Disukai
0
Dilihat
422
rasa-rasa.
Romantis

Aku tampak membingungkan di depan cermin, dia senyum tapi hatinya entah memandang untuk siapa senyuman itu, aku ingin akal sehat ini hadir, terkadang perasaan memeluk terlalu erat sehingga aku melupakan sebuah pikiran yang penuh di atas kepalaku, tapi sesungguhnya aku akan membawa perasaan untuk apapun walaupun jika aku harus merasakan segala hal lebih detail dan terasa lebih mendalam untuk seluruh hal. Jadi, itu menciptakan pikiran terbawa dalam rasa.

Sesekali ingin akal sehat hadir, sekali jentikanpun padam rasa resah itu, seolah ada yang memanggil dan mengatakan hal ketenangan “Halooo!!! Kamu terlalu mendalami rasa yang tak ada, pikiranmu mengajakmu terus masuk kedalam rasa yang tak pernah seharusnya ada! Kamu tak seharusnya tenggelam dalam kegelisahan, bangun…”

Aku bangun, aku bangun, aku bangun, siapa yang bilang aku mengelilingi jalan di tengah hari yang panasnya sangat terik lalu berjalan tanpa sendal di atas aspal? Tak ada, hanya pikiranku saja. Aneh.

Kemudian ada yang menggeser kegelisahan, rasa gemas menarikku pada kegembiraan. Seperti kembali menjadi anak kecil yang “aku ingin es krim!” Namun dalam satu hari sudah makan es krim 3 kali, 1 kali minta pada saudara, 1 kali tumpah setengah, 1 kali tumpah semuanya, kasihan… aku ingin makan es krim semuanya sampai habis! Jadi aku ingin es krim.

Es krim, es krim, es krim, manis tapi dingin, apa coba? Manis tapi dingin, rasanya membuat kaku, tapi aku lebih suka mengunyah es krim daripada mengambil lelehan es krim lalu di telan.

Kalaupun awannya berubah jadi gelap, nanti juga terang lagi, itukan hanya luapan ekspresi dan emosional langit buat nangis, itu sih katanya. Coba lihat mendung yang lalu hujan. Mendung itu gelap, dingin, mencekam, terkadang penuh kegelisahan, dari itu ada para pejalan kaki yang segera menyiapkan payung, beberapa pengendara motor bersiap menggunakan jas hujan, sebagian orang buru-buru mengambil pakaian di jemuran, ada juga yang cepet-cepet pasang lagu galau buat mendalami ke-mendung-an biar makin “hujan” perasaanya. Lucu. Coba kalau udah mendung tapi gak jadi hujan? Rasanya gak ‘ngena’ banget. Padahal kelihatannya awan udah mau meleleh kayak es krim yang di diemin lama, seharusnya awannya meleleh juga akhirnya. Tapi saat mendung tak hujan, malah gelisah lagi, “duh kok redup terus sih, kapan hujan nya?” Kata yang lagi ga jadi jalan keluar karena takut hujan, terus yang udah ambil jemuran “yah ga kering nih baju, masa sih ga jadi hujan?” Bahkan yang lagi nge-galau pun bisa — bisa makin galau sih… “awan aja mendung terus, mau ngeluarin ekspresi di tahan-tahan, aku ikut galau deh” padahal mah udah galau. Lagian, apaan sih wan, katanya mau hujan tapi kayak yang ga jadi? Maunya apa sih wan? Duh awan nih…

Duh Awan, duh awan, duh awan, dia ternyata lagi mempersiapkan semuanya sampai tuntas, lalu yang tadinya sudah tutup payung, buka jas hujan, jemur pakaian lagi, yang galau sih masih galau, itu semua kehujanan.

Lagi jalan tiba-tiba kehujanan “Loh kok jadi hujan!” Buru-buru buka payung lagi.

“Wah hujan!” Pemotor auto berhenti buat neduh atau pakai jas hujan, padahal udah pake tadi pas mendung, di lepas lagi karena kayak gak jadi hujan, eh akhirnya jadi hujan.

“EH HUJAN HUJAN!” yang awalnya udah ambil jemuran karena takut hujan pas mendung terus di jemur lagi karena gak jadi hujan, akhirnya hujan. Langsung lah semua ambil jemuran sampai yang tadinya pakaian ga kering, jadi makin ga kering.

Kalau yang galau sih, ya gak ada bedanya, hujan ga hujan “musim hujan”. Ada yang bilang galau tuh diciptakan sama si awan bukan langit, terkadang sebagian langit cerah, ada sebagian langit hujan. Saat hujan, gak bisa buru-buru lari ke langit yang cerah, tapi bisa merasa cerah serasa ada kamu dimana-mana, asalkan ga taruh-taruh rasa mendung itu di atas kepala. Aku di bawah matahari pun bisa kehujanan jika aku menaruh awan mendung di atas kepala, siapa suruh minta hujan? Nanti setelah meleleh kayak es krim, minta es krim lagi, bahkan minta lemari esnya, atau malah pabrik esnya diminta juga. Tapi, hujan juga menyenangkan. Tanaman, bunga, pepohonan, aspal panas, kendaraan yang tadinya mau di cuci tapi kena hujan jadi ga perlu di cuci, anak-anak yang mau hujan-hujanan, aku, kamu, kita, semuanya segar kena hujan. Jangan kelamaan hujan-hujanannya, nanti jadi es sudah itu batu lagi. Es batu.

Es batu, es batu, es batu. Minum lemon pakai es batu, kalau kata aku sih… teh lemon manis hangat lebih enak dari lemon pakai es batu, alasannya karena rasanya asam, dingin, batu. Gak ada manis-manisnya, kecuali sambil lihat kamu. Jangan ngelak, aku yang kemanisannya. Kalau itu kamu. Kalau bukan, ya tetep aja lemon asem. Soalnya otak lebih cerdas, selalu mendahului yang perlu-perlunya aja, nampakin yang disuka-sukanya aja, nunjukin yang paling berpengaruhnya aja, toh minuman asam pun bisa jadi manis kalau lagi lihat kamu, karena otak yang menciptakan itu lalu dikirim ke rasa. 

Otak memberi informasi “manis” saat melihatmu.

“Aku ga ngerasa asem deh sama lemon ini”

“Makannya jangan sambil liat aku”

ga salah, tapi juga betul. Kalau berpengaruh, bisa dijadikan hal baik kan? Kan dong… kan… kan.

Aku meracau, merindu, memendam permen di balik buku, permennya tipis kayak kertas, padahal emang gambar permen di kertas. Kayaknya aku perlu memakan awan mendung yang tak jadi hujan, supaya aku yang hujan. Sini kau, ku makan!

Terkadang aku menengok kemana saja yang ku inginkan, lalu tak sengaja terhenti pada kamu. Aku inginnya diam, tapi sudah tahu aku tak bisa diam, tumpah semuanya, deh. Tapi, tetap kurasa kamu menerima segala rasa. Aku ingin tahu, apa yang ada disana? Aku ingin tahu, apa yang telah Maha Pengasih jalankan sehingga aku jadi melihatmu, ada apa ini? Banyak rasa, penuh senang, penuh tenang, aku minta kepada-Nya, kamu merasakan senang, tenang, dan sehat selalu.

Engkau yang menciptakan rasa, memberi rasa, membuat rasa, aku punya rasa padanya. Sejak kapan? Aku sampai bingung. Tapi, aku senang. Namun aku ingin Engkau selalu memelukku dan memberikan Kasih-Sayang dimanapun aku berada, berikan dan tunjukkan aku selalu pada Kasih Sayang-Mu. Aku tahu kehadirannya adalah salah satu tanda Cinta juga Kasih Sayang-Mu karena aku telah tahu bahkan kenal dengannya. Engkau yang memperjalankannya, aku hanya perlu mengikuti alur-Mu. Aku tahu semuanya akan baik, aku akan kembalikan seluruhnya dan meminta semuanya pada-Mu. Semua akan baik-baik saja, karena semua dari-Mu adalah hal baik untuk kami.

Suka
Favorit
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar