“Serangan kita tidak ada yang bekerja! Masa ini seperti monster waktu itu!?” keluh seorang wanita dengan rambut dikepang dua. Panah apinya masih membara.
“Cecilia, awas!” teriak seorang wanita dengan hijab putih menutupi kepalanya. Wanita dengan rambut dikepang bernama Cecilia itu menghindari serangan sang monster.
“Aku sudah berhasil menghubungi Assar,” ucap seorang pria dengan pedang petir di tangannya, “sekitar satu jam.”
“Kita bisa tewas saat dia datang, Fikri! Jendral Rahm bagaimana?” keluh seorang wanita dengan hijab berwarna biru muda. Pria itu menggelengkan kepala.
“Jendral masih di pertemuan kata Assar, Hasna,” keluh pria dengan nama Zahir itu. Wanita bernama Hasna itu mengembuskan napas berat. Seorang wanita dengan hijab hijau muda menggunakan pedangnya untuk menciptakan air untuk mengalihkan perhatian monster kebal itu.
“Sial! Kita tidak membuat progress!” keluh Hasna lagi seraya mengubah pedangnya menjadi sebuah tinta dan menggambar elang di tanah yang menjadi elang tanah yang menyerang monster itu.
Cecilia mengeluarkan panahnya.
“Burn, Burning Rain!”
Hujan panah api segera menghantam monster itu yang membuatnya mengaum. Monster itu tidak terluka tetapi menjadi marah dan fokusnya berpusat ke Cecilia. Pria bernama Fikri itu menyadari ada air dari pedang wanita hijab hujau muda. Pria itu segera memanggil petir dengan pedangnya untuk mengalihkan perhatian.
Monster itu mengaum marah dan sekarang beralih ke Fikri. Elang Hasna segera mencoba mencakar monster itu, yan...