Disukai
3
Dilihat
30
Kekasihku anggota PASKIBRA
Romantis
Cerpen ini masih diperiksa oleh kurator

Lily tampak senang hari ini. Sejak pagi ia menjejakkan kakinya ke sekolah ia tersenyum manis. Teman-temannya heran akan hal itu dan menanyakannya, namun Lily hanya tersenyum dan berkata bahwa tidak ada sesuatu yang besar.

SMK Negeri Prestasi, dengan kelima jurusan berbeda di dalamnya, di sanalah Lily menempuh pendidikannya, dengan jurusan Tata Busana. Hari ini hari Kamis, minggu terakhir bulan ini. Lily sudah tidak sabar menunggu sang kekasih yang telah membuat janji dengannya hari ini. Ketika bel istirahat pertama berbunyi, Lily bergegas meraih botol minumnya dan beranjak dari bangkunya. Aisah yang melihat itu sontak berseru.

"Mau ke mana kamu? Ikut!"

Lily mengangguk mengiyakan, ia menyeringai dalam hati. Mereka berdua berjalan menuruni tangga untuk menuju tempat pengisian air minum di parkiran sekolah bagian dalam. Lily tersenyum menatap ponselnya sebelum memasukkannya dalam saku dan mulai mengisi botol minumnya. Lily sedang memutar tutup botolnya rapat-rapat ketika Aisah menepuk-nepuk lengannya dan berbisik tidak sabar.

"Hei, Lily! Lily!" 

"Apa sih??" Lily mengernyit heran dan menoleh ke samping.

Sekelompok senior kelas 2 berjalan ke arah tangga dengan bersenda gurau. Nampak mereka semua mengenakan kemeja putih dengan jas hitam, sangat menonjolkan ciri khas jurusan Perhotelan dan Pariwisata. Salah satu dari mereka menoleh ke arah Lily seolah sedang mencari sesuatu. Pemuda kurus berkacamata yang kebingungan itu terkesiap dan tersenyum sumringah ketika melihat Lily di hadapannya. Aisah yang sudah gemas dan menepuk-nepuk pundak Lily itu terkejut ketika Lily hanya diam. Lily meletakkan botolnya di lantai dan melangkah mendekat pada pemuda tersebut dengan memanyunkan bibirnya. Pemuda itu terkekeh dan merentangkan kedua tangannya.

"Bang Arkana... Aku kangen..." Lily mendekat dan menggenggam kedua tangan pemuda tersebut.

"Abang lebih kangen!" Sang pemuda menggenggam tangan mungil gadis itu erat-erat, menyalurkan kerinduannya.

Arkana, pemuda yang merupakan kekasih Lily itu berada satu tingkat lebih tinggi dari Lily. Ia sedang menjalani praktik kerja lapangan selama 6 bulan, dan sebulan sekali ia datang ke sekolah untuk melakukan absensi rutin. Karena ia sering pulang malam ketika mendapat shift siang, ia hampir tidak punya waktu untuk bertemu sang kekasih. Sehingga waktu absensi ke sekolah inilah yang dijadikannya sebagai kesempatan bertemu Lily. Keduanya merahasiakan hubungan mereka, namun tetap menjawab 'sudah punya pacar' bila ada orang yang mendekati. Lily memanggil sang kekasih dengan sebutan 'abang', masih sama ketika ia masih merupakan capaskibra. 

"Biasakan manggil senior cowok 'bang', senior cewek 'kak', ya, adik-adik?" ucap Divtra, senior yang berada satu tingkat lebih tinggi dari Lily.

"Siap, iya, bang!"

"Abang ke ruang guru dulu, ya?" Lily mengangguk ketika sang pemuda mengusap puncak kepalanya sebelum pergi menyusul teman-teman rombongannya.

Lily kembali ke wastafel dan meraih botolnya yang masih berada di lantai. Ia tersipu ketika melihat Aisah yang menatapnya ternganga. Lily tersenyum bangga dan segera berjalan menuju kelas diikuti Aisah.

"Heh, Ly! Apa-apaan tadi?? Jawab Ly!" tanya Aisah tidak sabar. Dirinya dibuat heran oleh kejadian barusan karena sejauh yang ia tahu, Lily hanya menyukai Arkana dalam diam. Tidak pernah juga ia melihat Lily mengobrol dengan pemuda tersebut. Lily hanya diam dan tersenyum dengan wajah memerah.

"Udah, kamu balik ke kelas sana..." ucap Lily.

"Dih, ngusir lu??"

"Mas Dani ga datang hari ini, nanti kamu bosan kalau ikut aku." Aisah tertegun sejenak ketika nama gebetannya disebut. Lily sengaja melakukannya mengetahui fakta bahwa Dani tidak berteman dekat dengan Arkana.

"Bentar, emang kamu mau ngapain?"

"Nunggu abang." jawab Lily singkat.

"Demi apa??"

"Udah, ah... Nanti aku cerita, balik kelas sana!"

"Terus aku ngapain di kelas? Bosan tau!"

"Kan kita jamkos, terserah kamu lah mau ngapain,"

Aisah mengangguk pasrah dan berjalan kembali ke kelasnya. Ia berjalan sembari mengingat kembali ketika Arkana belum berangkat praktek kerja lapangan.

"Shh! Ada abangku." Lily terpaku di tempatnya.

"Sapa dong!" ujar Aisah tidak sabar. Namun Lily menggeleng gemas.

"Engga, ah! Aku mau mengagumi dia dari jauh aja."

"Mereka ada hubungan, kah?" gumam Aisah.

Pada akhirnya, Aisah kembali ke kelas sementara Lily menunggu di kantin. Jam istirahat kedua telah berakhir, sehingga kantin begitu sepi. Lily menyalakan ponselnya dan memberi kabar pada Arkana bahwa ia menunggunya di kantin. Tidak lama setelah itu, Lily mendengar suara langkah kaki dari sebelah kirinya, arahnya dari tangga dapur kelas Tata Boga. Gadis itu menoleh, tersenyum ketika ia melihat Arkana berjalan ke arahnya.

"Abang," panggil Lily dengan lembut. Arkana mendekat dan menggenggam kedua tangan gadis itu erat-erat.

"Kangen..." lirih Arkana.

"Adek juga kangen abang...."

Mereka duduk berdampingan di bangku kantin, dengan Arkana menyandarkan kepalanya di bahu Lily untuk melepas lelah sejenak. Keadaan kantin sunyi sepi, dan tidak ada seorangpun kecuali mereka berdua disana ketika Lily memainkan jemarinya di helaian rambut Arkana.

Panggilan abang-adik, terkesan seperti saudara, tentu saja. Beberapa orang bisa saja berpendapat mereka aneh, tapi keduanya tidak ada niatan untuk mengubah panggilan tersebut. Mereka tidak peduli apa kata orang tentang hubungan mereka. Sejak pelatihan capaskibra, Lily sudah terbiasa memanggil Arkana dengan sebutan 'abang'. Sekalipun sekarang Lily tidak menjadi anggota paskibra sekolah, Lily tetap lebih nyaman menggunakan panggilan 'abang' untuk para seniornya yang merupakan paskibra sekolah.

"Gimana kerjaannya hari ini?" tanya sang gadis dengan lembut. Arkana segera duduk tegak, sekalipun sebenarnya ia ingin berlama-lama dalam posisi bersandarnya.

"Aku suka kerjaannya. Tapi capek tau harus berdiri terus. Aku 'kan kerjanya di bagian front office. Udah gitu, seniorku jutek banget hari ini, jadi baterai sosialku terkuras habis." keluhnya manja. Lily hanya tersenyum maklum mendengarkan.

"Begitu, ya..."

"Tapi ketemu sama kamu itu ngisi tenaga aku lagi, tau." Lily tersenyum manis, pemuda ini selalu bisa menenangkannya.

Jam istirahat memang sudah selesai, namun jam kosong selama 2 jam ini tidak mau Lily sia-siakan hanya dengan duduk manis di kelas. Sepasang kekasih itu saling bercerita, mengoceh tentang hari-hari mereka, rencana masa depan, bahkan kejadian masa lalu.

"Abang tahu tidak? Pertama kali aku tertarik sama abang tuh waktu sudah dekat hari pengibaran, lho." celetuk Lily tiba-tiba.

"Iya?! Masa sih?"

"Iya, bang. Terus semakin jatuh lagi dan akhirnya memutuskan buat suka sama abang itu tepat tanggal 16 Agustus, di malam karantina itu."

"Waktu itu aku belum kenal kamu ya..?" tanya Arkana membuat Lily tertawa kecil sembari mengangguk gemas.

"Kok kamu bisa tertarik sama aku, sih?" Arkana bertanya tiba-tiba.

"Ih, abang tuh lembut banget orangnya! Aku sudah capek dikasari terus, bang. Tapi kalo sama abang, rasanya amaaan banget. Abang juga ngga pernah bentak kami waktu latihan dulu."

"Terus, abang itu menghargai orang lain banget, aku salut sama abang! Maksudku, aku cuma kasih abang hasil gambar aku, tapi reaksi abang tuh bikin aku ngerasa dihargai banget!" celoteh Lily.

"Bicara soal gambar, abang jadi ingat waktu kita jadian dulu." Arkana menatap langit-langit kantin, pikirannya melayang ke 5 bulan lalu, ketika ia belum menjalani praktik kerja lapangan.

"Iya kan?? Itu abang gemesin banget!!"

"Doa terbaik buat abang. Izinkan saya menggambar abang sekali lagi." ucap Lily dalam pesan pribadi di Instagram, tepat di hari ulang tahun Arkana.

Pesan itu hanya disukai dan diunggah ulang oleh Arkana tanpa sepatah kata pun baik di kolom percakapan, maupun di unggahannya. Hal itu membuat Lily senang sekaligus sedih karena sebenarnya ia ingin Arkana melihatnya. Ia ingin memberikan hasil karyanya pada sang pemuda. Sampai tiba keesokan harinya Lily dikejutkan oleh pesan dari Instagram Arkana.

"Gambarnya boleh buat saya?" pinta Arkana. Lily tersenyum lebar sembari mengirim pesan balasan.

"Boleh banget! Kelasnya abang dimana?"

"Ruang teori 20, dek." Lily memekik pelan menyadari kelas Arkana hanya berjarak 3 ruangan dari kelasnya. Segera ia berlari dengan mendekap kertas hasil gambarnya.

"Abang, saya di depan." Lily mengirim pesan teks pada Arkana.

"Bentar, ah, aku mau ketemu adik kelas ini, loh!" Gadis itu dapat mendengar suara seniornya dari balik pintu.

"Haii!!"

"Selamat ulang tahun, Bang Arkana!" Lily tersenyum manis ketika ia menyodorkan selembar kertas yang berisi hasil karyanya pada sang pemuda.

"Terimakasih, yaa! Ya ampun! Ini bagus banget! Jauh lebih bagus dari yang kemarin, lho!" Lily tersipu mendengarnya

"Masa, sih?"

"Iya!!" Arkana mengangguk gemas.

Tiba-tiba saja Arkana menarik pergelangan tangan Lily supaya gadis itu mendekat padanya. Sang pemuda tersenyum penuh arti, menatap Lily dalam dalam. Wajah gadis manis yang tidak biasa ditatap itu memerah perlahan-lahan. Lily baru akan menanyakan sesuatu ketika Arkana berujar,

"Dek, jadian, yuk?"

"Hah??" Lily ternganga. Ia bergumam dalam hatinya, memastikan bahwa ia tidak salah dengar.

"Pacaran sama aku, yuk?"

"T-tapi, bang..."

"Kamu mau, tidak?" tanya sang pemuda dengan lembut. Ia tidak berniat memaksa gadis di hadapannya.

"Mau."

Lily menunduk ketika mengatakannya. Ia tidak berani menatap Arkana. Ia begitu gugup, tidak menduga bahwa orang yang disukainya sejak lama ternyata mau berpacaran dengannya. Apakah ia sedang bermimpi?

"Seriusan, dek??" Lily berdebat dalam hatinya. Pemuda ini serius atau tidak, sih? Tetapi ketika ia mendongak dan melihat senyum manis Arkana yang melebar dengan pipi yang memerah sampai ke telinga, sepertinya pemuda ini tidak main-main.

"Random banget, sih, bang?" kekeh sang gadis berusaha menutupi rasa gugupnya. Arkana tidak bisa tidak ikut tertawa melihatnya.

"Tapi beneran, nih, dek?"

"Iya, abang."

"Kita pacaran sekarang?" bisik sang pemuda dengan Lily menunduk tersipu menatap tangannya yang masih berada di genggaman hangat Arkana.

"Iya, bang. Sudah, saya malu!" Lily menutup wajahnya dengan satu tangannya.

Arkana tertawa dengan wajah yang memerah padam, lalu menarik tangan Lily yang masih digenggamnya. Ia mendekat untuk memeluk gadis itu. Jantungnya berdegup lebih kencang dari biasanya. Ia bertanya-tanya dalam hati apakah Lily dapat mendengar degup jantungnya. Sementara itu Lily menyembunyikan wajahnya di pelukan Arkana, dengan tangan mungilnya meremat kemeja sang pemuda.

"Lucu banget, ya, kalau diingat-ingat!" Arkana terkekeh.

"Maaf, ya, abang."

"Kenapa minta maaf?"

"Habisnya, aku kan ngga pernah pacaran, pasti membosankan banget kalau sama aku..." Lily menunduk dan tersenyum sedih ketika ia meremat rok seragamnya. Arkana menghela nafas dan menatap Lily dalam-dalam.

"Kamu kenapa, sih? Hm?" tanya sang pemuda dengan lembut sambil merengkuh gadis itu mendekat padanya.

Arkana menyelipkan rambut Lily ke belakang telinga. Jemarinya sibuk bermain di helaian rambut Lily yang tergerai. Arkana membiarkan keheningan menyelimuti mereka untuk beberapa saat.

"Tumben rambutmu diurai? Ngga dimarahin guru?"

"Karena abang lebih suka rambutku diurai." Arkana tertegun mendengarnya. Ia tidak menduga Lily mengingat hal sekecil itu.

"Iya, mau dibuat bagaimanapun kamu tetep cantik banget, kok" ucapnya acuh.

"Rambutmu lagi bagus, ya, ini? Kalo rambutnya diikat nanti tidak bisa aku elus begini," Arkana terkekeh dengan terus memainkan jemarinya menyusuri helaian rambut sang kekasih. Sesaat kemudian Arkana berhenti dan menarik dagu Lily agar menatapnya.

"Dengar, ya, sayangnya abang..." suara lembut Arkana membuat Lily merasa begitu aman.

"Abang suka sama kamu. Ngga ada manusia yang sempurna, dek. Abang sudah pernah pacaran sebelumnya, kamu belum pernah, tapi itu ngga akan jadi masalah yang besar buat hubungan kita, kok. Abang lho juga masih belajar, dek."

"Kita belajar sama-sama, ya? Belajar cara berpacaran yang baik, belajar komunikasi, menghargai, semuanya akan kita lakukan sama-sama."

"Paham?"

"Siap, paham, bang."

"Ngga usah formal gitu, ah." Lily tertawa kecil mendengarnya.

"Sudah, ya? Ngga boleh minder!" Arkana mencubit kedua pipi Lily dengan gemas.

"Aduh, abaang! Iyaa, bang!"

Kedua remaja SMK itu melanjutkan pembicaraan mereka. Bersenda gurau, mengomel, serta mengungkapkan isi hati mereka, karena mereka amat jarang bertemu seperti ini.

"Abang, katanya awal Mei nanti paskibra sekolah ada lomba ke luar ya?"

"Iya, LKBB satu kota ini."

"LKBB itu apa, bang?"

"Lomba Keterampilan Baris-Berbaris. Kamu pasti lihat waktu abang latihan PBB variasi buat November kemarin, itu yang dilombakan."

"Ohh, yang abang pakai seragam merah-merah itu, 'kan?"

"Nah, iya! Waktu itu, dek, abang tuh--" ucapan Arkana terpotong oleh dering ponselnya.

"Angkat dulu, bang," Lily tersenyum lembut. Arkana mengangkat panggilan tersebut dan menunjukkan raut murung setelah ia selesai bicara.

"Ada apa?" tanya Lily.

"Disuruh balik ke hotel..." Arkana menggembungkan pipinya kesal.

"Nanti lanjut lagi, abang... Kita video call, ya?"

"Aaa, ngga mauu..."

"Aduh duh..." Lily menarik Arkana ke pelukannya dan mengusap lembut punggungnya.

"Malas." Arkana membalas pelukan Lily, mengusapkan wajahnya di bahu Lily.

"Tidak apa-apa..." Lily mendekapnya erat dan membelai belakang kepalanya dengan lembut.

Lily berdiri dan merentangkan kedua tangannya. Arkana memeluknya erat dan meremat seragam sang gadis. Ia hanya dapat bertemu dengan Lily di sekolah setiap satu bulan sekali, namun waktu berjalan begitu cepat saat ia bersama gadis itu. Dengan berat hati Arkana mengusap rambut Lily sebelum akhirnya melepas pelukannya.

"Sabtu mau ketemuan, dek?"

"Abang tidak sibuk?"

"Tergantung bisa minta cuti apa engga, sih..."

"Sudah, tidak apa-apa..." Lily mengusap lembut rambut sang pemuda.

"Adek antar ke gerbang?" tawar Lily dan dibalas gelengan kepala oleh Arkana.

"Adek balik ke kelas aja... Nanti kelihatan sama satpam, gimana?" ucap Arkana meyakinkan. Lily mengangguk patuh.

"Hati-hati, ya, abangku sayang..." gumam sang gadis dengan rona merah di wajahnya.

"Hm??"

Kalau kau bertanya-tanya, Arkana mendengarnya. Namun pemuda itu berpura-pura tidak mendengar kalimat barusan dan mengangkat alisnya heran. Lily segera memasang senyum manisnya.

"Hati-hati, abang..." Arkana mengangguk dan tersenyum. Wajah memerah Lily itu tidak dapat berbohong padanya.

"Semangat belajarnya, ya." Arkana mengacak-acak rambut Lily dengan gemas sebelum berbalik dan pergi.

"See you again, I hope soon..."

Suka
Favorit
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar