Disukai
0
Dilihat
924
Marbot mesjid
Drama

Pak Zuhri adalah seorang pengemudi ojek online, dia sudah menjalani pekerjaan ini sejak 2 bulan yang lalu. Sebelum menjadi pengemudi ojek online Pak Zuhri bekerja sebagai pegawai swasta di perusahaan konveksi selama 10 tahun. Karir nya sebagai pegawai sangat baik sehingga ia sempat memegang jabatan sebagai kepala Gudang di perusahaan itu. Semenjak pandemi virus covid 19 ini banyak perusahaan yang akhirnya tutup dan gulung tikar, salah satu nya perusahaan di tempat Pak Zuhri bekerja. Ia dan pegawai yang lainnya di perusahaan itu akhirnya di PHK dikarenakan perusahaan sudah tidak dapat lagi berjalan, dikarenakan produksi tidak berjalan, permintaan barang tidak ada, akhirnya pemilik perusahaan memutuskan untuk mengistirahatkan para pegawai nya. Mendapat kabar itu Pak Zuhri dan pegawai yang lain seperti mendapat petir di siang bolong. Mereka sangat bingung menghadapi kenyataan ini dan akhirnya mereka juga tidak bisa memprotes keputusan ini. Hampir sebagian besar pelaku usaha memutuskan usaha dan produksi nya saat ini.

Di Jakarta Pak Zuhri hanya tinggal di sebuah rumah kost yang ukurannya 3 x 4 meter, istri dan anak Pak Zuhri tinggal di kampung. Selama ini ia selalu mengirim sebagian gaji nya untuk istri dan anakya. Sebagian gaji nya ia pergunakan untuk hidup selama tinggal di Jakarta. ia tau hidup di kota lain jauh dari anak dan istrinya sangat berat. Tetapi untuk membahagiakan keluarga nya ia harus tetap berjuang dengan keras. 

“ Assalamualaikum bu, bagaimana kabarnya anak-anak? “

“ Ada yang mau bapak bicarakan ke ibu, jadi gini bu, bapak baru saja mendapat surat pemberitahuan dari kantor yang isi nya untuk sementara waktu bapak harus di istirahatkan dulu dari kerjaan bapak. Ibu dan anak-anak tenang saja di kampung. Doakan bapak di beri kesehatan dan rejeki ya bu.” Pak Zuhri berusaha menguatkan dirinya dan istrinya tentang keadaan ini.

“ Bapak mau kerja apa di jakarta? Terus bapak gimana hidup disana sendirian? Apa gak sebaiknya bapak pulang ke kampung aja kumpul sama ibu dan anak dulu untuk sementara waktu ini?” harapan istri Pak Zuhri kepada suaminya.

Mereka berdua berusaha kuat untuk menghadapi kenyataan ini, akhirnya Pak Zuhri meyakinkan istri nya untuk tetap mencari pekerjaan di Jakarta dan ia mendaftar sebagai pengemudi ojek online. Banyak teman-teman diperusahaan tempatnya bekerja, sekarang beralih ke pekerjaan ojek online. 

Setiap pagi sebelum bekerja Pak Zuhri selalu menyempatkan untuk berjalan ke masjid didekat rumah nya untuk menunaikan sholat subuh berjamaah. Pak Zuhri sering menjadi imam dan muazin di masjid itu. Ia adalah orang yang sangat taat dalam beragama, sholat 5 waktu tidak pernah ia tinggalkan dan selalu ia kerjaakan berjamaah di masjid. Tetapi saat ini kondisi sangat berbeda dikarenakan adanya pandemik covid 19 dimana sholat berjamaah dibatasi, hal ini di karenakan untuk memutus penyebaran virus covid 19. Sehabis sholat subuh ia segera berjalan kembali kerumah untuk bersiap berangkat mencari nafkah. Setiap hari ia selalu bekerja dari jam 6 pagi sampai jam 9 malam. Dalam sehari ia bisa mendapat penghasilan sebanyak 150 ribu. Tetapi ini belum dipotong makan dan uang untuk membeli bensin untuk motornya. Penghasilan ini lebih kecil dari gaji nya saat bekerja di perusahan konveksi. Tetapi ia merasa ini pekerjaan yang halal dan ia harus bekerja untuk menghidupi keluarganya. Sedikit demi sedikit penghasilan yang ia dapatkan dari pekerjaan ini ia sisihkan untuk di tabung. Pekerjaan ini benar-benar jauh dari pekerjaan sebelumnya. Sebelumnya ia sangat nyaman bekerja di dalam ruangan yang sejuk dan nyaman, sekarang ia harus berjuang di bawah terik matahari, hujan, dingin nya malam. Kadangkala ada penumpang yang memberikan sedikit tips untuknya, kadangkala juga ia harus tertipu akibat ada penumpang yang tidak bertanggung jawab. Tapi semua itu ia jalani dengan ikhlas. 

Tepat hari ini ia harus membayar uang kost yang di tempati. Pak Zuhri lalu melihat uang tabungan yang ia sisihkan selama bekerja. Ia sedih tabungan yang disimpan hanya cukup untuk mengirim anak dan istrinya di kampung dan hari ini juga bertepatan dengan hari pertama di bulan ramadan. Ia merasakan ini ramadan yang benar-benar sangat berat dan ia merasa ini adalah ujian bagi dia dan seluruh umat manusia. Ia berfikir bagaimana harus membayar kost ini, kalau ia tidak membayar artinya ia harus segera pindah dari kost ini untuk mencari tempat yang lain, padahal ia sudah tidak mempunyai uang lagi untuk membayar nya. Ia sampai berfikir apakah akan menjual sepeda motor dan telepon nya untuk menyambung hidup, tetapi semua itu ia urungkan karena kalau tidak ada sepeda motor dan telepon ia tidak bisa bekerja sebagai pengemudi ojek online. Barang-barang yang ada dikamar mulai di rapikan dan ia masukkan ke dalam kardus, lalu ia titipkan dulu di pemilik kost sambil ia meminta pemakluman untuk sementara menitipkan barang-barang nya sampai mendapatkan tempat tinggal yang baru. Pak Zuhri benar-benar bingung harus bagaimana, disatu sisi ia tidak mau menceritakan hal ini kepada istri, Ia takut istrinya kepikiran tentang kondisi nya di Jakarta.

 Malam sehabis tarawih di masjid, Pak Zuhri tidak langsung pulang ke kost. Ia merasa tidak enak kepada pemilik kost karna ia sudah menunggak kost bulan ini, walaupun pemilik kost dapat memaklumi tentang kondisi yang dialami tetapi Pak Zuhri tetap berprinsip ia tidak bisa balik ke kost itu karna ia sudah tidak punya biaya lagi. Lalu ia melanjutkan membaca Al-quran dan berencana menghabiskan malam ini di masjid. Didalam masjid Pak Zuhri bertemu Pak RT yang kebetulan sehabis memberikan pemberitahuan kepada warga nya tentang tidak adanya sholat berjamaah di masjid dikarenakan kondisi pandemik ini.

“ Pak Zuhri kagak pulang?” tanya Pak RT

“ Saya mau di masjid dulu Pak RT, mau menenangkan diri.” Jawab Pak Zuhri dengan senyum tipis dari bibir nya.

“ Oh silahkan Pak Zuhri, kalau Pak Zuhri butuh apa-apa kabari saya ya. Pak Zuhri kan termasuk warga saya.”

Malam itu benar-benar malam yang sunyi, sepi. Rintik hujan pelan-pelan mulai jatuh ke tanah yang sudah kering. Sehabis membaca al-quran di tengah malam Pak Zuhri melaksanakan sholat malam, sehabis itu ia bersimpuh mengangkat tangan ke atas dan meminta kepada Nya.

“ Ya Allah kenapa engkau memberikan cobaan yang berat ini kepada Hamba, hamba hanya orang kecil yang masih banyak kekurangan. Tolonglah hamba ya Allah, tunjukkan jalan Mu dan Hidayah mu.” Tetes air mata mulai keluar membasahi pipi Pak Zuhri.

Di bulan baik ini Ia terus meminta dan berikhtiar agar selalu diberi jalan yang mudah dan baik dalam menjalani hidup ini. Malam itu Pak Zuhri ketiduran di masjid sampai seseorang membangunkan sahur.

“ Pak Zuhri, bangun sudah waktunya sahur.”

Pak Zuhri kaget

“ Eh Pak RT. Maaf pak saya ketiduran.”

“ Iya gak papa Pak Zuhri. Pak Zuhri sudah sahur?” tanya Pak RT

“ Belum pak, saya belum beli makan untuk sahur. Nanti saya minum air putih aja pak. Ini saya masih kenyang.” Jawab pak Zuhri dengan pelan.

Pak RT merasa iba dan kasian melihat Pak Zuhri. Lalu Pak RT membawakan makanan untuk Pak Zuhri. Akhirnya pak RT dan Pak Zuhri sahur bersama di pelataran masjid sambil berbincang-bincang. 

“ Pak Zuhri maaf saya mau tanya, saya lihat Pak Zuhri ada pikiran yang berat ya?” tanya Pak RT.

“ Oh gak ada Pak RT, saya Cuma merasa capek dengan kerjaan dan kondisi saat ini. Tp insyaallah besok sudah segeran kok Pak.” Jawab Pak Zuhri dengan hati-hati.

“ Kalau Pak Zuhri ada yang mau di ceritakan gak papa di ceritakan, Insyaallah saya amanah dan mau membantu Pak Zuhri. Saya juga bertanggung jawab terhadap warga saya apabila sedang kesusahan.” Pinta Pak RT.

Pak Zuhri diam sejenak dan ia merasa harus segera mengeluarkan semua pikiran yang ada di kepalanya. Ia merasa sudah penuh dan buntu untuk menyelesaikan masalahnya sendiri. Pak Zuhri sebenernya sudah menganggap Pak RT seperti saudara sendiri. Akhirnya ia bercerita tentang apa yang ia pikirkan dan alami saat ini. Pak zuhri mulai bercerita tentang bagaimana ia di PHK oleh perusahaan nya, lalu iya mencoba menyambung hidup dengan menjadi ojek online,menceritakan kondisi keluarga nya di kampung yang harus ia hidupi dari kerja keras nya di Jakarta sampai ia bercerita tidak tau harus tinggal dimana setelah ia tidak punya biaya lagi untuk kost. Pak RT berupaya menjadi pendengar yang baik dan memberikan solusi yang bisa di terima Pak Zuhri, ia juga memahami bagaimana berat nya hidup dikondisi sekarang yang tidak menentu ini. 

“ Pak Zuhri saya turut prihatin ya. Saya memahami apa yang Pak Zuhri pikirkan dan rasakan. Disini saya hanya bisa memberikan masukan dan saran untuk Pak Zuhri dapat melanjutkan hidup selama kondisi ini. Saya disini sebagai keluarga Pak Zuhri dan saya tau Pak Zuhri orang baik, saya akan coba berbicara dengan pengurus masjid untuk mengijinkan Pak Zuhri tinggal dimesjid sini. Ada ruangan kecil di belakang masjid yang bisa di gunakan untuk tempat tinggal. Kami juga lagi membutuhkan orang baik yang bisa menjaga masjid ini sebagai marbot. Saya dan teman-teman pengurus sebenarnya sudah memperhatikan Pak Zuhri selama ini. Saya berharap pak Zuhri mau menerima tawaran saya.

“ Pak Zuhri terdiam sejenak.” Bingung harus menjawab apa dan ia merasa mendapat jawaban dari sholat malam yang sudah ia kerjakan

Pak Zuhri langsung memeluk Pak RT menangis haru dan mengucapkan banyak terima kasih kepada tawaran dari Pak RT. Ia merasa terhormat sekali mendapat tawaran dari Pak RT. 

Tidak terasa obrolan panjang ini sampai waktu menujukkan saat imsak. Pak RT dan Pak Zuhri segera bergegas mengambil wudhu untuk persiapan sholat subuh. Seperti biasa Pak Zuhri selalu mengumandangkan adzan di setiap waktu sholat dan mereka berdua sholat berjamaah. Sebelum pamit pulang, Pak RT memberitahu Pak Zuhri.

“ Pak Zuhri, tadi saya sudah menghubungi pengurus masjid. Saya sudah memberitahu tentang amanah yang saya berikan kepada Pak Zuhri. Alhamdulillah semua setuju.”

“ Nanti Pak Zuhri bisa tinggal di ruangan belakang masjid. Setiap bulan Pak Zuhri akan kami beri gaji dan beras.” 

“ Alhamdulillah..alhamdulillah..alhamdulillah.” Pak Zuhri sambil sujud di hadapan Pak RT.

“ Sudah Pak Zuhri ayo berdiri. Ini semua rejeki dari Allah untuk orang sebaik Pak Zuhri. Tolong Pak Zuhri jaga amanah ini ya.” Jawab Pak RT sambil mengangkat badan Pak Zuhri.

Setelah memberitahu tentang amanah ini Pak RT berjalan ke luar masjid sambil pamit kepada Pak Zuhri.

Keadaan pandemik ini semakin hari semakin mengkhawatirkan akhirnya Pak Zuhri memutuskan untuk berhenti bekerja sebagai ojek online, hal ini sudah ia pertimbangkan dengan matang dengan istrinya. Di bulan ramadan ini ia ingin sekali banyak bersyukur dan meminta ampun atas segala kesalahan yang ia sudah perbuat. Ia tidak menyesali segala pekerjaan yang telah iya kerjakan. Istri dan anak Pak Zuhri akhirnya ia ajak ke jakarta untuk menemaninya tinggal di masjid sebagai marbot. Ia berfikir ini adalah pekerjaan yang mulia. Istri dan anaknya bahagia bisa berkumpul lagi dengan Pak Zuhri walaupun kondisi mereka sudah berbeda saat sebelum terjadi nya pandemi virus covid 19. 

Akhir bulan ramadan tiba, takbir berkumandang di setiap masjid. Suasana ramadan kali ini sangat berbeda dengan ramadan tahun lalu, dimana dulu ramadan sangat dirayakan disegala tempat tetapi saat ini hanya ada suara takbir tanpa ada suasana riang di kampung-kampung dalam merayakan hari besar ini. Sehabis buka puasa Pak Zuhri segera bergegas sholat magrib di masjid. Ia lalu memulai sholat magrib seorang diri, setelah rakaat kedua tiba -tiba pundaknya di tepuk seseorang yang menandai bahwa ada makmum yang mengikuti sholatnya. Akhirnya setelah selesai sholat ia segera menengok ke belakangnya. Tiba -tiba Pak RT menyalami dan mencium tangan Pak Zuhri sambil meminta maaf. Pak Zuhri kaget dan merasa aneh.

“ Pak Zuhri.. mohon maaf lahir batin ya.” Pak RT sambil mencium tangan Pak Zuhri.

“ Aduh Pak RT saya yang minta maaf, saya sudah merepotkan bapak terus.” Pak Zuhri sambil menarik tangannya.

“ Pak Zuhri saya benar-benar minta maaf atas kesalahan saya selama ini sama pak Zuhri. Mungkin Pak Zuhri merasa kecewa dengan kondisi bapak yang dulu mendapat posisi nyaman di perusahaan konveksi tetapi tiba-tiba di PHK secara sepihak.”

“ Saya akhirnya harus ngomong ke Pak Zuhri bahwa yang mem PHK Pak Zuhri adalah saya. Saya dulu adalah pemilik dari perusahaan konveksi itu. Saya minta maaf sekali sama Pak Zuhri. Karena kondisi ekonomi yang sulit dan terjadinya pandemi ini, saya akhirnya menutup perusahaan saya dan memPHK pegawai-pegawai saya. Semoga Pak Zuhri memahami kondisi saya dan memaafkan saya.” 

“ Pak RT tidak salah, tidak ada yang salah. Semua ini adalah jalan yang diberikan Allah.” Pak Zuhri sambil memeluk Pak RT.

Pak Zuhri sangat bersyukur dengan pekerjaan yang sekarang, ia sangat bahagia lahir batin dan bisa berkumpul dengan anak dan istrinya. Ia tidak merasa kecewa tentang apa yang di ceritakan Pak RT. Ia menganggap Pak RT adalah kepanjangan tangan dari Allah untuk melanjutkan kehidupannya. Kalau Pak RT tidak mem PHK nya mungkin ia akan menjadi orang sombong yang lupa akan Allah. Akhirnya Pak Zuhri mendapatkan kehidupan baru yang bahagia menjadi marbot masjid.


Suka
Favorit
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar