Wajahnya mengawan, sesaat setelah peluit kematian dibunyikan. Mantera-mantera pengasihan seperti lekat di belahan bibirnya yang kian membeku. Ia berharap hitungan detik berselang dari itu adalah miliknya.
“Mudah-mudahan Engkau beri keajaiban, Tuhan.” Semangatku turut menggelora.
“Sebentar!” Kudengar suara itu, pemiliknya mengangkat kelima jarinya ke angkasa. “Sebelum prosesi ini dituntaskan, aku ingin memberikan penghargaan terakhir untuknya.” Dua tepukan tangannya mengisyaratkan sesuatu.
Dua laki-laki bertubuh kekar, dibalut jubah hitamnya memasuki arena. Seorang lagi berpakaian compang-camping. Tubuhnya bersimbah darah. Erangan bertubi-tubi. Suasana mengerikan. Dua pasang penari berkostum aneh berputar, membuat formasi yang tak kumengerti.
“Ayah, aku mohon. Janga...