Disukai
1
Dilihat
3,723
Jangan malu, Putri!
Drama
Cerpen ini masih diperiksa oleh kurator

Sekarang, di depan Putri, terpampang jelas jadwal mata kuliah yang akan diambilnya. Di semester lima ini, dia sudah merasa sangat terbebani. Hingga tinggal dua hari lagi, Putri belum mengisi kartu rencana semester. Semua ini disebabkan oleh kewajiban melihat satu mata kuliah ilmu dasar jurusan peternakan. Mata kuliah ini diampu hanya oleh satu dosen, yaitu Dosen F. Iya, Dosen ini telah memberikan kesan yang sangat buruk bagi Putri. Padahal, mata kuliah ini merupakan bagian dari paket semester pertama yang sesuai dengan jurusannya, yaitu ilmu peternakan.

Putri teringat saat Dosen F pertama kali mengajar pada hari pertama kuliahnya. Putri, sebagai mahasiswi baru, penuh semangat mengikuti kuliah di jurusan yang diimpikannya. Putri datang lebih awal, setengah jam sebelum jadwalnya jam delapan pagi. Ia duduk di kelas menanti teman-teman baru masuk, hingga Dosen F masuk. Perkenalan di hari pertama terasa menyenangkan awalnya. Dosen F menjelaskan perbedaan kuliah dengan tingkat SMA.

Putri melihat sekeliling mejanya untuk mengenali wajah-wajah baru. Saat Dosen F mulai memanggil nama mahasiswa baru untuk absensi, Putri menunggu giliran namanya disebut. Setiap kali Dosen memanggil, mahasiswa berdiri dan memperkenalkan diri, menyebut asal kampung dan alasan memilih jurusan. Tapi, yang tidak disadari para peserta kuliah tersebut, Dosen selalu membuat lelucon yang mengandung unsur seksis dan vulgar. Saat nama Putri disebut, suasana menjadi berbeda.

“Putri Sinta,” sebut Dosen, sambil menambahkan lelucon, “Ayo Putri, jangan malu-malu. Kalau malu, jadi Putri malu. Kalau gak malu-malu, buka saja semua.” Seisi kelas tertawa, dan Dosen melanjutkan, “Kalau gak malu, jangan-jangan Putri sudah gak tahu malu yaa.” Sebagian kelas menahan tawa.

Putri agak terdiam, lalu dengan tegas, "Bapak yang tidak tahu malu, sudah tua, malah membahas yang lain. Mending ngajar saja yang benar."

Semua hening terdiam. Putri pun bingung mengapa bisa mengucapkan hal itu. Perlahan Putri duduk lagi. Dosen F diam, mencoba meraih simpati dari seluruh kelas yang seperti kehilangan wibawa. Lalu, Dosen berucap, “Kalian semua, sejak saya masuk kelas ini, proses perkuliahan ini dimulai. Apa pun yang saya ucapkan adalah mata kuliah saya. Pada kelas ini, jam saya, maka itu adalah hak prerogatif saya untuk menyampaikan apa pun.” Suaranya semakin tegas, dan seisi kelas seperti tertunduk.

Putri menoleh keluar jendela, pikirannya kacau. Meski demikian, ia mencoba untuk tidak menyesali apa yang baru saja terjadi. Dalam beberapa menit keheningan, Dosen F melanjutkan membaca nama mahasiswa berikutnya. Ada empat nama, dan keempatnya mahasiswi senior yang mengulang mata kuliah tersebut. Setelah itu, Dosen mulai mengajar.

Setelah peristiwa itu, kelas Putri selalu mendapat tugas yang melimpah dari Dosen F. Teman-temannya sering memanggilnya "Putri Malu." Awalnya berat bagi Putri, namun seiring waktu, ia mulai tidak peduli lagi. Saat ujian tengah semester selesai, nilai Putri ditulis nol besar pada kertas jawaban. Putri merasa bahwa jawabannya sudah baik, namun ia pasrah. Pada akhir semester, nilai Putri terpampang nol lagi.

Putri masih termenung di depan papan jadwal kuliah semester lima ini. Seorang senior yang pernah bercerita dengan Putri tentang Dosen F lewat. Mereka melihat jadwal yang sama dan menghela napas panjang. Senior itu berkata, "Sama dia lagi." Putri tahu maksudnya.

"Kamu mau ambil lagi?" tanya Putri.

"Entahlah, bingung," jawab senior.

"Eh, teman Kakak yang lain bagaimana?" tanya Putri.

Mereka berdua melihat jadwal yang sama dan menghela napas panjang. Lalu senior itu berkata, "Oh, iya, karena kemarin nilai mata kuliah jahanam yang keluar masih dari Dosen F. Yang satu pindah kampus, yang satu pindah jurusan, yang satu lagi mau kerja kalau nilainya masih segitu aja. Dia yakin, kampus berkualitas pasti memiliki dosen berkualitas."

"Trus kamu bagaimana?" tanya Senior .

"Belum tahu," jawab Putri .

Putri menyadari dirinya berada dalam persimpangan dan memendam semuanya dalam benaknya. Apa yang akan ia lakukan ke depannya, Putri masih bingung.

Suka
Favorit
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar
Rekomendasi dari Drama
Rekomendasi