Disukai
0
Dilihat
189
Pembunuhan di Indomarket
Misteri

Sambil duduk manis di boncengan sepeda motor cowok barunya yang menepi dan berhenti sejenak, seorang wanita melambai kepada Dery dan Rani yang berada di dalam Indomarket kawasan Kebayoran Lama. Keduanya baru saja selesai beberes dan hendak menutup gerai minimarket tempat mereka bekerja.

“Met istirahat, Na!” teriak Rani segera sebelum motor kembali melaju, sembari membalas lambaian tangannya. “Sampai ketemu besok!” susul Dery, meski keduanya tidak yakin suara mereka terdengar jelas dari luar.

Tadi jam 10 malam teng, Kirana pamit duluan karena mesti menemui seseorang, sehingga ia tidak bisa membantu Rani dan Dery beberes sampai menutup toko sebagaimana biasanya. Memang, sih, Indomarket Kebayoran Lama 02 resminya tutup pukul 10 malam, seperti gerai-gerai lainnya. Tapi karena biasanya masih ada 1-2 pelanggan yang belum selesai berbelanja, seperti malam itu, mereka selalu menutupnya sekitar pukul 22.30.

“Biasa, deh, pacar baru, jemputnya masih on time bener. Liat aja, sebulan lagi juga ngaretan,” celetuk Rani tadi setelah Kirana cabut.

“Yeee, nyinyir aja bawaannya, pantesan cowok males deketin lo,” balas Derry yang sebenarnya jomblo akut.

***

Esok pagi, Rani tercekat dan teriak sejadi-jadinya, “DEEEER…, TOLONG!” Saat membuka pintu belakang Indomarket, dirinya dikejutkan oleh tubuh yang tergeletak pada conblock di area belakang toko, pinggir sebuah jalan kecil. Tadi ia sempat menatap sekilas wajah dari tubuh tersebut, pucat.

Derry yang masih ngantuk karena juga harus masuk pagi, setelah hari sebelumnya kebagian shift hingga tutup toko, langsung melek total jiwa dan raganya seperti terkena siraman kopi hitam. “Kenapa lo, Ran?!” suara Derry agak patah-patah mengiringi dirinya lari berhamburan menuju sumber teriakan.

“Kayak Kirana, Ran,” gumamnya tak lama setelah berada di samping rekannya.

“Betul,” timpal Rani seraya menunjuk name tag Indomarket di leher, di situ tertulis Kirana Saraswati. “Takut banget gue.”

“Ya udah, kalau gitu mending cepetan kita minta tolong tetangga terdekat,” saran Derry yang mulai sigap karena sudah hilang sama sekali rasa kantuknya.

Tidak lama beberapa warga dan ketua RT setempat segera mengetahui kabar tersebut. “Jangan terlalu dekat, ya,” seru Pak Arif, Ketua RT 02, Kebayoran Lama Selatan, merentangkan kedua tangannya agar warga, yang berada di lokasi untuk melihat, mundur beberapa langkah.

“Sebaiknya segera kita hubungi dokter dan sekalian saja polisi,” lanjutnya, “biar diperiksa secara tepat, baik kondisi fisiknya dan kalau-kalau ada tindakan kriminal.”

Dari pemeriksaan dokter dipastikan bahwa Kirana sudah meninggal dunia. Waktu kematiannya antara pukul 22.00 sampai 23.00 kemarin malam. Polisi menemukan bekas lilitan tali pada lehernya. Diperkirakan, itulah yang menyebabkan cewek berusia 19 tahun itu meregang nyawa.

Polisi penyidik setempat, Pak Harun, menemukan pesan WhatsApp di ponsel Kirana, dari seorang bernama Lia, yang memintanya bertemu jam 10 malam di coffee shop Janji Melulu, tidak terlampau jauh posisinya di belakang Indomarket Kebayoran Lama 02, bisa dijangkau dengan berjalan kaki.

“Betul, saya meminta ketemu dengan Kirana, karena dia mau merebut pacar saya, Pak,” tutur Lia ketika dimintai keterangan. Ia juga seorang pegawai Indomarket, lebih tepatnya Indomarket Cidodol 05. “Sebelumnya dia ngaku kalau sempat dua kali diam-diam ketemu dengan pacar saya. Makanya saya minta dia buat bicara empat mata untuk membahas masalah ini.”

Meski punya motif, namun Lia tidak bisa dijadikan tersangka karena dalam keterangan yang diberikan oleh Dery dan Rani, mereka masih melihat Kirana diantar pulang sekitar pukul 22.30 saat mereka tengah beberes sebelum menutup toko. Mereka juga menerangkan, hari ini harus kembali masuk pagi mengingat rekan yang lain berhalangan dan pemilik toko belum mendapatkan pengganti untuk seorang pegawai yang resign.

***

Nuno Gomezy, seorang detektif partikelir muda yang diminta polisi untuk membantu memecahkan kasus ini segera meluncur ke kost kediaman korban, masih di kawasan Kebayoran Lama. “Kriminalitas di wilayah Kebayoran Lama ini lagi melonjak, No. Sampai overload kerjaan saya,” ungkap Pak Harun lewat telepon sebelumnya. Dalam interogasi Nuno di sana, tidak seorang pun yang bertemu atau melihat Kirana pulang malam itu. Pemeriksaan kamera CCTV pun setali tiga uang. Kirana tidak pernah pulang.

Sekali lagi ia melihat ke mayat Kirana, matanya fokus kepada bekas jeratan pada leher. Benda yang digunakan buat melilitnya cukup tebal, kira-kira seukuran tali tambang plastik, pikirnya. Tapi kenapa tidak ada bekas ulir-ulirnya?

Ia menggaruk sedikit kepalanya yang bertatanan rambut gaya moptop ala Noel Gallagher, eks gitaris Oasis. Pria berpenampilan rapi ini kemudian mengeluarkan sebuah komputer tablet dari postman bag-nya. Dicatatnya temuan tersebut menggunakan pensil eletrik. Kemudian di-save-nya nomor kontak yang ia curigai sebagai pacar baru Kirana dan dihubungi untuk membuat janji bertemu.

***

Anehnya, pacar baru Kirana yang kemudian diketahui bernama Bilal tidak menjemput kekasihnya semalam. Dirinya lembur di kantor sampai pukul 23.30, dan katanya itu akan sangat mudah dibuktikan oleh rekan-rekan kerja yang bersamanya malam itu.

Apakah Rani dan Dery berbohong? Untuk apa?

Apalagi dari pengakuan Bilal, ia belum pernah diperkenalkan oleh Kirana kepada Dery dan Rani.

Sulit buat menemukan koneksi di antara mereke bertiga.

Buat sedikit meringankan mumetnya, Nuno menyalakan mesin Vespa LX125 keluaran tahun 2011 miliknya dan meluncur menuju sebuah coffee shop di bilangan Bintaro. Selepas memarkir Yellow Submarine, begitu ia menyebut scooter-nya, sosok agak kurus ini langsung melangkah masuk tanpa melepas jaket parkanya, dan memesan segelas kopi susu gula aren yang menggunakan air kelapa muda.

Oke, dalam hatinya ia sebenarnya enggan memesan kopsus guren. Bukan karena tidak doyan – ia jarang sekali punya masalah dengan selera lidah – tapi semata karena hype-nya yang nampaknya sudah berlebihan. Jadi, air kelapa muda dalam kopi tersebut adalah alasan utamanya.

Kembali Nuno mengeluarkan tablet berikut pensil elektriknya. Pada sebuah aplikasi notes, ia mulai menulis.

 

Pukul 22.00 korban pamit untuk menemui Lia, karena terindikasi selingkuh dengan pacar Lia

Pukul 22.30 Dery dan Rani melihat korban diantar pulang oleh pacar barunya, tapi penghuni dan CCTV kost tidak melihat korban pulang.

Bilal, pacar baru Kirana mengaku tidak menjemputnya di malam nahas itu. Alibinya cukup kuat mengingat ia lembur bersama rekan-rekan kantornya hingga pukul 23.30.

Bekas lilitan seukuran tambang plastik di leher korban tidak memiliki ulir.

 

Beberapa faktanya simpang siur gini, gumam Nuno. Dan ada satu orang di catatan ini yang belum jelas, pacarnya Lia. Apakah dia yang menjemput dan pulang bareng Kirana?

Esok hari, selesai menemui pacar Lia yang kemudian diketahui bernama Roy, Nuno kembali mampir ke coffee shop di Bintaro tersebut. “Hari gini masih ada aja nama Roy,” pikirnya geli sambil kembali menulis catatan di tabletnya.

Tidak banyak yang bisa dikorek dari Roy. Hari itu tidak ada kegiatan ‘aneh-aneh’ yang dikerjakannya untuk membuatnya dicurigai, termasuk ia membantah mengantar pulang Kirana.

Mulanya Nuno menganggap kalau Roy berbohong karena khawatir hubungannya dengan Lia kandas. Namun Lia sendiri mengaku bahwa malam itu ia diantar pulang oleh Roy. Ini kemudian dikonfirmasi oleh barista coffee shop Janji Melulu yang sempat melihat Lia dijemput dan pulang boncengan bareng Roy.

Agak mumet, Nuno merasa perlu pulang dan beristirahat. Di rumahnya, ia menyalakan laptop lawasnya dan menyalakan media player. Dipilihnya lagu Akhirnya Kilau Pagi Terbuka dari Sixpopers. Baginya atmosfer dreampop, seperti pada tembang tersebut, selain bisa bikin otak relaks juga sanggup menerbangkannya ke alam imajinatif.

Pikirannya pun mulai melihat kasus kematian Kirana melalui sudut pandang alternatif. Dicorat-coretnya kembali notes pada komputer tablet. Pelan tapi pasti (bukan party) kepingan-kepingan puzzle mulai tersusun rapi. Tegukan terakhir dari secangkir kopi Liong Bulan yang tadi ia seduh merampungkan pemecahan misteri.

Nuno kemudian menelepon pihak kepolisian, serta meminta tolong agar semua yang terkait dengan kasus ini dikumpulkan esok di Indomarket Kebayoran Lama 02 malam hari selepas jam operasional.

***

“Selamat malam, semoga pekerjaan kalian semua hari ini sudah selesai, sehingga tidak merasa terganggu” buka Pak Harun berbasa-basi. “Kita akan segera menyelesaikan kasus pembunuhan di Indomarket ini. Saya dikabari kalau detektif Nuno sudah mengetahui pelakunya. Silakan…, ia menoleh ke Nuno.”

Sambil sedikit membetulkan poni rambut moptopnya, si detektif muda melangkah ke depan. “Teman-teman, saya akan menguak kasus ini. Untuk sementara, jangan ada yang izin keluar dari ruangan ini, karena pelakunya ada di antara kita.” Selain Nino dan Pak Harun, semua saling bertukar tatap dengan ekspresi bingung bercampur aduk dengan curiga.

“Pertama-tama, Kirana sudah meninggal sebelum pukul 22.30, sebelum Dery dan Rany beberes untuk menutup gerai Indomarket ini.”

Rani menyela, “Lho, tapi, kan, saat itu saya dan Dery masih melihat Kirana pulang dengan boncangan naik motor lewat depan sini.”

“Sebentar,” sahut Nino, “betulkah itu Kirana?

“Kalian melihat sosok perempuan, mengenakan seragam Indomarket, tapi siapa yang dapat memastikan di balik helmnya adalah wajah Kirana?

“Itu adalah helm jenis full face, cuma bisa memperlihatkan daerah wajah sekitar mata, dari jarak jauh pula. Dan dia hanya melambaikan tangan.

“Kalau kita perhatikan, Kirana dan Lia punya perawakan yang mirip-mirip. Jenis dan panjang rambutnya, juga tinggi badannya, tidak jauh berbeda. Saat itu keduanya sama-sama mengenakan seragam Indomarket dan sneaker hitam. Tidak mengenakan jaket saat boncengan nggak jadi masalah-masalah banget karena kalian tahu kos Kirana nggak jauh dari sini. Malah seragam Indomarket jadi bagian ampuh dari trik yang dipakai pelaku. Ditambah helm full face, lengkap, deh,” urainya.

“Kemudian sosok cowok baru Kirana,” lanjut Nuno sambil menoleh ke arah Bilal. “Ia mengaku belum pernah diperkenalkan kepada kalian. Karena menurut analisa saya kalian bukanlah pembunuh, mengingat ada bukti CCTV Indomarket yang memperlihatkan keberadaan kalian sepanjang malam, dan alibi Bilal di kantornya juga kuat, ditambah tidak ada fakta yang mengarah ke perkenalan kalian bertiga, saya menyimpulkan bahwa benar kalau kalian memang tidak saling kenal. Dan tentunya kalian berdua juga nggak tahu sepeda motor Bilal seperti apa.”

Dery dan Rani tidak menyangkal.

“Jadi, akan mudah bagi kalian menganggap bahwa cowok yang mengendarai sepeda motor itu adalah cowoknya Kirana.

“Padahal yang ada di sepeda motor itu adalah Lia dan cowoknya, Roy,” tutur Nuno memberi tekanan dengan suara agak berat. “Menarik, kan?”

***

Malam itu Lia menunggu Kirana dengan alasan untuk membicarakan soal perselingkuhan Kirana dengan Roy. Tapi ia tidak berada di coffee shop Janji Melulu, tempat mereka janjian, melainkan bersembunyi di gelapnya area belakang Indomarket Kebayoran Lama 02. Kecuali melalui jalan raya yang jauh memutar untuk menuju coffee shop, jalan kecil di belakang toko itu adalah satu-satunya akses dan dekat untuk dilalui dengan berjalan kaki.

Begitu sosok Kirana melaluinya, Lia segera mencekik leher Kirana dari belakang menggunakan rantai helm. Benda itu perlengkapan sepeda motor milik Roy, yang biasa dibawa oleh Lia untuk mengunci helmnya di tempat kerja dan dikembalikannya untuk mengunci helm di sepeda motor Roy selepas diantar pulang oleh cowoknya itu.

Selepas membunuh Kirana, Lia menunggu Roy buat menjemputnya di coffe shop. Dalam perjalanan pulang bareng Roy, ia meminta cowoknya itu menepi sejenak buat melambaikan tangan kepada karyawan Indomarket Kebayoran Lama 02 lainnya yang ada di situ untuk melakukan triknya, kemudian segera berlalu.

***

Rentetan peristiwa tersebut diceritakan pula oleh Nuno kepada mereka yang hadir di Indomarket Kebayoran Lama 02. “Begitulah,” tuturnya tentang bagaimana Lia melakukan kejahatannya.

“Barbuk a.k.a barang bukti yang digunakan pelaku sekarang menggantung manis di sepeda motor Roy. Tinggal dicek saja, di situ ada sidik jarinya.

Lia terdiam.

Justru Rani yang buka suara, “Tapi kenapa ia tidak mengenakan sarung tangan supaya nggak meninggalkan jejak sidik jari? Dan kalaupun nggak mengenakan sarung tangan, bukankah ia punya waktu buat menghapus sidik jari setelahnya?”

Nuno menjawab, “Mungkin saja Lia berniat mengenakan sarung tangan. Tapi sarung tangan yang ada, tersimpan di bagasi sepeda motor milik Roy, terbuat dari bahan wol. Lia kemudian baru merasa kalau ia mengenakannya bakalan licin, mengingat rantai helm dilapisi karet tebal yang bagian luarnya licin. Sehingga, untuk memastikan jeratannya pada leher Kirana cukup kuat buat membunuhnya, ia melepaskan sarung tangan.”

