Disukai
1
Dilihat
1,125
janin perawan terakhir
Horor
Cerpen ini masih diperiksa oleh kurator

“Kak tolong Kak, Arya takut di sini Kak, sakit Kak” anak kecil tahun terlilit bulu hitam tergantung di udara. Tangan dan Kaki renggang terikat bulu hitam . “Kak tolong Kak, sakit Kak “ lanjut anak kecil itu.

 

“Iiiaaaaakkkkkk” teriak Amanda dari tempat tidurnya, terbangun dan duduk masih di atas kasurnya. Matanya mencoba melihat sekitar, dipikrannya hanya mimpi. Baru saja akan merapikan posisinya, kepala kambing dengan tanduk berliuk panjang mendekati wajahnya, mulut kambing itu terbuka mengeluarkan darah dan suara bising memekikkan telinga Amanda. “Ibuuuuuuuu” teriak Amanda makin keras.

 

Sekali lagi Amanda terbangun dari tidurnya. Ternyata baru saja bangun dari mimpinya lagi. Keringatnya menetes dari keningnya.Kali ini Amanda benar-benar telah bangun dari tidurnya. Pintu kamarnya terbuka dan Ibunya masuk langsung mendekap “mimpi lagi yaa?” Tanya Ibu memeluk anaknya.

 

“Iya bu, Arya katanya sakit bu”

 

***

 

Setahun lalu.

 

Amanda bangun dari tempat tidurnya, mencoba untuk merapikan diri dan seprai dan kasurnya. Terlahir dengan tubuh tidak sempurna, namun Amanda harus tetap belajar mandiri. Dikamarnya yang sangat besar karena memang rumahnya nya bak istana. Terlahir di keluarga kaya membuat Amanda tidak manja untuk beberapa hal yang bisa dia kerjakan maka akan lakukan sendiri. Setelah merapikan tempat tidur, melangkah pelan keluar kamar. Tulang Kaki kirinya pada bagian lutut keluar dari posisi bentuk normal. Tangan kirinya juga susah untuk diluruskan hanya bisa tertekuk sejak lahir sehingga jarinya susah di gerakkan secara sempurna. Matanya juga besar sebelah. Mata kirinya lebih sipit daripada mata kanannya yang bulat bahkan seperti orang yang melotot. Sekarang Amanda sudah berusia enam belas tahun. Tumbuh tinggi tetapi tidak sempurna.

 

Amanda berjalan pelan dari kamarnya turun melewati tangga menuju lantai dasar ke ruang makan. Ayah dan Ibunya sudah menunggu untuk memulai sarapan bersama. Mbak Siti masuk bersama Arya. Arya baru berumur lima tahun, tetapi sudah menunjukkan rasa penasaran yang sangat mendalam akan berbagai hal. Semua mulai sarapan bersama. Mbak Siti menunggu di ruang dapur tetapi bolak baik tak menentu seperti orang yang gusar. Semua selesai sarapan seperti biasa, Ayah akan masuk ruang kerja yang ada dalam kamar utama. Duduk dengan latar belakang jendela kaca yang besar. Pemandangan di luar jendela terhampar luas perkebunan kelapa sawit milik mereka. Sekitar seratus hektare lebih milik mereka sekarang dikelola dengan baik. Ibunya biasanya menghabiskan hari dengan kedua anaknya sebentar lalu pergi ke ruang kerja Ayahnya. Amanda kadang bermain dengan adiknya Arya di taman kadang di kamar atau mereka sIbuk sendiri. Tetapi Amanda sering duduk sendiri di sisi lain taman. Arya bermain dikamarnya sendiri dengan berbagai maInan. Kamarnya yang besar bisa menyimpan berbagai maInan. Mbak Siti setelah beberes seluruh isi rumah biasanya hanya menemani Amanda. Ke mana pun Amanda pergi, mabk Siti pasti ikut. Begitu tugas utama yang pernah disampaikan Ibu kepada mbak Siti. Ibu orang yang ramah kepada mbak Siti, sehingga Siti segan bahkan tidak mau mengecewakan majikaannya. Sudah hampir setahun, dia tidak pernah merasakan kemarahan ataupun hal menakutkan dari majikannya, baik dari Ibu , Ayah atau anak-anaknya. Hanya saja sekarang mbak Siti memendam sesuatu tetapi takut menyampaikan kepada majikannya.

 

Malam itu setelah makan malam, mabk Siti membereskan piring lalu menghadap Ibu.

 

“Maaf bu, saya mau bicara bu” kata mbak Siti pelan kepada Ibu . Karena hanya tinggal mereka berdua saja di ruang makan. Kadang Ibu juga membantu membereskan piring kotor selesai makan.

 

“Iya Siti, bicara saja” Ibu menaggapi dengan ramah.

 

“Begini bu, saya kan sudah lama kerja di sini bu,jadi saya mau pulang kampung saja bu, gaji saya selama ini di sini kan tidak terpakai bisa jadi modal jualan di kampung bu” jelas Siti dengan lega. Karena umurnya masih delan belas tahun ada banyak hal yang masih ingin dia lakukan. Dengan tabungan gaji yag selama ini tidak terpakai membuat Siti memiliki ide untuk membuka usaha dikampungnya kelak.

 

“Wah bagus itu, kamu ada pikiran maju bagitu.” Respons Ibu pun mendukung “ tetapi kamu kerjanya di sini bagus loh Siti “

 

“iya bu, tetapi ini sudah niat saya dari dahulu, tidak mau kerja sama orang lama-lama.” Siti menambah alasan agar meyakinkan majikannya.

 

“Oh begitu yaa, tetapi kamu tahu kan syarat berhenti kerja di sini?” Tanya Ibu.

 

“Saya tidak tahu bu, apa bu?” Tanya Siti.

 

“Masa kamu lupa, dahulu kan dibawa sama mbak yun ke sini loh dahulu ajar dahulu sebulan.” Jawab Ibu

 

“oh begitu ya bu” potong Siti.

 

“Jadi begini Siti, sebelum kamu berhenti, kamu cari dahulu pengganti kamu, terus selama sebulan kamu latih dahulu sama seperti mbak yun dahulu melatih kamu selama sebulan baru dia keluar, begitu loh Siti. Biar tahu persis apa yang harus dikerjain selama kerja di sini.” Jelas Ibu kepada Siti.

 

“Jadi cuma itu ya bu?” Siti mempertegas.

 

“Nah satu lagi yang penting, harus perawan, saya gak mau yang udah nikah apalagi punya anak, soalnya kamu tahu kan, Amanda itu butuh teman, sama seperti kamu selama ini di sini.” Ibu mempertegas lagi syarat yang dIbutuhkan untuk jadi pembantu agar bisa tinggal di rumah itu tanpa membagi pikirannya. “Cari yang masih muda kayak kamu biar kuat”

 

“baik bu, besok saya coba cari “ Siti menutup pembicaraan dan pamit dari hadapan Ibu.

 

Ibu melangkah keluar dari ruangan itu menuju kamar. Lalu dari kamar menuju ruang kerja suaminya. Ayah duduk santai merokok.

 

“Yah, Siti katanya mau berhenti.” Kata Ibu.

 

“ Oh ya” jawab Ayah, sambil langsung melihat kalender di mejanya.” Hmm, pas ini bulan depan. “

 

***

 

Siang itu Siti sudah kembali dari pasar dengan membawa belanjaan. Setelah menaruh barang dan menyusun didapur, Siti berbenah dan mencari Ibu. Siti mengetok pintu kamar majikannya.

 

“Ya siapa?” Jawab Ibu dari dalam kamar.

 

“Ini Siti bu.” Jawab Siti.

 

“Ohhh .. Ada.. Apa ya… Siti?” Suara Ibu dari dalam terengah-engah samar dari kamar.

 

“Ini bu mau membahas yang semalam” jawab Siti.

 

“ Oh… bentar ya… Siti” jawab Ibu.

 

“Iya bu” Siti pergi menuju dapur.

 

Tak lama berselang lima belas menit, Ibu masuk dapur lalu mengambil gelas dan mengisi air. “ Tadi mau ngomong apa Siti?” Tanya Ibu lalu minum air dari gelas yang baru dia isi. Tubuhnya berkeringat. Hanya memakai pakaian tidur masuk dapur. Siti sering mendapati melihat Ibunya hanya memakai gaun tidur di rumah baik siang hari keluyuran dalam rumah. Hal itu biasa bagi Siti karena hanya ada mereka saja dalam rumah.

 

“Ini bu, saya udah dapat pengganti saya bu, dua hari lagi mau datang ke sini bu.” Jawab Siti.

 

“Oh bagus itu.” Jawab Ibu singkat lalu pergi lagi masuk kekamarnya. Siti lalu lanjut memasak.

 

***

 

Setiap sore Amanda bermain dengan Arya di teras rumah. Rumah bak istana berada jauh dari permukiman desa terdekat sekitar sembilan kilometer. Hal itu biasa memiliki rumah berjauhan karena luasnya perkebunan kelapa sawit di daerah mereka tinggal. Amanda sangat menyukai bermain bersama adiknya. Arya walaupun terlahir sempurna tidak seperti Kakaknya. Tetapi Arya sangat sayang kepada Kakaknya. Pernah suatu ketika, ada ulet ditangan kanan Kakaknya, Arya langsung menepis dan memukul ulet itu karena tahu Kakaknya sulit bergerak untuk melakukan itu.

 

Arya juga sering menuntun langkah sang Kakak kalau berjalan kecapekan. Amanda selalu di ajarkan Ibunya agar bisa berjalan sebanyak sepuluh rIbu langkah sehari dan sering, sering naik turun tangga. Walaupun Arya memiliki banyak maInan dalam kamarnya, kadang araya sering mengajak Kakanya bermain bersama dalam kamar Arya. Dengan berbagai maInan yang mereka miliki.

 

Kadang Ibu dan Siti bermain bersama Amanda dan Arya bermain di halaman belakang. Hemparan rumput luas mereka bisa lari-lari dan kejar-kejaran. Kadang seharian bisa menghaiskan tenaga hanya bermain bersama. Mereka main membuat tenda. Main ayunan, Ibu mendorong Amanda, Siti mendorong Arya , berpacu siapa yang paling jauh. Ibu kadang mengendong Arya di pundaknya untuk mengambil buah dari pohon jambu dihalaman.

 

***

 

Siti membuka pintu utama lalu melihat ada tikus mati tepat di depan pintu tersebut. Baru kali ini selama dia kerja, ada tikus mati disitu. Perut tikus tersebut terburai keluar. Siti menutup hidungnya dengan tangan kanan lalu memegang tikus dengan tangan kiri yang disarungi plastik. Tikus dimasukkan keladalm plastik lalu dIbuang ke tong sampah di samping. Baru mau menuju ke pintu lagi ada seorang perempuan berdiri dengan mengganden tas pakaian besar.

 

“Eh kamu siapa?” Tanya Siti.

 

“Saya Ina, saya yang mau melamar kerja jadi pembantu di sini.” Jawab perempuan ini.

 

“Oh kamu yang di bilang sama mbak ara ya?” Tanya Siti.

 

“Iya mbak ara tetangga saya, bilang di sini butuh pembantu.” Jawab Ina.

 

“Oh silakan masuk.” Siti mengajak masuk.

 

Setelah bertemu dengan Ibu dan Ayah dan kedua anak, Siti menjelaskan sedikit tentang kerja di rumah itu. Ibu juga ikut menambahkan semua hal yang perlu diketahui. Ayah seperti mempercayakan semua hal kepada Ibu untuk mengatur rumah. Ibu juga menekankan untuk tidak seprti pemantu tetapi seperti teman bagi anak-anak khususnya Amanda. Ina mencoba memahami mengapa Amanda mengapa perlu perhatian khusus.

 

***

 

Sejak saat itu Ina bekerja dengan arahan langsung dari Siti. Apa yang harus diperhatikan apa yang tidak boleh dilakukan. Seperti sesederhana untuk melakukan apa yang diperintah Ibu khususnya. Dan apa yang tidak boleh seperti untuk tidak masuk kamar bila tidak disuruh. Jadwal membersihkan kamar utama tergantung perintah langsung Ibu, selain itu untuk tidak masuk kamar. Siti juga menjelaskan sebenarnya tidak banyak hal yang perlu dibersihka dalam kamar utama, karena Ibu juga sudah sering bersih-bersih. Hanya saja ditel-ditel kebersihan saja yang perlu di perhatikan. Sedangkan kamar kedua anaknya hanya kamar Arya saja yang perlu diperhatikan. Sedangkan kamar Amanda dibersihkan oleh Amanda bersama dibantu Siti. Siti juga menjelaskan bahwa Ibu , Ayah adalah majikan yang baik tidak pernah membentak ataupun marah sekali pun. Ina cukup yakin penjelasan Siti. Siti selalu mengingatkan untuk memberikan perhatin lebih kepada Amanda ketika keluar rumah. Ina meyakInakan Siti bahwa dia bisa menangani itu semua. Selama hampir sebulan sudah lewat.

 

“Siti , kira-kira bagaimana soal Ina?” Tanya Ibu di ruang makan saat makan bersama. Untuk terakhir kalinya Siti makan bersama dimeja makan bersama keluarga majikannya.

 

“Ya sudah siap bu. Udah bagus.” Jawab Siti. Ina yang berdiri dekat Siti jadi lega.

 

“Sekarang jamuan makan malam terakhir bersama Siti, besok, pagi-pagi saya antar Siti ke termInal.” Ayah berdiri memberikan sambutan pada makan malam bersama. “Sebagai ucapan terima kasih, kami mau kasih hadiah sama Siti. “ Lanjut Ayah memberikan kotak. “Eit jangan dIbuka sekarang. Bukanya nanti di kampung saja Siti biar kangen sama kami.”

 

Siti makin terharu dengan perlakuan majikannya, serta bangga menerima hadiah. Air mata bahagianya telah diperlakukan dengan baik walaupun baru bekerja setahun. Selain menerima gaji, dan tunjangan lebih, selama bekerja di sini Siti mendapat perhatian dan perlakuan yang baik dari majikannya. Ina yang melihat itu semua jadi makin yakin bekerja di sana. Majikan yang memperhatikan pembantunya dengan baik terlihat nyata baginya. Suguhan minuman terbaik dIbuka untuk Siti dan juga Ina boleh menikmatinya. Semua hanyut dalam perayaan perpisahan bagi Siti. Ibu tidak mau Amanda dan Arya sedih dengan perpisahan dengan Siti makanya merayakan pesta bagi semua orang.

 

***

 

Sekitar pukul sepuluh pagi, mobil Ayah masuk garasi dengan lumpur tebal di ban. Ayah turun dari mobil, lalu menuju dapur untuk membersihkan pakaiannya yang berlumpur. Setelah membuka sepatu, Ayah menuju kamar. Ina membersihkan lanti yang kotor bekas langkah tuannya. Ina bertanya “ jadi Siti udah berangkat ya pak?”

 

“Oh iya tadi pagi subuh sekali tadi sudah saya antar ketermInal. Jalan berlumpur” jawab Ayah.

 

“Oh begitu ya pak” lanujut Ina membersihkan dapur itu.

 

“Tolong bersihkan mobil juga ya Ina nanti.” Pinta Ayah.

 

“Baik pak” jawab Ina.

 

Ayah melanjutkan langkah ke kamarnya, Ibu seperti sudah menunggu di atas kasur, Ayah mencoba melompat ke kasur.

 

“Eit tunggu dahulu, mandi bersama yuk yah” ajak Ibu kepada Ayah agar mandi bersama. Ayah senyum langsung mengendong Ibu masuk dalam kamar mandi.

 

Ina membuka pintu mobil, mendapati lantai mobil berlumpur bekas Kaki Ayah. Setelah membersihkan bagian depan, Ina lanjut ke bagian belakang. Dari bagasi Ina mendapati cangkul yang penuh bekas tanah dan sepatu bot yang tiggi juga bekas lumpur. Ina membersihak itu semua sambil berpikir tadi tuannya lewat jalan mana menuju termInal hingga berlumpur semua. Padahal saat itu bukanlah musim hujan.

 

Ayah dan Ibu keluar kamar mereka lalu menuju ruang tengah. Ina sedikit heran melihat kedua majikannya. Keduanya terlihat awet muda, sang Ibu memiliki bodi idaman wanita layaknya artis top papan atas mengenakan pakaian apa pun terlihat cantik. Lalu sang suami wajahnya makin cerah, selain badanya makin tegap, otot-otot tangannya makin jelas. Berpakaian rapi membuatnya makin berwibawa. Ina kagum melihat pasangan majikannya ini kadang berangan-angan punya pasangan sperti mereka, lalu Ina mendekati mereka.

 

“Pak bu maaf mau bertanya, maaf kalau tidak sopan.” Ina meminta izin.

 

“Iya Ina mau tanya apa?” Ayah mempersilahkan.

 

“Kalau boleh tahu umur bapak Ibu berapa yaa, kok wajahnya segar kayak masih muda begitu badanya juga bagus?” Tanya Ina penasaran.

 

“Hahaha, ingin tahu” Ayah menggoda.

 

“Ah kita ini umurnya udah tua kok, perawatannya saja yang rajin ya kan Ayah?” Lanjut Ibu. Ibu dan Ayah tersenyum kagum dengan penampilan mereka masing-masing.

 

***

 

Ina mulai sekarang bekerja sendirian untuk membereksan rumah. Rumah bak istana dalam hutan ini menurut pikirannya bakal bikin susah. Tetapi Ibu memberika arahan hanya ruang tertentu saja yang perlu dibersihkan. Saat membersihkan lantai dua Ina selalu melihat lukisan besar di dinding. Anehnya menurut dia lukisan besar itu hanya ada warna hitam dan setitik warna merah ditengahnya. Ina membersihkan lukisan itu yang bingkainya juga dihiasi tali. Ketika membersihkan tali itu dia terpaksa harus jongkok. Ketika jongkok, dilihatnya ada sepasang Kaki yang dia tahu itu mirip Kaki kambing. Namun hanya ada sepasang saja. Ina menoleh ke atas tidak ada apa pun. Ina melanjutkan lagi kerjanya. Ina tidak lagi melihat apa pun di sana.

 

***

 

Amanda melihat sosok berdiri dari kejauhan di antara pohon sawit. Sosok yang berpakaian seperti Siti. Amanda melambaikan tangannya tetapi Siti tidak menjawab. Amanda dengan daya yang dia miliki mendekati Siti. Berjalan perlahan makin lama makin cepat mencoba berlari Amanda terjatuh. Amanda mencoba berdiri dengan keterbatasannya. Ketika sudah berdiri Amanda menoleh lagi kerah tadi sudah tidak ada Siti. Amanda menoleh keseluruh arah. Tidak ada lagi siapa pun. Tangan menepuk bahu Amanda, Amanda menoleh kearah tangan. Itu menoleh ke atas siapa yang menepuk bahunya, ternyata tidak ada kepalanya. Perlahan tangan itu mengeluarkan darah. Kedua pergelangan tangan sosok tanpa kepala mengeluarkan darah, Amanda menjauh, bicara seadanya, ketakutan dan melihat perut sosok itu perlahan-lahan mengeluarkan darah.

 

Amanda ketakutan. Tetapi Amanda berdiri, sosok itu mendekati dan memeluk Amanda bermaksud agar tidak negeluarkan darah lagi. Tubuh Amanda di guncang-guncang tetapi tidak bergeming. Amanda menangis. Tubuh Amanda rebah ketanah lalu masuk kedalam tanah. Amanda terkejut tanah langsung menutup seluruh badannya. Amanda mencoba menggali keluar tetapi terlambat sudah tubuhnya semua masuk tanah.

 

Amanda terbangun dari tidurnya.

 

Amanda mencoba menceritakan mimpinya pada Ibu. Sebenarnya Ibunya tidak terlalu mengerti cerita Amanda. Yang dia dengar beberpa kali Siti dan darah. Ibu hanya mengatakan mimpinya mungkin tanda rindu.

 

***

 

Arya mengendap-endap di belakang Ina. “Dooor” Arya mengkagetkan Ina. Ina pura-pura kaget agar menyenangkan hati Arya. “Kak Ina yuk kita main yukk, bosan nih.”

 

“Hhmmm main apa yaa…” jawab Ina “bagaimana kalau main petak umpet?”

 

“Ayo main petak umpet, sekarang Arya yang jaga biar Kak Ina sama Kak Amanda sembunyi, terus Arya berhitung lalu cari kami yaa.”Ina menjelaskan.

 

“Iyaaa” jawab Arya.

 

“Hitungnya yag banyak yaa, biar Kak Amanda bisa sembunyi.” Kata Ina.

 

“Hihung hsamm e seeyayuss yaa( hitung sampai seratus yaa)” kata Amanda kepada Arya.

 

“Iya satu, dua , tiga…”Arya mulai menghitung, Amanda dan Ina keluar kamar Arya. Amanda memberi isyarat kalau dia akan bersembunyi di dapur, sedangkan Ina keluar menuju taman.

 

“Lima, tujuh, sebelas, dua puluh “ Arya menghitung sesuka hatinya sesuai yang dia tahu. Selama ini dia hanya belajar menghitung dari Amanda dan juga Siti. Tetapi Arya belum hafal betul urutan berhitung yang benar. “ Selapan, empat, enam, tiga belas…”

 

Amanda duduk di dapur dekat lemari,merasa tidak nyaman, Amanda lalu berdiri di samping lemari piring.

 

Ina mengendap pelan-pelan di samping rumah. Ada jendela kaca besar itu adalah jendela dari ruang kerja Ayah. Sekilas Ina melihat Ibu duduk di atas kursi , ternyata di pangkuan Ayah. Keduanya menggoyangkan badannya di atas kursi itu. Kedua tangan Ayah berada di dada Ibu lalu meremasnya.

 

“Pokonya sampai jadi ya yah..” Kata Ibu.

 

“Iya bu” jawab Ayah terengah-engah. “Pasti jadi bu, ini katanya obat ampuh bisa crot banyak.”

 

“Iya Ayah, ini kerja Ayah yang Ayah idam-idamkan, goyang terus bisa jadi harta melimpah.” Lanjut Ibu.

 

“Iya sayang, aahh…ahhh…” jawab Ayah sambil terus menggoyang istri di atas pangkuannya.

 

Ina terkesima dengan pemandangan yang dia lihat sekarang di depan matanya. Majikannya bercinta dengan penuh hasrat membuatnya tak sadarkan telah meremas dadanya sendiri, perlahan tangan kirinya turun ke area bawahnya sendiri. Ina menikmati dirinya sendiri.

 

“Dooorr” Arya mengagetkan Ina lagi. Sontak ini terkejut langsung menutup mulut Arya yang belum sempat bicara. Dengan mudah Ina menggendong lari Arya menuju ke arah dapur.

 

Dari dalam ruang kerja , Ibu berdiri mencoba menoleh keluar jendela. Ayah serasa seprti diminta posisi baru langsung menyodok dari belakang Ibu. Ibu tidak menemukan apa pun di luar jendela lalu mendesah menikmati perlakuan Ayah.

 

“Kak Ina mengapa sih?” Tanya Arya. Ina keringat dingin. “Oh ga papa kok.”

 

“Kak Amanda di mana?” Lanjut Ina.

 

“Kak Amanda belum bertemu, sudah cari kekamar gak ada, ketaman samping gak ad , yang ada Kak Ina, ke teras juga gak ada.” Jawab Arya.” Apa di kamar Ayah mungking yaa?”

 

“Ohh itu tidak mungkin “ jawab Ina tegas.

 

“Kok Kak Ina tahu Kak Amanda gak ada di kamar Ayah?” Arya penasaran.

 

“Iya gak mungkin Kak Amanda di kamar Ayah, kan pasti ditempat lain. “ Jawab Ina kebingungan.

 

“Jadi di mana ya?” Arya sepertinya sudah pasrah.

 

“Cari di mana yaa” Ina mendukung Arya.

 

“Ah coba cari di depan teras ah.” Arya mendapat ide baru.

 

“Ayo kita cari ke teras.” Ina mengajak Arya ke depan.

 

Mereka berjalan dari dapur menuju teras. Amanda yang sejak tadi berdiri di lemari pun menghela napas panjang, tidak sengaja menyenggol gelas. Satu gelas jatuh kelantai, Arya langsung melihat Kak Amanda ada di samping lemari.

 

***

 

Pagi itu sebelum sarapan, Ibu sudah pergi joging. Hal biasa dia lakukan lari dari rumah hingga menuju pasar pagi terdekat. Dengan pakaian ketat membettuk tubuhnya mengundang perhatian banyak orang baik pria maupun wanita kagum dengan bentuk tubuhnya. Kadang dia lari pagi bersama suaminya kali ini sendiri. Dengan pakaian olahraga, dengan baju kaus lengan panjang dang juga celana selutut tentu jadi pemandangan tersendiri bagi orang-orang di pasar itu.

 

“Hee Ibu itu lihat artis keluar kandang”

 

“iya tu sekalinya keluar rumah tumpah tu air liur laki-laki”

 

“gak cuma air liur kalee”

 

“hahahah” semua tertawa serentak, gerombolan Ibu-Ibu memilih sayur jadi kelompok gibah.

 

“Bodi bagus, wajah kinclong awet muda.”

 

“Istrinya cantik suaminya ganteng”

 

“iya wajarlah, uang hasil sawit mau dihabisin ke mana lagi”

 

“iya anak cuma dua. Sawit ratusan hektare.”

 

“Tetapi sayang anaknya kann..”

 

“Ehh ngomong-ngomong soal anak, Ibu-Ibu dahulu perhatiin gak sih?”

 

“Eh perhatiin apaa?”

 

“Dahulu dia sempat hamil gak sih?”

 

“Eh iya, tahun lalu tuh, hamil keknya”

 

“eh dua tahun lalu juga keknya hamil”

 

“eh ada yang bilang keguguran”

 

“eh ada yang bilang berapa kali tuh keguguran”

 

“bukannya sebelumnya juga bunting?”

 

“Sebenarnya bunting apa buncit sih?”

 

“Ga tahu deh”

 

“eh iya kan beda bunting sama buncit”

 

“ apa tuh?”

 

“Bunting kan beranak, buncik gak berak-berak”

 

“hahahaha” semua kembali tertawa terbahak-bahak.

 

“Lagi beli sayur ya bu?” Ibu sudah ada di antara mereka. Kerumunan langsung terdiam. Perlahan satu per satu pergi.

 

***

 

“Bagaimana sayang hasilnya?” Tanya Ayah kepada Ibu.

 

“Negatif yah.” Jawab Ibu, keduanya lemas duduk di pinggir kasur. Seperti sudah kehabisan ide.

 

“Padahal waktunya tinggal dua bulan lagi yah” lanjut Ibu.

 

“Iya bu, apa mungkin karena sudah gak bisa hamil lagi ya?” Ayah menatap Ibu tajam. Keduanya terdiam.

 

Keheningan di antara mereka dalam kamar itu terasa sangat panjang.

 

“Kalau begini mungkin kita harus …” Ayah tidak memberanikan melanjutkan kalimatnya, tetapi Ibu sudah tahu arah tujuannya. Ibu tertunduk mulai menangis.

 

“Yah kalau kita coba berobat kalur negeri bagaimana?” Ibu bertanya.

 

“Bisa saja, hanya saja waktu kita tidak banyak, jika tidak berhasil, cuma itu satu-satunya jalan. “Jawab Ayah “mengapa ya yag terakhir jadi sulit begini, padahal tinggal satu lagi jadi genap yang ketujuh.”

 

“Iya Ayah yang minta yang paling besar” jawab Ibu.

 

“Sudahlah. Besok kita berangkat, bilang anak- anak sama Ina dahulu sebulan lebih.” Perintah Ayah.

 

“Ayah selama ini bikin rencana Ibu ikutin loh, tetapi apa jadinya nanti.” Kata Ibu meminta kejelasan.

 

“Sudahlah, percaya sama Ayah.” Ayah menutup percakapan.

 

Saat makan malam, Ayah menjelaskan bahwa besok pagi Ayah dan Ibu harus pergi sebulan. Selain kerja ada hal yang akan diurus. Kekecewaan karena Amanda dan Arya memohon ikut tetapi tidak dibolehkan. Arya yang merengek pun tidak di gubris Ibunya.

 

***

 

“Amandaaa… Amandaaa.. Tolooong sakit” seperti suara mbak Siti memanggil Amanda. Amanda menoleh ke kanan ke kiri. Amanda lari sekuat yang dia bisa ke antara pohon sawit.

 

“Amandaaa tolong saya Amandaaa, sakiiitttt..” Amanda masih mencari sumber suara. Baru saja mau lari lagi, Kaki kanan Amanda terperosot kedalam lubang tanah, tanah pucat menangkap dan menahan langkah Amanda, Amanda yang berusaha minta tolong pun mulutnya dIbungkam, Amanda berusaha minta tolong tetapi tidak bisa Amanda berontak dengan tenaga yang dia miliki.Kedua tangan dan Kakinya dan wajahnya ditari masuk kedalam tanah.

 

Gelap.

 

Amanda terbangun dari mimpinya, dengan keringat membesahi badannya.

 

Amanda menghela napas , duduk di pinggir kasur. Amanda berniat untuk menukar bajunya yag basah karena keringatnya lalu berdiri ke arah lemari pakaian, baru saja di buka, sepotong kepala kambing jatuh ketangannya dengan darah. Mata kambing terbuka Amanda terkejut dan mata kambing terjatuh. Amanda juga terjatuh kelantai.

 

Amanda terbangun dari mimpi buruknya lagi , bangun dari tidurnya, menangis. Berdiri ke arah pintu lalu menuju kemar orang tuanya.

 

Amanda menangis dalam pelukan Ibunya, Amanda mencoba menjelaskan mimpinya dengan bahasanya namun Ibunya hanya mencoba menenangkan saja.

 

***

 

Pagi setelah sarapan Ibu dan Ayah sudah berangkat. Amanda masih menagis minta ikut sedangkat Arya tidak ikut sarapan sebagai bentuk protes tidak ikut. Ina lumayan di pusingkan dengan keadaan ini. Ina berusaha menenangkan situasi dan menghIbur mereka berdua. Ina tiap saat hari memastikan mereka selalu dalam keadaan baik-baik saja. Bagi Amanda itu tidak teralalu sulit. Dia sudah berpikir untuk tidak terlalu lama bersedih. Bagi Arya beberapa hari gampang menangis. Apalagi tiap Ibu menelepon mereka. Itulah satu-satunya melepas kerinduan antar orang tua dan anak-anaknya.

 

Setelah selesai beberes isi rumah, Ina pelan-pelan mengajari Arya membaca berhitung dan juga menulis. Dengan telaten Ina memastikan Arya bisa belajar dengan baik. Amanda yang ikut belajar hanya membaca buku saja. Cuam hal itu saja yang menarik baginya, khususnya buku dengan banyak gambar warna-warni. Walaupun suara bacaan Amanda tidak jelas, Ina selalu menerka apa yang dimaksud Amanda. Arya perlahan mulai bisa mengenali angka dan huruf. Mereka menghabiskan hari seperti itu diters rumah, agar supaya berharap ketika orang tua mereka pulang langsung bisa disambut.

 

Arya sempat bertanya sebulan itu berapa hari. Ina menjalaskan sebulan itu biasanya tiga puluh hari. Lalu Arya bertanya sudah berapa hari Ayah Ibu pergi. Ina menjelaskan bahwa mereka belum pergi sebulan. Amanda melihat wajah Ina ketika menjelaskan itu, Amanda langsung mengatakan bahwa Ina bohong. Ina menjelaskan kalau dia tidak bohong.

 

Suatu ketika Ibu menelepon menanyakan kabar mereka, Arya bercerita panjang lebarkalau dia sudah bisa membaca dan menulis dan berhitung, lalu aray cerita juga kalau sebulan tiga puluh hari dari Kak Ina. Arya bertanya sudah berapa hari Ibu pergi. Ibu menjelaskan mereka sudah pergi lebih tiga puluh hari tetapi tenang saja akan segera pulang beberapa hari lagi. Amanda bicara seadanya kepada Ibunya. Ibunya hanya mengiyakan perkataan Amanda. Lalu di akhir percakapan, Ibu minta menjaga anak-anak baik-baik tinggal beberapa hari lagi.

 

***

 

Pagi itu Amanda mengeluh sakit perut. Ina mendapati Amanda tertidur saja di atar ranjangnya. Ina menanyakan mengapa Amanda tidak makan bersama. Amanda mengeluh sakit yang tidak tertahan. Ina mencoba memegang perut ganti leher. Ina paham itu adalah fase menstruasi. Ina menjelaskan dan Amanda bertanya tentang hal yang pertama kali dia rasakan itu. Ina baru sadar kalau itu adalah hari pertama bagi Amanda. Setelah Ina mengajarkan beberapa hal, Ina menyuruh Amanda untuk membersihkan badan dan memakai pembalut miliknya. Amanda mengucapkan terima kasih atas ilmu barunya.

 

Ina juga mengucapkan “ selamat ya sekarang kamu sudah menjadi seorang gadis perempuan yang sudah tumbuh dewasa.”

 

Ina merapikan rambut Amanda. Rambutnya yang lurus panjang disisir dengan baik. Amanda bertanya “aaakaaak umuu beyaaaa ?”

 

Ina mencoba menerka kalimat Amanda, setelah diulang berapa kali Ina baru mengerti, “oh umur saya ya”

 

“yaa beyapaa?” Lanjut Amanda

 

“coba tebak” Ina malah memancing Amanda untuk menebak.

 

“Eeeee gaak taauu” jawab Amanda.

 

“Delapan belas” jawab Ina

 

“booong” tangkis Amanda

 

“kok kamu tahu aku bohong, hehehe” Ina tertawa.

 

Satu hal tidak diketahui oleh Ina, dahulu Siti pernah ngajari Ina lihat orang berbohong dari matanya, bila bola matanya bergerak, mungkin orang itu berbohong.

 

“Sembilan belas” lanjut Ina

 

“boong” jawab Amanda

 

“dua puluh deh “ lanjut Ina

 

“maasssiiiii booongg” jawab Amanda

 

“oke deh ngaku dua satu lewat dikit.” Jawab Ina sedikit kesal karena ketahuan umurnya. Tetapi walau begitu tubuh Ina yang pendek jadi bisa saja orang mudah percaya kalau dia berumur delapan belas tahun atau lebih muda lagi. Hal itu sering dilakukannya jika berkenalan orang baru khususnya laki-laki.

 

***

 

Sore , Ibu dan Ayah sampai di rumah disambut meriah oleh kerinduan kedua anaknya. Amanda dan Arya sangat senang kedua orang tuanya ada di rumah. Setelah merayakan lepas rindu Ayah dan Ibu membagikan oleh-oleh.

 

Besok pagi setelah sarapan, Ayah mengumumkan sesuatu kepada kedua anaknya. Sebelum Ayah melanjutkan ceritanya, Amanda juga mengatakan bahwa dirinya sudah menjadi seorang perempuan dewasa. Semua terkejut maksud Amanda. Ina membantu menjelaskan bahwa beberapa waktu lalu bahwa Amanda sudah mendapatkan menstruasinya yang pertama. Ibu dan Ayah sedikit kaget karena hal itu menjadi hal baru bagi mereka. Lalu Ayah melanjutkan tentang masa depan Arya. Arya akan di sekolahkan di kota, karena sekolah dikota adalah yang terbaik, dan sekolah kota itu jauh, maka Arya akan tinggal di asrama. Maka dari itu, dalam waktu dekat akan berangkat. Satu sisi Arya senang akan sekolah. Satu sisi Arya bingung, apa itu asrama. Ayah menjelaskan bahwa asrama tampat dia akan tinggal dan tidak akan pulang ke rumah. Arya kaget, juga Amanda. Amanda yang dahulu sempat sekolah tidak lanjut karena dIbuli di sekolah. Tetapi dahulu Amanda tidak asrama. Arya bertanya mengapa tidak sekolah dekat rumah saja. Karena itu dahulu sekolah sama dengan sekolah Amanda dahulu, Ayah tidak suka. Sepanjang Ayah menjelaskan, Ibu hanya tertuduk menangis saja. Selesai itu semua masing-masing pergi kekamarnya.

 

“Kamu kok diam saja, kan harusnya kamu dukung bantu saya menjelaskan keanak-anak” tanya Ayah.

 

“Apa yang mau didukung sih Ayah?” Tanya Ibu balik.

 

“Ya paling tidak buat semua jadi meyakinkan.” Jawab Ayah “lagi pula kalau diingat kan Arya harusnya juga jadi yang ke lima hanya saja..”

 

“Udah Ayah gak usah diingatkan lagi yang dahulu..”

 

***

 

Sejak itu hampir setiap hari, Arya bermain dengan Kakaknya dan Ina saja. Arya kadang merasa tidak sabar akan sekolah. Amanda mengatakan untuk hati-hati berteman di sekolah. Arya hanya mengiyakan karena sudah tidak sabar. Arya meminta tas sekolah dan buku baru. Alih-alih membelikan perlengkapn sekolah, Ibu menjelaskan bahwa sekolah dengan asrama akan memberikan semuanya nanti ketika masuk sekolah. Arya meminta izin pada Ibu untuk membawa maInan. Ibu awalnya menolak lalu Arya merengek. Namun agar Arya tidak banyak tingkah, Ibu pura-pura membolehkan. Barang-barang Arya disiapkan dalam tas kecil miliknya. Tidak ada selain maInan yang di masukkan oleh Arya. Ina hanya mengikuti saja permintaan Arya. Kakak Amanda hanya melihat seperti rindu masa sekolah dahulu walaupun kerinduannya berubah jadi lain.

 

***

 

Tiba lah hari sebelum keberangkatan. Malam itu semua keluarga berkumpul ruang makan. Ibu menjelaskan malam itu harus dirayakan dengan baik agar besok pergi sekolah dengan semangat. Ayah mengatakan bahwa besok pagi-pagi, Ayah sendiri yang akan mengantar Arya. Amanda minta ikut, Ibu menolak. Jadi Arya dan malam itu memeluk erat Amanda dan Ibunya. Bersama Ina semua menikmati makan malam.

 

***

 

Siang itu, Amanda merapikan kamarnya. Karena hari itu sudah tidak ada lagi Arya di rumah, dia tidak semangat lagi. Suasana hatinya dingin. Amanda bermalas-malas seharian. Dalam kamarnya lalu pergi ke kamar Arya juga sepi. Lalu Ina mencari kekamar Amanda kosong lalu ke kamar Arya ada Amanda disitu. Ekspresi wajah Amanda dapat dilihat Ina bukan wajah yang sangat hangat malah sangat sedih. Ina memberi semngat bahwa Arya semangat belajar di sana.

 

Ina membawakan makanan kekamar. Amanda tidak terlalu nafsu melihatnya. Amanda meninggalkan makanan itu di hadapan Ina. Amanda pergi kekamarnya sendiri. Ina mencoba mengikuti. Ina membwakan makanan. Sesampai di pintu kamar, ternyata pintu tertutup. Ina makan sendiri makanan yang dia bawa sambil jalan kedapur.

 

Ternyata Ibu juga seperti tidak semangat tetapi Ibu tidak menunjukkan kepada Amanda maupun ke Ina. Ibu menuju kekamar Arya, melihat sebentar lalu ke kamar Amanda. Ibu lalu masuk kekamar Amanda. Ibu langsung memeluk Amanda. Keduanya dengan kesedihanya masing-masing atas kepergian Arya.

 

***

 

Setelah makan malam selesai. Ibu masuk kamarnya, begitu juga Amanda kemarnya sendiri. Ina memebereskan meja makan. Selesai itu, Ayah datang. Ayah masuk lewat pintu samping. Ina menanyakan akan disediakan apa untuk majikannya yang baru pulang. Ayah tidak meminta apa pun dan tidak usah merapikan mobil. Biar besok Ayah saja yang membereskan mobil. Ayah masuk kedalam kamarnya. Ibu terbaring di atas kasur langsung duduk. Ayah mengeluarkan bungkusan hitam dari saku dalam jaketnya. Bungkusan ditaruh dalam brankas kosong. Ada tujuh brankas berjejer rapi. Brankas yang paling ujunglah yang di isi oeh Ayah. Ayah dengan wajah gembira mengunci kembali brankas tersebut.

 

“Udah tenang saja Ibu, tinggal satu lagi penutup nanti kita selesai yaa.” Kata Ayah.

 

Ibu hanya diam saja melihat Ayah.

 

Besok pagi-pagi Ayah dan Ibu sarapan bersama Amanda. Ayah menjelaskan bahwa Arya sudah mulai masuk asrama dan akan mulai sekolah senin depan. Amanda senang mendengar kabar itu walaupun rindu. Amanda juga senang kalau Arya di sekolah yang bagus. Ayah dan Ibu berpesan mulai saat ini Ina boleh makan bersama di meja makan, karena ada kursi kosong. Ina tentu senang dianggap lebih dekat dalam keluarga ini. Selesai sarapan Ayah dan Ibu masuk kamar.

 

Dalam kamar Ayah langsung menutup pagi tirai kamarnya dan jendela. Padahal hari masih terlalu pagi. Ayah membuka bilik yang berisi tujuh brankas. Brankas yang tadi malam dia isi bungkusan hitam sekarang dia buka. Perlahan tetapi pasti, ketika terbuka brankas mengeluarkan uang dan emas batangan. Semua keluar seperti tidak muat di dalam. Ayah tertawa senang.

 

“Tidak sebanyak yang dahulu yah” kata Ibu

 

“ah Ibu kalau udah lihat ini pasti semangat lagi kan?” Jawab Ayah.

 

“Yang dahulu-dahulu sampai gak tahu lagi ngomongnya yah.” Lanjut Ibu.

 

“ Iya juga bu, tetapi gapapa ini juga banyak sangat kok.” Jawab Ayah.

 

Keduanya sIbuk senang melihat harta mereka dalam genggaman mereka.

 

***

 

“Ibuuuuuuuu” teriak Amanda makin keras.

 

Sekali lagi Amanda terbangun dari tidurnya. Ternyata baru saja bangun dari mimpinya lagi. Keringatnya menetes dari keningnya.Kali ini Amanda benar-benar telah bangun dari tidurnya. Pintu kamarnya terbuka dan Ibunya masuk langsung mendekap “mimpi lagi yaa?” Tanya Ibu memeluk anaknya.

 

“Iya bu, Arya katanya sakit bu”

 

setelah beberapa bulan Arya pergi sekolah, Amanda sering meminta Ibunya untuk melihat kesekolah atau minimal menelepon Arya. Tetapi Ibunya selalu mencari alasan. Ibu menenagkan bahwa mimpi Amanda hanya bentuk rasa rindu kepada adiknya. Namun Amanda selalu merasa tidak nyaman dengan mimpinya juga dengan penjelasan Ibunya. Tetapi dia tidak tahu harus berbuat apa. Kadang dia juga tidak mengerti dengan hal yang ada dengan yang dia hadapi kedepan. Sering dia bermimpi melihat Arya tetapi selalu dengan keadaan tidak baik-baik saja. Tetapi yang hanya dia tahu hanya diam saja.

 

***

 

“Bu, beberapa minggu lagi kita bakal bisa selesain ini semua.” Kata Ayah.

 

“Iya yah, apa perlu Ina kita kasih hadiah juga?” Tanya Ibu.

 

“Oh iya bu, tentu,hadiah yang terakhir untuk perawan yang terakhir tentu yang sangat bagus kita kasih ya bu.”Kata Ayah.

 

“ Ahh Ayah , masa pembantu kasih hadiah, sama Ibu gak pernah.” Kata Ibu.

 

“Ahh Ibu hadiah Ibu ini saja, lagi pula semua yang kita miliki ini kan hadiah untuk Ibu juga” kata Ayah sambil terus menggoyangkan badanya kepada Ibu yang keduanya sudah tidak memakai bawahan, lalu sesekali Ayah mencium Ibu dengan liarnya.

 

***

 

Di antara meja makan yang terhidang banyak makanan, Ibu menyerahkan kotak hadiah kepada Ina. Ibu menjelaskan bahwa Ina sudah bekerja dengan baik selama setahun ini di rumah ini dan semoga betah. Ina menerima kotak itu. Kotak yang di kenalinya dahulu mirip dengan kotak hadiah yang diterima Siti ketika berhenti kerja di rumah ini, namun risau hatinya buyar ketika bahwa Ayah bilang akan memberikan bonus tambahan juga. Ina makin senang juga sempat bertanya apakah akan dipecat. Ayah dan Ibu tertawa , tentu saja Ina tidak pecat itu memang bentuk apresiasi untuk ian selama ini. Ina merasa senang.

 

Selesai makan. Ibu ikut membereskan pirin bersama Ina. Ayah dan Ibu masuk kamarnya dalam kamar lanjut minum santai duduk dalam kamar. Amanda masuk kamarnya juga. Ina masuk kamarnya. Sudah tidak sabar membuka kado tersebut. Ternyata isinya sepasang pakaian dalam. Ina sempat kaget maksud kado ini. Tetapi karena tadi Ibu yang memberikan Ina malah mencobanya. Ina memakai baju tidurnya. Lalu tidur.

 

Jam dinding menunjukkan waktu 11.40 malam. Ayah dan Ibu bangun dari tempat duduknya bersama. Kedua nya keluar kamar. Dengan langkah pelan berusaha untuk tidak membuat suara apa pun mereka menuju ke belekang tempat kamar Ina. Ibu membuka kamar. Ibu membuka satu kancing baju tidur Ina, ternyata pakaian dalam hadiah sudah dipakai Ina. Ibu emberi tanda kepada Ayah. Ayah mengendong Ina. Ina tidak bergerak memberikan pertanda apa pun. Tubuhnya kecil gampang dibawa oleh Ayah keluar kamar. Diikuiti Ibu mereka pergi naik kelantai dua. Di lantai dua Ibu menarik tali hingga terbukalah pintu dari balik lukisan. Ayah dan Ibu masuk kedalam. Sebuah tangga kecil menuju ruang di atas. Ada ruangan dalam kubah. Di atas kubah ada kaca jendela. Jendela berbentuk lingkaran dan dari sana cahaya bulan bisa masuk menerangi ruangan itu. Dalam ruangan ada kepala kambing tergantung di dinding. Di sisi lain dinding ada tengkorak yang lebih kecil namun masih memiliki sisa kulit dan rambut, tengkorak yang belum bersih masih menyisakan busuk yang dihinggapi lalat. Ruangan remang-remang dengan lantai kayu memiliki motif lingkaran. Ada tujuh lingkaran tersusun saling menggait membentuk bintang ditengahnya. Ditiap lingkaran ada tengkorak, tetapi ada satu lingkaran yang tidak memiliki tengkorak. Di atas motif itu, Ayah menaruh tubuh Ina. Tangan dan Kaki diikat. Setelah cukup yakin ikatan cukup kuat, Ayah membuka pakaiannya. Ibu mencoba membangunkan Ina. Ina perlahan mulai sadar.

 

Tatapan Ina yang kabur perlahan jelas tampak Ayah sudah hanya memakai celana dalam saja begitu juga Ibu hanya memekai pakaian dalam saja. Tangan dan Kakinya terikat, ian mencoba berontak dan berteriak, Ayah dan Ibu sIbuk dengan ritualnya. Ina berteriak sekuat tenaga. Namun rumah jauh ditangah hutan siapa yang akan mendengar. Yang dia ingat hanya ada Amanda. Ina pun memanggil nama Amanda. Percuma juga dia rasa tidak ada jawaban. Ina mulai memohon agar dilepaskan oleh Ayah Ibu. Ina memohon kepada Ibu.

 

“Ibuu tolongg leepaskan Ina bu, ampun bu, Ina mau di apain pak?” Berontak Ina.

 

Ayah sekarang berdiri di antara dua Kaki Ina, sedangkan Ibu berdiri tepat di atas wajah Ina. Dalam genggaman Ayah ada pisau pendek yang berliuk-liuk. Dengan gagang motif kepala kambing dan tanduknya. Mulut Ayah bergumam dan bersama perlahan berlutut. Mata Ayah terpejam. Dan juga Ibu. Bau busuk menyengat memenuhi ruangan tersebut. Tiba-tiba Ayah badannya terbanting padahal ian tidak menedang, begitu juga Ibu.

 

“Appaaa?” Teriak Ayah.Langsung Ayah merobek pakaian Ina menarik celana Ina dengan pisau yang dia pegang.

 

“Tidakk!” Teriak Ayah, Ibu pun terheran.

 

“Kau sudah punya anak?” Tanya Ibu.

 

“Iya bu, ampun bu, anak saya nunggu sama neneknya bu, ampun bu, tolong lepasin saya bu.” Ina kembali meronta minta tolong. Ibu dan Ayah merasa terkhianati. Tanpa menunggu apa pun, Ibu mencakar habis-habisan.

 

“Tolong bu ampun bu..” Teriak Ina setiap kali cakaran Ibu mendarat dari wajah hingga seluruh tubuhnya. Tubuhnya mengeluarkan darah. Ibu benar-benar mencakar sedalam-dalamnya hingga dagingnya keluar bersama kuku Ibu. Begitu terus Ina minta tolong hingga suaranya tidak terdengar lagi. Ibu dan Ayah benar marah dan mengamuk. Ayah menyingkirkan Ibu lalu menusuk berkali-kali tubuh Ina.

 

Ina sudah tidak bergerak lagi.

 

Seluruh lantai penuh darah. Ayah dan Ibu terdiam sejenak.

 

“Bu…” kata Ayah pelan.

 

“Iya yah” jawab Ibu.

 

“Kita masih punya perawan di rumah ini loh bu.” Kata Ayah. Sontak Ibu kaget dengan maksud Ayah itu.

 

“Tidak yah tidak.” Kata Ibu

 

“kita sudah tidak punya waktu lagi, purnama akan segera lewat.” Kata Ayah sambil berdiri “ Ibu tolong bereskan ini” Ayah menendang tubuh Ina yang sudah tidak berkutik itu. Ayah turun dan keluar dari pintu lukisan. Tubuh Ayah berlumuran darah dan hanya memakai pakaian dalam saja. Ayah perlahan membuka pintu kamar Amanda. Amanda dalam tidur pulas. Baru saja Ayah mencoba untuk mengendong, Ibu berlari menghadang Ayah. Ibu melompat mencoba menyerang Ayah dengan pisau yang ditinggal Ayah tadi. Ayah menangkis. Terjadi perlawanan Ibu dan Ayah. Namun Ibu tidak terlalu kuat untuk melawan Ayah. Ibu terhempas dilantai hanya dengan satu pukulan.

 

“Dasar wanita , kutak mengerti. Padahal ini dahulu juga ide kamu” kata Ayah sambil mengendong Amanda.

 

“Tapii.. “ Menahan sakit Ibu mencoba bicara.

 

“Tetapi kamu juga kan yang menikmati ini semua, kamu juga yang mulai mau memberikan janin kamu.” Kata Ayah sambil membawa Amanda dari kamar, keluar menuju ruangan tadi.

 

Ayah mengendong Amanda yang sedikit mulai sadar. Ayah terpaksa menaroh tubuh Amanda dilantai di sudut. Lalu Ayah membuka ikatan tangan dan Kaki Ina yang belum di buka Ibu tadi. Amanda terkejut dan berteriak histeris melihat itu semua. Tubuh Ina dan lantai penuh darah. Ayah merapikan lagi susunan tengkorak pada tempatnya.

 

Tubuh Amanda di gendong lagi, Ayah menaruh di tengah. Kakinya di ikat. Tangan Amanda meraih salah satu tengkorak, seketika tampak kilatan di mata Amanda. Amanda melihat sosok perempuan yang dahulu pernah menjadi baby sitternya. Langsung saja dia melempar tengkorak itu kearah kepala Ayahnya. Ayahnya terluka dipelipis. “Kurang ajar, bisa tenang gak!” Ayahnya marah. Baru pertama kali itu Amanda melihat amarah Ayahnya disaat yang sangat menegangkan. Amanda pun seketika terdiam.

 

“Kamu tahu gak ini semua awalnya untuk kamu. Ibu kamu mau berjuang apa pun katanya biar kamu sembuh.” Kata Ayah “ dahulu waktu kita masih miskin trus kamu lahir cacat. Sekarang kamu melawan.”

 

Ayah melanjutkan mengikat tangan kiri Amanda. Tangan kanan Amanda berhasil meraih satu lagi tengkorak lagi. Seketika itu juga, tampak wajah Siti dihadapan Amanda. Amanda langsung memukul Ayahnya. Tetapi Ayah berhasil menangkis. “Kamu udah lihat kan itu tengkorak siapa.” Amanda menangis memohon dengan keterbatasan bahasanya agar Ayahnya melepaskannya.

 

“Ayah sebenarnya tidak akan melakukan ini, hanya saja pembantu sialan ini sudah tidak perawan lagi. Ayah butuh perawan untuk perjamuan ini yang terkahir. Kalau malam ini lewat, maka sia-sialah semua. Sia-sia semua saudara kamu yang masih janin. Sia-sia juga jantung Arya. Kamu lihat itu adik kamu.” Kata Ayah sambil menunjuk tengkorak tergantung didinding ruangan itu.

 

Amanda makin teriak histeris lemas. Amanda melihat tengkorak itu. Terbanyang itu adalah adiknya yang berwajah manis sekarang tinggal tengkorak yang dihinggapi lalat. Ibu membantingkan dirinya kepada Ayah. Keduanya berguling di samping Amanda yang sudah terikat.

 

“Mengapa kamu sekarang tidak mau haa?” Tanya Ayah sambil mereka bergulat berlumuran darah.

 

“Sekarang yang kita miliki cuma Amanda.” Jawab Ibu “hanya Amanda, saya tidak akan punya anak lagi setelah kamu bunuh Arya.”

 

“Ah kamu juga ikut disitu berarti kamu juga ikut membunuh Arya, bahkan semua yang menikmati hasilnya juga ikut membunuh anak kita.”Kata Ayah” sekarang yang terakhir atau kita akan kehilangan semua yag sudah kita korbankan, sayang” kata Ayah sambil menusuk perut Ibu dengan pisau yang digengam Ibu sendiri. Ibu terkulai lemas tak bisa bergerak.

 

Ayah berdiri melihat kearah jendela lingkaran di atas , memperhatikan cahaya purnama yang sebentar mulai tertutup awan malam. Ayah memulai lagi ritualnya sama seperti dengan Ina tadi. Ayah berdiri di antara Kaki Amanda. Amanda berontak tetapi tangan Kaki terikat. Ayah berlutut dihadapan Amanda. Ayah menatap kepala kambing yang tergantung, lalu perlahan menarik pakaian dengan pisau agar robek.

 

“Selesai sudah sayang. “ Kata Ayah kepada Amanda perlahan sambil merobek pakaian Amanda dengan pisau itu. Amanda menahan tangisnya tetapi tidak kuat lagi berteriak “aaaaa”

 

dari belakang Ibu langsung membanting badan Ayah. Kedua terguling hingga keluar pintu. Keduanya terguling, keduanya berguling keluar dari pintu lukisan. Akibat serangan tadi, pisau menancap di dada Ayah. Ibu tidak kuat lagi mencoba mendudukkan badannya perlahan maju mendekati tubuh Ayah. Ibu ketakutan melihat pisau itu, lalu perlahan menarik pisau itu. Ayah tersadar memuntahkan darah. Ibu terkejut.

 

Ayah berdiri menarik rambut Ibu memaksa untuk berdiri juga. Ibu melawan , Ibu tidak terlalu kuat lagi. Ibu pasrah, badannya dipeluk Ayah, bermaksud untuk membanting Ibu malah memeluk juga. Ibu menancapka pisau tadi kebelakang leher Ayah. Ayah tidak berkutik mencoba meraih pisau itu. Ibu menahan. Ayah dan Ibu berpelukan jatuh dari lantai dua kelantai satu. Ibu tidak membiarkan Ayah bisa memegang pisau itu. Keduanya berpelukan. Ujungpisau juga sampai menancap sari leher Ayah hingga kedalam leher Ibu.

 

Amanda memanggil Ibu. Meronta-ronta, hingga ikatannya lepas.Dengan tenaga seadanya, Amanda bisa lepas. Pelan-pelan Amanda berdiri. Amanda berdiri dihadapan tengkorak adiknya. Amanda menurunkan tengkorak itu. Amanda memeluk tengkorak itu serasa memeluk adiknya sendiri. Amanda keluar dari ruangan itu. Dari pintu lukisan Amanda melihat bekas darah dilantai itu, lalu melihat ke lantai bawah da Ayah dan Ibu berpelukan. Amanda masuk kekamar adiknya. Amanda tidur memeluk adiknya, Arya.

 

Suka
Favorit
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar
Rekomendasi dari Horor
Rekomendasi