Di depan sebuah hotel tampak sebuah mobil jeep terbuka sedang parkir di halamannya. Hotel yang disebut motel karena selain menerima tamu untuk menginap, ia juga menyewakan mobil untuk tamu yang ingin jalan-jalan ke suatu tempat. Tak lama kemudian, seorang pemuda dewasa kira-kira berusia 35 tahun, wajahnya bersih, rambut agak panjang sebahu dan lurus dibelah tengah, hidung bangir dan mata cemerlang, berjanggut tipis, muncul dari balik pintu motel yang agak sepi itu. Ia mengenakan jaket lumayan tebal, topi musim dingin yang dilengkapi shapka, penutup telinga yang bisa diturunkan, dan kaos tangan yang membungkus kedua telapak tangannya agar bisa bertahan di tengah gempuran musim angin gending yang mulai menyapa Probolinggo sekitaran gunung Bromo. Debu terbang melintas tanpa permisi di depannya, pemuda itu segera menggerakkan mukanya sambil menutup mata dengan tangan kanannya.
"Hati-hati, Ngit!" kata seorang perempuan yang muncul dari balik pintu depan motel memberitahu pemuda itu. "Angin Gending mulai datang dari Samudra Australia dan kutub selatan. Salju mulai membungkus pucuk Bromo. Biasa musim mangga. Hehe."
"Wah, kebun mangga Bu Broto mau berbuah kalau gitu?" celetuk pemuda itu seraya tersenyum hingga pipit lesungnya terbit di kedua pipinya yang agak temban. "Bagi-bagi dong, Buk. Sudah dua musim buah mangga Bu Broto nggak pernah ngasih saya mangga. Sebuah kek?"
Bu Broto memasang ritsleting jaket impornya agar angin kencang tidak menyusup masuk ke dalam dadan...