“Nah, lapisan karet pada rantai helm juga yang menjelaskan kenapa di leher Kirana nggak ada bekas ulir sebagaimana kalau ia dicekik menggunakan tali, baik itu tambang, tali kopling, tali rem, dan semacamnya. Sedangkan kalau menggunakan kawat, tentunya bekas yang ditinggalkan berupa garis yang tidak tebal.”

Kemudian untuk pertanyaan berikutnya, Nuno segera melanjutkan, “Betul ia punya waktu untuk menghapus sidik jarinya. Tapi, rantai helm itu digunakan setiap hari, atau nyaris setiap hari, dan orang yang menggunakannya cuma dirinya sendiri dan Roy. Akan janggal kalau sidik jarinya sendiri nggak ada di situ, bukan? Apalagi kalau sampai bersih nggak ada sidik jari sama sekali.”

Selain itu, ia tidak akan bisa berkilah sidik jari terhapus oleh Roy yang mengenakan sarung tangannya. Sebab sarung tangan milik Roy, ada juga di bagasi sepeda motornya, modelnya ala dekade ‘80-an yang separuh jarinya terbuka hingga bagian ujung jari, seperti yang sering dikenakan oleh Ikang Fawzi waktu manggung.”

Dengan nada khawatir, suara Roy kemudian terdengar, “Kalau sidik jari saya ada di situ, apakah berarti saya bakal tersangkut di kasus ini? Berani sumpah saya nggak tahu apa-apa, saya cuma disuruh menepi sebentar di depan Indomarket ini, terus lanjut mengantar pacar saya pulang.”

“Tenang Roy, saya pastikan kamu tidak akan terseret,” kata Pak Harun yang dari tadi diam sambil menyimak pemecahan kasus ini. “Pertama, kamu tidak memperoleh keuntungan apa pun dari kematian Kirana. Malah, kehilangan ‘pacar kedua’.

“Kemudian, saya sempat menanyakan kepada rekan-rekan kerja Lia di Indomarket Cidodol 05 soal helm berikut rantainya yang biasa ia bawa. Mereka membenarkan hari itu Lia, seperti biasa, membawa rantai tersebut buat mengunci helmnya pada gantungan di ruang karyawan.

“Barang bukti itu juga terlihat oleh pekerja di coffee shop ada pada Lia saat menunggu kamu jemput. Ada CCTV juga. Malam itu tempat tersebut tidak seramai akhir pekan, jadinya cukup mudah memperhatikan pengunjung yang datang.”

“Terakhir, info waktu pulang kerja yang saya dapat dari tempat kerjamu, sebuah kantor telko. Hari itu, setelah menyelesaikan shift, kamu keluar kantor sekitar pukul 10 malam buat menjemput Lia. Itu berarti tidak mungkin kamu sampai sekitar sini sebelum pukul 22.30.”

“Terima kasih, Pak,” ucap Roy lega.

“Tapi perbuatan selingkuh kamu nggak bener, apalagi kata Lia kalian sudah berencana mau menikah. Betul itu?” tukas Pak Harun yang diiyakan Roy sambil tertunduk.

Setelah beberapa saat hening, kali ini Nuno menoleh ke Lia. “Kamu pelakunya, Lia.”

“Pernikahan saya terancam batal gara-gara perselingkuhan itu,” sahutnya kecewa sekaligus tak berdaya. “Tapi bagaimana pun, saya pantas dihukum.”

Tidak menunggu lama, Pak Harun menggiring Lia untuk dibawa ke kantor polisi. Sementara itu, Dery melangkah ke samping Nuno, dan diikuti oleh Rani. “Kok, bisa sampai segitunya, ya, gara-gara perselingkuhan sampai berani menghilangkan nyawa?” Tanya Dery dengan ekspresi wajah tidak percaya.

Menurut Nuno, “Dari pengalaman saya menangani kasus-kasus pembunuhan, sih, akibat perasaan kecewa dan marah yang nggak terbendung, atau bisa juga karena… sudah ngapain aja pacarannya?”

Suka
Favorit
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)