Disukai
0
Dilihat
1,294
LENTERA SIANG
Drama
Cerpen ini masih diperiksa oleh kurator

Sekolah adalah tempat di mana kita bisa menemukan kebahagiaan dan kenyamanan. Tetapi, tidak semua orang bisa merasakan hal tersebut. Masih banyak teman teman kita yang merasakan atau mengalami perundungan. Laras itulah namanya, dia adalah seorang gadis yang menjadi korban perundungan di sekolah.

 

Laras tinggal bersama Ayah dan kedua Adiknya, dan Ibunya pergi meninggalkan mereka. Laras duduk di bangku SMA dan kedua adiknya masih di bangku SD. Setiap pulang sekolah, Laras menyempatkan waktunya untuk mencari botol bekas untuk Ia jual, dan uang tersebut Ia gunakan untuk keperluannya sekolah. Hal itu terpaksa Ia lakukan karena Ayahnya hanya seorang penyapu taman yang penghasilannya tidak tetap.

 

Laras adalah anak yang pendiam dan suka menyendiri, tetapi dia cukup pintar dalam mata pelajaran yang ada di sekolah. Dia selalu mendapatkan pujian dari Guru - gurunya, hal itulah yang membuat teman teman di sekolahnya merasa iri dan tidak suka dengan kehadiran Laras. Di kelas, Laras hanya mempunyai satu teman yaitu Yani, Laras dan Yani selalu bersama di sekolah.

 

Suatu hari, Sekolah mengadakan lomba membuat Puisi dan hadiahnya lumayan besar. Yani yang mengetahui hal tersebut langsung memberi tahu kepada Laras.

 

Yani: "Ra, Ada lomba bikin Puisi tuh, kamu kan jago bikin puisi. Ayo ikutan, hadiahnya lumayan loh." Ucap Yani sambil merayu

 

Laras: "Ngga deh, Aku malu." Balas Laras sambil mengalihkan tatapannya

 

Yani: "Ayoo Raa, sampai kapan kamu kayak gini terus." Yani sambil sedikit kesal menggerakan bahu Laras.

 

Laras: "Nanti aja Aku pikirin lagi."

 

Yani: "Cepet ya, soalnya hanya beberapa Minggu aja."

 

Laras: "Iya Yan."

 

Hari mulai sore, waktunya Laras pulang sekolah. Laras tidak lupa untuk mencari botol botol bekas yang ada di jalanan. Saat hendak mengambil di salah satu tempat sampah, tiba tiba datang seseorang yang melempar botol ke arahnya. Rupanya dia adalah Mela, teman sekelasnya yang sangat tidak suka dengan Laras.

 

Mela: "Dasar anak rendahan, kamu ga pantes ada di sekolah yang gede." Dengan tatapan tajam ke arah Laras.

 

Laras hanya bisa diam, dia tidak bisa berbuat apa apa karena dia sangat takut.

 

Setelah kejadian itu, Laras pulang ke rumah dengan perasaan yang hancur dan sedih, dia selalu berusaha menunjukkan wajah yang bahagia di depan keluarganya agar mereka tidak khawatir padanya.

 

Keesokan harinya, Mela dan teman temannya dengan sengaja menaruh cat ke bangku Laras, Laras yang tidak mengetahui hal tersebut lantas menduduki bangku itu. Mela dan teman temannya tertawa saat melihat rok yang dikenakan Laras penuh dengan cat, Yani yang mengetahui hal tersebut langsung memarahi Mela dan teman temannya, tetapi Yani malah mendapatkan hutajan karena membela Laras, akhirnya Laras dan Yani pun pergi untuk membersihkan rok yang penuh dengan cat tersebut. Yani merasa kasihan dengan Laras karena setiap hari Ia selalu mendapatkan perilaku yang buruk dari Mela, meskipun telah melapor ke Guru tetap saja mereka masih melakukan hal tersebut.

 

Hari demi hari pun berlalu, semangat belajar Laras mulai sedikit berkurang. Ia lelah dan kesal dengan perbuatan teman temannya itu. Tetapi Yani selalu memberi semangat dan dukungan kepada Laras untuk terus berusaha dan pantang menyerah. Suatu ketika Yani mengalami sakit yang cukup parah sehingga mengharuskannya untuk tidak masuk sekolah untuk beberapa waktu. Laras pun merasa kesepian, teman temannya semakin menjadi jadi mencaci dan menghina Laras. Ia selalu pulang dengan perasaan yang sedih dan tak jarang Ia menangis. Ayah, selalu menghibur dan menguatkan hati Laras untuk tetap sabar dan menjalani semua ini dengan ikhlas, karena mereka sadar kalau mereka bukanlah siapa siapa.

 

Karena sudah termakan usia, sang Ayah pun perlahan jatuh sakit. Kini, hanya Laras lah yang menjadi tulang punggung di keluarganya. Ia sering tidak masuk sekolah hanya untuk mencari uang yang Ia gunakan untuk membeli obat Ayahnya. Kehidupan Laras semakin sulit, Ia mulai bimbang dengan keadaan ini. Yani yang sudah sembuh dari sakitnya sering menyempatkan waktu untuk datang ke rumah Laras, sambil membawa makanan dan beberapa camilan untuknya. Yani menyarankan Laras untuk ikut lomba puisi di sekolah, dan memenangkan hadiah yang disediakan. Laras yang sudah tidak tau harus berbuat apalagi akhirnya menerima ajakan dari Yani.

 

Malam pun tiba, Laras mulai menuliskan puisinya di samping sang ayah yang terbaring lemas. Air mata tak dapat terbendung, Laras pun menangis sambil menulis puisi yang Ia buat. Ayah terbangun dari tidurnya, karena mendengar isak tangis dari putrinya, Ayah hanya bisa mengusap kepala Laras dan berkata.

 

"Maafkan Ayahmu, Karena belum bisa membuat Kamu bahagia." Ucap Ayah dengan suara yang pelan.

 

"Ini bukan salah Ayah, dan bukan salah siapa siapa." Balas Laras sambil mengusap air matanya.

 

Laras terus membuat puisi di samping Ayahnya hingga Ia tertidur karena lelah.

 

Keesokan harinya, Laras mulai mendatangi panitia lomba dan menyerahkan hasil karyanya. Dan perlombaan akan dimulai dalam beberapa hari ke depan. Dan ternyata Mela juga ikut perlombaan tersebut, dan mencoba mencurangi Laras dengan mencoret coret beberapa kata dalam puisi Laras.

 

Perlombaan pun dimulai, perlombaan tersebut dilaksanakan di aula sekolah dan dihadiri oleh beberapa Guru dan perwakilan Osis. Mela mendapatkan giliran pertama sedangkan Laras kedua. Puisi Mela mendapatkan nilai yang baik dan disukai oleh beberapa Guru yang menyaksikan. Hal tersebut membuat Laras tidak yakin dengan puisi yang Ia buat, tetapi Yani terus memberi semangat dan dukungan di sampingnya. Kini giliran Laras yang membaca Puisi. Laras naik ke panggung dengan wajah yang sedih karena teringat sang Ayah yang sedang sakit. Laras pun mulai membaca sambil sedikit meneteskan air mata.

 

 

"Lentera Siang"

 

Dikala diam aku tersakiti

 

Dikala sepi aku terobati

 

Sudah puaskah engkau melihat daun muda

 

Yang gugur di tempat yang berbeda

 

Angin melambaikan kisah

 

Tentang hujan yang kian resah

 

Hanya goresan semata

 

Tak akan hilang oleh kedua mata

 

Hanya senyuman yang terlihat

 

Dibalik cermin yang retak

 

Bagaikan cahaya yang redup

 

Yang tertutup oleh pahitnya hidup

 

Setelah membaca puisi itu, Laras menangis di atas panggung. Guru yang hadir pun ikut menangis dan haru. Salah satu Guru menghampiri Laras dan mencoba menenangkan Laras. Perlombaan selesai, Laras menunggu hasil penilaian dari para Guru. Dan Laras akhirnya berhasil menjadi juara satu dalam lomba tersebut, Ia senang dan seluruh hadiahnya Ia berikan kepada sang Ayah dan juga untuk pengobatan Ayahnya.

 

Ayah mulai semakin membaik, tetapi Ia tidak bisa bekerja karena masih rentan terkena penyakit, kini Ia hanya membantu Laras memisahkan botol botol yang sudah dikumpulkan di rumah.

 

Berkat Puisinya, kini Laras menjadi terkenal di sekolahnya. Ia mulai mempunyai banyak teman yang peduli padanya. Hal itulah yang membuat Mela semakin benci kepada Laras, Ia ingin Laras dikeluarkan dari sekolah dengan cara apapun. Akhirnya Mela berencana untuk memfitnah Laras dengan cara memasukkan HP temannya ke dalam tas milik Laras dan menuduh Ia mencurinya. Saat Laras keluar kelas, Mela langsung melancarkan aksinya, Ia bersekongkol dengan temannya untuk memfitnah Laras.

 

 

Jam Istirahat pun berakhir, waktunya Laras masuk ke dalam kelas. Ketika sedang memulai pelajaran, tiba tiba teman Mela berpura pura mencari HP miliknya, Ia melapor ke Guru yang sedang mengajar kalau HP miliknya hilang dan kemungkinan ada yang mencuri. Lalu Guru menyuruh seluruh siswa untuk meletakkan tasnya di atas meja dan akan diperiksa satu per satu.

 

Guru pun menemukan HP milik teman Mela di dalam tas Laras, Laras kaget dan heran. Mela dan temannya langsung mengadu domba Guru dan Laras. Laras tetap tidak mau mengaku karena Ia bukanlah pencurinya, tetapi Guru tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh Laras. Akhirnya Laras dibawa ke kantor Guru untuk dimintai keterangan.

 

Laras ditemani Yani menghadap kepala sekolah, kepala sekolah sangat tidak percaya dan kecewa dengan apa yang dilakukan Laras, tetapi Laras terus memberikan penjelasan dan memohon maaf atas kejadian tersebut.

 

Akhirnya, Laras mendapatkan hukuman berupa sanksi yang mengharuskannya untuk tidak masuk ke sekolah selama beberapa minggu ke depan. Yani tidak terima dengan keputusan tersebut, Ia percaya kalau yang melakukan itu semua bukan Laras, dan Ia akan mencari bukti buktinya sendiri.

 

Laras bingung harus berkata apa kepada Ayahnya, Ia berjalan pulang sambil melamun dan seolah tak percaya dengan kejadian yang dialaminya. Yani menemaninya sampai ke rumah, Ia melihat raut wajah Laras yang begitu pucat dan lemas. Di sepanjang jalan, Yani tidak bisa berkata apa apa lagi, karena Ia melihat temannya itu sangat amat berbeda dari sebelumnya.

 

Tiba tiba dari belakang terdengar suara keras yang semakin dekat, rupanya itu adalah mobil truk yang mengalami rem blong menuju ke arah Laras. Laras yang pada saat itu sedang melamun tertabrak oleh truk yang mengakibatkan Ia terpental beberapa meter. Yani syok dengan kejadian itu Ia segera meminta tolong kepada warga setempat, dan Ia juga melaporkan kejadian itu kepada Ayah Laras.

 

Tetapi, nyawa Laras tidak bisa diselamatkan, Ia mendapatkan benturan keras di kepalanya yang mengakibatkan Ia mengalami pendarahan hebat di kepalanya. Sang Ayah tidak henti hentinya menangis, melihat putrinya terbaring kaku. Pihak sekolah yang mendapatkan informasi tersebut langsung menghampiri rumah sakit tempat Laras dirawat. Keesokan harinya, Mela dan temannya mengakui perbuatan mereka, mereka sangat menyesal dan sedih atas kejadian yang dialami Laras. Akhirnya pihak sekolah mengeluarkan Mela dan temannya dengan tidak terhormat, dan mereka terancam pidana karena kasus perundungan dan kekerasan yang dialami Laras selama Ia hidup

Suka
Favorit
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar