Disukai
0
Dilihat
342
Pijak, Menertawaimu
Drama

Bulir-bulir keringat yang telah meluncur bebas di dahinya berhujung kering namun terasa dingin kian menusuk perjuangannya yang berakhir pupus.

Pandangannya berkabut dalam padamnya api semulanya berkobar memenuhi seluruh napasnya untuk melewati segala usaha lantaran harus diberungus oleh derai hujan atas perbedaan cara pandang.

Ia bersandar pada tembok nan kokoh tetapi punggungnya menolak merasakan sandaran.

Mati rasa setelah ia memutuskan ikatan dari kegundahan dan kekecewaan yang sudah memperdayai jiwa gentarnya atau apakah pergulatan dunia, pergulatan dirinya terlalu gagah untuk dilawan membuatnya tidak mengenali sebagian dirinya.

Ia tidak tahu. Ia tidak mampu menemukan jawaban itu semua. 

Erangan di kepalanya, mengatupkan matanya sejenak. Ia lelah. Lelah terhadap pemaksaan yang ia telan tanpa diizinkan ...

Baca cerita ini lebih lanjut?
Rp1.000
Suka
Favorit
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar