Raisya akan setia menunggu jodohnya dari surga. Seorang laki-laki soleh yang akan menjadi imamnya, baik di dunia maupun di akherat. Siang malam dia bermunajat kepada Allah agar doanya dikabulkan. Walau hari berganti hari, minggu berganti minggu, bulan berganti bulan, dan tahun berganti tahun, belum juga datang jodoh yang didambakan. Tapi dia sangat yakin, suatu saat Allah akan mengirim laki-laki dari surga itu kepadanya. Dia sering menceritakan harapannya ini kepada orang-orang di sekitarnya.
“Kamu jangan berkhayal terlalu tinggi, Raisya. Mana ada laki-laki dari surga di dunia ini?” cetus seorang temannya suatu hari menanggapi ceritanya.
“Aku yakin laki-laki dari surga itu ada!” ujarnya meyakini.
“Bagaimana kamu tahu?”
“Aku pernah bermimpi bertemu dengannya.”
“Seperti apa wajahnya?”
“Tampan, seperti Rasulullah! Tapi kukira lebih tampan Rasulullah. Setidaknya mendekati Rasulullah. Dari wajahnya memancar cahaya!”
Temannya itu hanya tersenyum kecut. Dia pun tak bisa memberi komentar lagi, karena Raisya begitu yakin dirinya akan dipertemukan dengan laki-laki dari surga. Raisya nampaknya terobsesi pada laki-laki dari surga.
Raisya kini memang telah dewasa. Usianya menginjak duapuluh tujuh tahun pada bulan Mei tahun ini. Dia tinggal berdua bersama Saodah, neneknya dari pihak ibu, di rumah sederhana peninggalan almarhum kakeknya. Dia ikut sang nenek setelah ibu kandungnya meninggal dunia saat usianya masih lima tahun. Sementara ayah kandungnya pergi entah ke mana. Sudah bertahun-tahun lamanya tak pernah pulang, apalagi mengirim kabar. Menurut cerita orang, laki-laki itu telah menikah lagi dan memiliki keluarga baru di tanah seberang.
..