu--di Warung Tegal Bahari untuk mengisi perut atau sekedar beristirahat. Beberapa ada yang sambil merokok, bercengkrama satu sama lain membahas apapun mulai dari duit sampai keluh kesah hari ini. Lahan parkir yang tidak terlalu luas mengharuskan sebagian motor terparkir di halaman Masjid Al-Ikhlas yang berada tepat di samping Warteg.
Seorang driver baru saja datang dengan tergesa, ia langsung memarkirkan motornya di halaman masjid, padahal beberapa menit sebelumnya ada salah seorang driver lain yang telah pergi dengan motornya, ia menyisakan satu lahan parkir kosong di depan warteg.
"Gak makan dulu, Abu?" Ucap seorang marbot masjid berusia 30 tahun yang sedang menyapu teras. Ia kenal betul pada driver yang memiliki penampilan mencolok ini, berbeda dengan driver lain. Saat menurunkan satu kaki dari motor saja ia sudah tahu kalau driver ini adalah Abu. Padahal Abu sama sekali belum membuka helm.
"Mau sholat dulu, Bang." Ucap Abu sambil menaruh helm di spion.
Setelah selesai sholat, Abu terlihat menengadahkan kedua tangannya khusyuk berdoa. Sesekali ia menyeka air matanya, entah doa apa yang ia panjatkan. Sejauh ini hanya Abu dan Tuhan yang tahu. Beberapa menit setelah semua rangkaian peribadatan yang ia lakukan, akhirnya ia beranjak dari karpet turki merah bermotif bintik dan bunga yang ia duduki, tangannya merogoh tas pinggang yang sedikit terbuka, dikeluarkannya sesuatu yang tergenggam rapat, ia berjalan menuju pintu keluar, sejenak ia berhenti pada kotak amal berbentuk kubus berukuran 30x30x40 senti dekat pintu dan memasukkan sesuatu yang ia genggam tadi secara tertutup menggunakan kedua tangannya. Marbot masjid yang sedang mengepel lantai teras hanya tersenyum melihat kejadian itu, pasalnya kotak amal tersebut terbuat dari kaca bening. Abu melangkah jinjit dengan hati-hati pada lantai yang terlihat kering.
"Gak apa-apa, Abu, injak yang mana aja."
"Nanti kotor lagi, Bang."
"Kamu kan dari dalam, kakinya sudah bersih."
Abu hanya melempar senyum canggung, ia tetap merasa tidak enak pada Marbot yang sedang mengepel lantai meskipun sudah sangat sering berinteraksi dengannya.
"Langsung ke warteg nih?" Tanya marbot.
"Langsung narik kayanya, takut keburu sore." Jawab Abu sambil duduk memakai sepatuVentela buluk berwarna hitam putih. Ia membuka handphone terlihat pencet sana-sini, tak lama dari itu ada bunyi notifikasi dari aplikasi ojol miliknya.
Seteleh mengucapkan salam, Abu pergi meninggalkan halaman masjid lengkap dengan atribut drivernya : helm, buff wajah, dan jaket ojol. Padahal kalau Abu memperhatikan punggung tangannya yang sudah belang, mungkin ia akan memakai sarung tangan atau bahkan body lotion penangkal sinar UV.
Motor beat karbu 2012 berwarna putih miliknya berhenti tepat di depan gerbang SMPIT Thariq Bin Ziyad. Matanya sibuk mencari seorang perempuan bernama Uma dari banyaknya siswi yang lalu lalang keluar gerbang dan ada beberapa yang sama sibuk mencari drivernya, terlihat banyak berjajar pengendara berjaket hijau di sepanjang pinggiran jalan sekolah. Dari arah sekolah terdengar teriakan kecil seorang perempuan.
Fiiamanillah Ustadzah Humai...
Seorang siswi berseragam sekolah lengkap dengan jilbab seperut berlari kecil di samping Abu, ia hampir menyapa penumpangnya, tapi ternyata siswi itu terus berjalan pada mobil Honda CRV hitam yang berhenti di depan Abu. Mobil itu melaju setelah siswi itu masuk. Abu hendak menelpon penumpangnya khawatir ia terlalu lama menunggu.
"Dengan Pak Abu, ya?" Tanya seorang perempuan berpakaian guru setelah mengecek plat motor Abu.
"Iya betul. Mba Uma?" Abu menodong pertanyaan balik sambil melepas helm yang tergantung di depan.
"Iya, untung berhentinya depan gerbang, jadi gampang ketemunya."
"Qadarulloh, Mba."
Uma duduk menghadap samping, ia tertegun pada tulisan yang menempel di punggung Abu saat hendak menaruh tas jinjing miliknya untuk dijadikan pembatas. Kertas yang terlakban pada jaketnya itu bertulis tangan dan sangat jelas terbaca, tulisan itu berbunyi :
HARI JUMAT GRATIS
CUMA BAYAR PAKAI DOA
MOHON DOAKAN SAYA
SEMOGA SEGERA MENIKAH
Sepanjang perjalanan tak ada sepatah kata pun yang keluar dari mulut mereka sampai titik tujuan. Abu fokus pada tugasnya menyetir dan membawa penumpang dengan selamat. Uma hanya mencoba menjaga diri sebagai seorang perempuan. Setelah proses pembayaran, perempuan bermata sayu itu pergi memasuki pekarangan rumahnya.
Sore itu Abu sibuk mengejar target orderan hariannya, untungnya orderan terakhir mendekat pada titik lokasi yang akan menjadi tujuan Abu setelah maghrib, Masjid Al-Hikmah. Disana selalu menyediakan bukaan bagi orang yang sedang berpuasa, senin kemarin cukup ramai didatangi banyak jamaah yang berbuka bersama, kamis tentu tak kalah ramai. Abu bergegas menuju masjid setelah selesai mengantarkan penumpang.
Lantunan adzan yang dikumandangan muadzin terdengar lantang dari toa masjid, jamaah yang duduk melingkar sibuk menyantap takjilnya masing-masing, menunya bermacam mulai dari makanan berat sampai ringan. Ada beberapa orang yang masih sibuk mengantri bukaan di depan meja yang dijaga oleh sebagian besar ibu-ibu.
"Masa udah habis Bu? Ini masih banyak lho yang gak kebagian." Ucap seorang driver yang masih mengenakan sarung tangan. Beberapa orang dibarisan belakang hanya memperkuat protes driver itu. Seorang Ibu datang mengangkat dus yang berisi takjil tambahan, ia lalu dikerumuni oleh mereka yang belum kebagian takjil secara masif, seketika dus itu kosong tak bersisa.
Abu datang diwaktu yang kurang tepat. Adzan hampir selesai berkumandang dan takjil pun habis. Ia menyadarinya saat melihat sudah tak ada Ibu-ibu yang menjaga meja bertuliskan TAKJIL GRATIS. Untungnya masjid itu selalu menyediakan dispenser air, setidaknya Abu masih bisa berbuka puasa di masjid itu. Meskipun untuk menghilangkan rasa lapar ia harus merogoh uang pribadi yang tadinya ia hemat untuk modal nikah. Saat hendak mengambil air wudhu dan membisukan handphonenya, Abu menerima sebuah notifikasi chat whatsapp masuk dengan kontak bernama Ust.Mubin, chat itu berisi :
Assalamualaikum akh.
Ada seorang akhwat yang menerima CV antum, ba'da isya ane kirim CV akhwatnya.
Seketika pipi Abu merah merekah, jarang-jarang ia tersenyum seperti ini, sejenak ia melamun membayangkan sosok perempuan seperti apa yang telah menerima CV Taarufnya itu. Namun, iqomah tak memberinya kesempatan.
BERSAMBUNG ...
InsyaAlloh kelanjutannya di-update hari selasa :)