Aku tersesat di kota mati. Di kota mati lalu lintas tidak beroperasi, bangunan-bangunan lusuh terbengkalai bagaikan bangkai-bangkai raksasa yang tak pernah mengenal arus peradaban; papan-papan peracah yang telah berlumut dan catnya mengapuh tergerus cuaca menunjukkan bahwa bangunan-bangunan itu pernah menjadi gedung sekolah, kantor polisi, kantor kelurahan, klinik kesehatan, balai kota, dan lain sebagainya. Rumah-rumah juga masih utuh dan berderet dalam sebuah pemukiman di satu bagian kota; tak satu pun dari rumah-rumah itu menunjukkan tanda-tanda masih sedang dihuni. Hampir semua pintu depannya terkatup; ada yang tidak terkatup karena daunnya memang telah copot dari engsel. Pernah aku mencoba mengetuk dan tak ada yang membukakan pintu. Saat aku memutar handel, aku tak berhara...