Disukai
0
Dilihat
613
Hal hal yang hilang
Misteri

"Wanita jalang itu tidak henti hentinya membuat ulah, aku sudah sangat muak."

"Kau benar, Jika bukan karena upah yang cukup, Sudah lama aku berhenti dari tempat ini"

"Pelayan pribadinya lagi lagi mengundurkan diri minggu lalu"

"Ssstt..."

Mereka menghentikan obrolannya setelah menyadari keberadaan ku di depan pintu masuk.

"Selesaikan tugas kalian!" Tegur ku pada kedua wanita yang kini tengah menunduk menghadap ku.

Pelayan pelayan disini memang sangat suka bergosip. Dan sebagai kepala pelayan di tempat ini, Aku bertanggung jawab penuh dengan semua pelayan yang bertugas. Ini pekerjaan yang melelahkan. Hampir setiap minggu aku harus mengurus pelayan yang mengundurkan diri. Belum lagi urusan pelayan pelayan baru.

Tak bisa dipungkiri, ini semua karena Kinanti Arumi Bakrie. Puteri tunggal dari keluarga paling berpengaruh di kota ini, Sekaligus tempat ku bekerja saat ini. Parasnya yang rupawan serta semua kemewahan yang dia terima sepanjang hidupnya, tidak luput dari perhatian dan rasa iri orang orang.

Namun berbeda dengan apa yang publik ketahui. Nona Arumi tidak seperti yang di rumorkan. semua pelayan tahu jika dia hanyalah wanita gila dengan cangkang yang sempurna. Perangainya yang anggun dan lembut berhasil menipu semua orang.

Belum lagi tubuh yang ideal dengan wajah paripurna yang memikat siapa saja yang melihatnya. Tidak akan ada yang mengira jika Minggu ini dia sudah membunuh dua orang pelayan pribadinya. Penyiksaan, Kekerasan, bahkan pelayan yang tiba tiba menghilang bukan hal yang baru ditempat ini.

Sekitar pukul 23.22 malam itu, Seperti biasa nona itu akan menggila. dia akan berkeliling dan mulai berteriak membuat keributan. jika tidak menyakiti dirinya sendiri, Dia akan menyakiti orang disekitarnya. Bahkan tidak jarang hingga menghilangkan nyawa. Dimana sebenarnya tidak ada yang benar benar melihatnya langsung. Pada dasarnya seperti rumor liar diantara pelayan, Yang seperti dibenarkan oleh bungkamnya nona sendiri. Tetapi karena kebiasaannya yang senang menyiksa orang, Serta penemuan mayat yang rutin di tempat ini, Seperti membenarkan dugaan para pelayan.

Tuan dan nyonya tidak peduli. Atau lebih tepatnya menutup mata akan puteri nya itu. Para pelayan juga di perintahkan untuk tidak ikut campur. Aturan ketat juga diberlakukan. Selain menjaga kerahasiaan, Para pelayan juga dilarang untuk keluar dimalam hari. Bukan tanpa sebab, Karena saat itulah nona Arumi menggila.

***

Seperti hari hari biasa lainnya, Pagi ini seorang pelayan ditemukan tewas di lorong menuju gudang. Inilah akibat melanggar aturan waktu pelayan.

"Minggu ini sudah 5 orang, Apa tidak ada yang bisa kalian lakukan?"

"Tutup mulut mu atau kau akan jadi yang ke 6!" Sahut ku

Pria paruh baya itu langsung terdiam. Apa dia punya banyak nyawa? Bagaimana bisa seceroboh ini. Pak Wahyu adalah orang yang menangani mayat mayat pelayan untuk saat ini. Dia sangat berisik, Mungkin karena belum lama ini dia mulai bekerja. Aku harap dia lebih berhati-hati.

Setelah menyelesaikan urusan mayat pelayan itu, Seperti biasa aku akan melakukan bagian tersulit dari pekerjaan ku. Menyiapkan langsung makan siang untuk penyihir itu. Bagaimana tidak, kalau kalau aku melakukan kesalahan di matanya, Nama ku akan segera ada di batu nisan. Tidak, aku bahkan tidak tahu jika pak Wahyu akan menguburkan ku dengan layak. Persetan dengan itu semua, Aku harus cepat menyiapkan semuanya.

"Makanan penutup hari ini pun sangat lezat Marie" Ucap Arumi sembari menatapku dengan sudut bibirnya yang sedikit terangkat.

Aku mengangguk dan tersenyum. Saat meninggalkan ruangan itu, Aku yakin betul pandangannya tidak lepas dariku. Ugh aku merinding, dasar monster Mengerikan batinku.

Setelah saat yang menegangkan itu, Aku pun di sibukkan dengan berbagai pekerjaan yang harus kulakukan. Karena tuan dan nyonya rupanya akan pulang dalam waktu dekat, Dari perjalanan panjang yang mereka lakukan.

Hingga hari itu akhirnya tiba. Tetapi tuan dan nyonya rupanya juga datang dengan kabar pertunangan untuk nona Arumi. Berita ini berhasil membuat semua orang gempar. Pasalnya bagaimana itu semua akan terjadi. Penyihir itu mungkin saja akan lebih dulu menghabisi tunangannya itu.

Bagaimanapun ada banyak rumor liar yang terdengar dari percakapan para pelayan. Aku sendiri tidak ambil pusing, Justru menurut ku akan sangat bagus jika nona Arumi pergi ke tempat suaminya nanti. Tidak ada lagi penyihir yang mengerikan, Tidak ada lagi mayat pelayan yang harus ku tangani. Aku bisa membayangkan bagaimana indahnya dunia kerjaku nantinya.

"Miriam!!!"

Dengan nada cukup tinggi, seseorang membuyarkan lamunan ku. Suaranya terdengar familiar, Siapa yang berani berteriak seperti itu pada kepala pelayan.

Aku memutar pandanganku, Mencari sumber suara.

"Siapa itu?" Gumam ku.

Tidak ada siapapun, Apa aku salah dengar. Ahh lupakan ini sudah hampir tengah malam. Aku harus segera masuk ke kamar ku, jika tidak ingin jadi korban keganasan penyihir.

Keesokan paginya, dua orang pelayan ditemukan tidak bernyawa bersimbah darah di halaman belakang. Ini benar benar tugas rutin yang harus kulakukan. Hujan yang cukup deras, Membuat ku dan pak Wahyu kesulitan menangani kedua mayat itu. Tidak sembarang orang dapat melakukannya, Bahkan di beberapa kasus, hanya pak Wahyu sendiri yang ditugaskan untuk mengurus semuanya. Entahlah, Kami hanya mengikuti perintah.

"Apa kau tidak penasaran dengan semua ini?" Tanya pak Wahyu padaku.

Aku hanya diam. Sembari melakukan tugasku membersihkan noda darah yang berceceran. Tempat ini jelas sangat berantakan.

"Hei!! Apa kau tidak mendengar ku?"

"Miriam." Kali ini dengan nada yang cukup rendah. Pak Wahyu terdengar serius.

"Apa benar, Wanita itu dalang dibalik semua ini?" Sambungnya

"Tutup mulut mu"

Aku harus menghentikan pak tua ini. Semua omong kosongnya bisa saja membuatku berakhir seperti mayat mayat ini.

"Coba pikirkan miriam, nona Arumi yang lembut itu, mana mungkin bisa membunuh orang."

"Apalagi dalam st..." Aku menutup mulutnya dengan tanganku. Dengan nada serius aku berbicara di dekat telinganya

"Pak tua, Dengar baik baik. jika kau terus membuka mulut mu, dan mengucapkan omong kosong, besok kami mungkin akan berhenti mempekerjakan mu."

Pak Wahyu akhirnya terdiam. Aku tahu betul jenis orang seperti ini. Karena kemiskinan yang menggerogotinya, Dia lebih takut kehilangan pekerjaan daripada nyawanya sendiri. Begitulah akhirnya kami menyelesaikan urusan dua mayat ini

Semua orang tentu sangat penasaran dengan apa yang sebenarnya terjadi. Namun disaat yang bersamaan, Tidak ada yang cukup berani untuk mencari tahu. Atau lebih tepatnya tidak ada yang pernah melihat langsung kejadian ini.

Ahh lupakan. Ada banyak pekerjaan yang harus kulakukan. Minggu depan bertepatan dengan ulang tahun nona Arumi, tunangannya juga akan datang untuk pertama kali.

Nyonya ingin pesta makan malam yang mewah. Semuanya dipilih langsung dengan hati hati. Mulai dari hidangan yang akan disiapkan, furniture yang sesuai, bahkan taman taman yang di perbaharui habis habisan sejak kabar pertunangan diumumkan.

Sebagai kepala pelayan, Sudah menjadi tanggung jawab ku untuk memeriksa pekerjaan pelayan pelayan biasa. Ini melelahkan, Sungguh. Tetapi mau bagaimana lagi, upah disini lebih besar daripada tempat lain.

Ini minggu yang sibuk, Jika mereka melakukan kesalahan, Aku yang akan habis dimaki oleh nyonya. Jadi aku harus sungguh sungguh memeriksa pekerjaan mereka.

Agar mereka mendengarkan ku, Aku harus memasang wajah serius dan bersikap tegas. Bahkan seringkali aku harus meninggikan suaraku atau memukul mereka yang membuat kesalahan. Apapun itu, Semuanya kulakukan agar mereka tidak membuat kesalahan.

"HEI, APA INI YANG KAU SEBUT MAKANAN??" Ucap ku dengan nada tinggi, dan melempar Piring itu ke lantai.

"Maaf kan saya kepala pelayan, Saya akan buat yang baru" pelayan itu menjawab ku dengan suaranya yang bergetar ketakutan.

"Sialan, Apa aku terlalu berlebihan" Gumamku. Sudahlah bagaimanapun jika pelayan itu membuat kesalahan, Aku yang nantinya akan di marahi. Aku sangat lelah karena banyaknya pekerjaan. Aku benar-benar tidak bisa mengontrol emosiku saat ini.

Sebagai bagian dari tugas ku, Aku pergi memeriksa persediaan bahan makanan. Tempatnya cukup jauh dari ruang utama. Jadi aku harus berjalan jauh kebelakang. Sesampainya di lorong, Langkahku terhenti setelah mendengar suara cukup keras dari salah satu ruangan.

Pranggg

Seperti suara pecahan kaca. Pelayan yang ceroboh pasti lagi lagi membuat masalah. Suara itu berasal dari sekitar sini. Sambil berjalan menyusuri lorong, aku mencari pelayan mana yang melakukannya.

Saat ingin membuka pintu salah satu ruangan disana, Aku terkejut bukan main dengan apa yang kulihat saat ini. Nona Arumi, Dengan penampilan yang cukup berantakan, tengah berdiri mematung di dekat jendela. Penerangannya cukup redup, tetapi aku tau betul itu nona Arumi. Apa yang dia lakukan disini, Aku hendak masuk tapi tangan ku segera ditarik oleh seseorang yang kemudian juga menutup mulutku.

Aku dibawa bersembunyi diantara manekin yang cukup tinggi di dekat pintu ruangan tadi. Aku memegang tangannya yang menghalangiku berteriak.

"Umph..."

Aku berusaha melepas cengkeramannya di pinggang ku yang cukup kuat. Dia menahan pergerakan ku, dan aku masih terus memberontak.

Hingga kami berdua terdiam dan mengalihkan perhatian kami pada nona arumi yang kini keluar dari ruangan itu. Dia berjalan sempoyongan, kaki kirinya terluka. dia juga terlihat bingung tidak fokus, Dan penampilannya sungguh berantakan.

Bersamaan dengan itu, orang yang menahan ku tadi akhirnya melepaskan ku. Aku segera berbalik mempersiapkan ancang ancang untuk menyerang, Namun.

"Tuan?"

Sialan, orang itu adalah tuan besar batinku.

"Kembali ke tempat mu"

"Baik"

Aku segera berbalik pergi dari tempat itu, dengan berlari kecil.

Apa apaan ini. Apa sebenarnya yang terjadi. Rasa penasaran kini menghantuiku. Tidak peduli seberapa banyak hal yang kupikirkan mengenai kejadian tadi. Aku mencoba membuat alur segala kemungkinan semua pembunuhan yang terjadi di tempat ini, Dengan kondisi nona Arumi yang kulihat itu, Serta tuan besar yang juga berada disana.

***

Hari perayaan akhirnya tiba. Setelah semua persiapan yang sibuk, Makan malam itu berlangsung dengan baik. Benar benar aneh. Ini sudah hampir tengah malam, Tetapi nona Arumi yang biasanya akan membuat keributan yang bahkan sampai membunuh orang, Saat ini tengah menikmati jamuan teh dan berbincang hangat dengan tunangannya.

Malam itu untuk pertama kalinya, Tidak ada keributan saat tengah malam. Dan keesokan paginya juga tidak ada mayat yang ditemukan di manapun.

"Apa mungkin penyihir itu sudah berubah?" Tanya pelayan itu pada rekannya yang sedang mengelap meja.

"Penyihir tetaplah penyihir. Apa kau tidak tahu jika siang tadi dia memukul ku, Ugh rahangku masih terasa sakit" Balasnya sambil memegangi rahangnya

Setelah tidak sengaja mencuri dengar obrolan mereka, Aku tahu jika wanita itu jelas tidak berubah. Aneh. Aku berpikir keras hingga kepalaku sedikit pusing.

"Kepala pelayan, Nona memanggilmu." Ucap seorang pelayan yang menghampiri ku

Aku mengangguk, dan segera menemui nona Arumi.

Cahaya matahari yang akan tenggelam memenuhi ruangan rumah kaca itu. Berbagai jenis bunga yang indah tertata rapi, menciptakan suasana sejuk di tempat itu. Nona Arumi tampak menikmati secangkir teh serta makanan ringan yang tersedia di meja kayu itu.

Aku berjalan mendekat menghampirinya. Aku harap semua berjalan dengan baik.

"Nona memanggilku?" Sapa ku padanya

"Miriam socler." Arumi memberi jeda pada kalimatnya sambil meneguk teh di cangkirnya.

Sialan apa yang dia inginkan, Batinku. Tangan dan kaki ku mulai terasa dingin sangking gugupnya.

"Sudah hampir 3 bulan kau bekerja disini, Apa ada yang membuat mu tidak nyaman?" Tanyanya menatap tepat ke arah mataku.

"Maksudku jika ada keluhan, Katakan saja langsung padaku." Tambahnya

Tentu saja aku tidak nyaman dan sebenarnya ingat cepat cepat pergi dari sini. Namun dengan senyuman ramah yang ku palsukan, aku berbohong.

"Anda sangat perhatian nona."

"Sejauh ini semuanya berjalan dengan baik, Tidak ada masalah yang harus anda pikirkan nona." Sambung Ku.

"Haha ha ha."

Dia tertawa terkesan seperti meledek ku. Nona Arumi kemudian memberi arahan dengan tangannya, untuk menyuruh ku pergi.

"Baik nona, Saya permisi."

Dasar penyihir, Apa yang tiba tiba merasukinya, Batinku.

****

Aku yang sedang menyiapkan kan makan malam dengan pelayan lain, tiba tiba dikejutkan dengan kedatangan nyonya besar.

"Miriam, Buatkan makanan penutup andalan mu hari ini."

"Tentu nyonya"

Mengapa dia repot repot datang kemari hanya untuk mengatakan itu. Aku tidak habis pikir. Hingga dia menyuruh semua orang keluar, Menyisakan ku seorang diri.

"Dengar baik baik miriam" ucap nya serius

"Ikuti perintahku, Dan jangan beritahu siapapun."

Aku hanya mengangguk.

"Besok lusa kami akan pergi, Dan aku ingin malam itu, kau menyiapkan makan malam seperti biasa. Lalu mengantarkannya ke depan pintu ber cat putih di lorong belakang." Sambungnya

"Tapi untuk siapa nyonya?" Tanya ku penasaran

"Itu bukan urusanmu, Lakukan saja apa yang kukatakan. Dan ingat, hal ini akan kau simpan sampai mati" Ucapnya dengan nada mengancam

"Baik nyonya."

Wanita tua itu segera meninggalkan dapur.

Ada banyak pertanyaan yang kini berputar di kepala ku. Nyonya ingin aku memberi makan siapa?. Setahu ku tidak ada orang di lorong belakang. Maksudku jika nyonya sendiri yang meminta, Bukankah orang itu cukup penting.

****

Hingga hari yang dikatakan tiba. Mereka semua benar benar pergi. Tuan, Nyonya hingga nona Arumi baru akan kembali keesokan paginya. Hari ini semua pelayan melakukan tugasnya sesuai jadwal dan arahan dariku. Dan karena para Tuan tidak disini, Kami tidak dapat menggunakan dapur yang biasa digunakan untuk makanan tuan rumah.

Malam akhirnya tiba dan aku ingat memiliki misi yang harus kulakukan. Sekitar pukul 20:12, persis seperti yang diperintahkan nyonya. Aku membuat makan malam seperti biasa, Dan dengan sembunyi sembunyi aku pergi ke lorong belakang. Kemudian meletakkan makanan itu ke depan pintu berwarna putih.

Setelah itu aku segera pergi meninggalkan tempat itu. Aku cukup penasaran, Namun aku takut keluar lebih lama lagi. Bagaimana jika aku bertemu nona Arumi, Bisa bisa aku mati ditangannya. Jadi tanpa pikir panjang, Aku hanya kembali ke kamar ku dan beristirahat.

****

"Kepala pelayan, buka pintunya!" Teriak seorang pelayan pria yang juga tengah menggedor gedor pintu kamar ku.

"Ada apa?" Tanyaku setelah membuka pintu.

"Bagaimana ini kepala pelayan?, Ada mayat di gudang penyimpanan!" Ucap nya ketakutan.

Sementara itu dua pelayan pria lainnya datang dari belakangnya.

"Maafkan kami kepala pelayan, Anak ini masih baru. Dia tidak tahu apa apa."ucap salah satu dari mereka

"Aku sudah menduganya, Bawa dia pergi dari sini" Balasku pada mereka.

Ketiganya Pun pergi, Dan aku segera bergegas ketempat mayat itu.

"Panggil pak tua itu!" perintah ku pada salah seorang pelayan.

"Maaf kepala pelayan, Tapi siapa yang anda maksud?" Balasnya

Ahh lagi lagi pelayan baru. memutar bola mataku jengah, Aku menyuruhnya pergi.

Pak Wahyu kemudian datang. Setelah seorang pelayan rupanya sudah memanggilnya.

"Hanya satu mayat ternyata."

Aku hanya diam dan mulai membersihkan semua kekacauan ini.

"Sebentar," Ucap pak Wahyu, Memecah keheningan.

"Bukankah tuan mu, Termasuk nona Arumi sedang berada di luar kota sejak kemarin?"

Degg

Mengapa tidak terpikirkan oleh ku. Jika nona Arumi belum kembali, Lantas siapa yang yang membunuh mayat ini. Apa kali ini kecelakaan?. Tidak, Ini jelas jelas pembunuhan. Tetapi siapa?. Aku benar benar penasaran.

"Kepala pelayan, Tidak bisakah kau mencari tahu sedikit informasi?"

"Tidak ada yang bisa kita lakukan pak Wahyu." Jawabku

"Kami memang tidak dapat berbuat apa apa, Namun kau berbeda."

Aku tidak menjawab dan hanya melanjutkan pekerjaan ku.

****

Malam lalu tiba. Tetapi tuan, Nyonya serta nona Arumi belum juga kembali. Pukul 20:12. Haruskah aku mengantarkan makanan ketempat itu lagi?. Setelah berpikir cukup lama, Aku lalu memutuskan untuk mengantarnya lagi.

Aku hanya menjalankan perintah. Jadi malam itu, Untuk kedua kalinya aku mengantar makanan ke lorong belakang di pintu berwarna putih itu.

Entahlah, hari ini terasa sangat dingin. Sesampainya disana, Aku meninggalkan makanan itu di depan pintu. Namun belum jauh aku melangkah, Tiba-tiba aku mendengar suara.

Kreek..

Aku dengan cepat bersembunyi dibalik tembok. Itu suara pintu tua yang terbuka. Aku memberanikan diri untuk mengintip. Ada seseorang yang keluar dari pintu itu. Aku tidak bisa melihat jelas wajahnya. Tetapi dia pasti seorang pria, Dilihat dari bentuk badannya.

Pria itu duduk dilantai dan mulai melahap makanan yang ku letakkan tadi. Aku tidak berani bergerak, Bahkan sedikit menahan napas. Aku takut dia menyadari keberadaan ku.

Aku berhenti mengintip dan berbalik. Menarik napas panjang, Menenangkan diriku. Aku tahu betul seharusnya aku tidak berada disini. Namun mau bagaimana lagi, Aku sudah terlanjur basah. Aku juga sangat penasaran dengan semua yang terjadi di tempat ini. Sebentar lagi saja, Aku akan melihat sedikit lagi, Lalu kembali ke kamar ku.

Tetapi saat hendak kembali mengintip, Aku terkejut kala pria itu tengah berjalan kearah ku.

"Mati aku." Gumam ku. Dengan cepat aku bersembunyi di samping lemari kecil di dekat tembok. Aku mulai berkeringat dingin ketakutan. Sambil menutup erat mulutku, Langkah kaki itu semakin dekat.

Drap drap...

Cukup lama hingga suara langkah kaki itu melewati ku.

"Huft..." Aku segera berusaha mengatur nafasku. Kemana pria itu pergi, Siapa dia, Apa semua akan baik baik saja. Ada banyak hal yang kini tidak dapat ku cerna.

Aku kemudian bergegas untuk kembali ke kamar ku. Namun lagi lagi aku mendengar suara.

"Tolong....tolong aku!"

"Siapapun tolong aku!" Teriak seorang wanita.

"Tolong jangan sakiti aku, Ku mohon."

Aku segera bersembunyi, Mencari tempat yang aman.

Dua orang itu sepertinya sedang berkelahi. Aku memutuskan untuk mengintip apa yang terjadi.

"Eukh..uhuk uhuk...."rintihnya

Aku benar benar terkejut bukan main. Badan ku sampai gemetar ketakutan, Dengan apa yang sedang kulihat saat ini. Aku berharap tidak ada disini sejak awal.

Pria itu jelas jelas membunuh seorang wanita secara membabi-buta. Dengan pisau, sambil menarik rambut wanita itu, dia berulang kali menusuk leher wanita itu hingga hampir putus. Ada banyak darah yang memenuhi tubuh mereka berdua. Bau darah yang kental mulai membuat ku ingin memuntahkan isi perut ku.

Aku menutup mulutku mencoba menahan mual dan kengerian disaat yang bersamaan. Aku tidak kuat lagi menyaksikan semua ini. Namun saat hendak membalikkan badan, Mata ku tidak sengaja bertemu dengan pria itu.

Sialan. Dia melihat ku.

Aku segera berlari meninggalkan tempat itu. Sesekali aku melihat ke belakang, Memastikan dia tidak mengejar ku. Untungnya tidak. Syukurlah aku bisa melarikan diri.

Sesampainya di ruangan ku, Aku langsung menutup rapat pintu kamar ku. Sepanjang malam itu, Aku tidak bisa tidur. Bayang bayang pembunuhan yang baru saja ku saksikan itu, Tidak bisa ku lupakan.

Keesokan paginya, Aku lalu mendapat laporan tentang kematian wanita yang ku lihat tadi malam, Di tempat yang sama.

"Jadi itu benar benar nyata." Gumamku

Pak Wahyu segera datang melakukan tugasnya. Seperti biasa dia akan menyingkir kan mayatnya, Dan aku akan membersihkan tkp. Aku masih merasa takut dan ngeri dengan kejadian semalam. Badan ku tetap merinding setiap kali memikirkannya. Pria itu tidak ragu ragu menusuk wanita ini berkali kali. Apa sebenarnya yang dia inginkan.

"Tinggalkan tempat ini, Kepala pelayan." Ucap pak Wahyu tiba tiba.

"Pak tua, Selesaikan saja tugas mu."

"Jika tidak ingin berakhir seperti mayat mayat ini, Kau harus mengambil keputusan." Tegasnya padaku

Aku tidak menjawabnya lagi, Dan meninggalkannya disana.

****

Siang itu, Tuan nyonya serta nona Arumi akhirnya kembali setelah dua hari mereka pergi. Semuanya seperti kembali seperti biasa. Namun tidak bagiku. Dua hari ini terasa seperti mimpi. Mulai dari melihat langsung pembunuhan, mengantarkan makanan bagi seseorang yang tidak ku ketahui, Hingga kebingungan tentang nona Arumi. Dan anehnya lagi, Nyonya tidak bertanya apa aku sudah melakukan perintahnya atau tidak. Seperti bukan apa apa. Tetapi caranya memintaku waktu itu, Bukankah ini hal yang sangat serius sampai memaksa ku untuk bersumpah.

Kepala ku sedikit sakit, Setelah semua ini. Tubuhku juga terasa berat, Sepertinya aku akan terkena flu.

****

Dengan keadaan lemas, Aku harus bekerja mengawasi beberapa pelayan yang membersihkan perpustakaan lama yang tidak terpakai. Ini semua perintah nona Arumi yang tiba-tiba ingin menggunakannya.

Aku belum pernah ke tempat ini sebelumnya. Ruangan ini cukup besar. Ada banyak buku yang tersusun di rak rak buku yang menjulang tinggi. Sangat mewah dan berkelas. Ada banyak potret gambar yang menghiasi sepanjang dinding. Entahlah mungkin silsilah keluarga ini.

Saat melihat lihat, Perhatian ku berhenti pada satu gambar yang cukup besar. "Wajahnya seperti pernah kulihat dimana" gumam ku

"Kepala pelayan, Kami sudah selesai di bagian ini." Ucap seorang pelayan yang membuyarkan lamunan ku

"Baiklah, Ayo tinggalkan tempat ini. Jangan lupa untuk mengunci pintunya."

"Baik kepala pelayan."

Aku masih terus mengingat ingat Dimana aku pernah melihat wajah itu. Tetapi aku tidak dapat menemukannya.

"Kepala pelayan! Nona Arumi jatuh pingsan" Pelayan itu panik

"Bawa aku kesana"

Kami berlari tergesa-gesa ke taman di dekat rumah kaca. Benar saja nona Arumi sudah tergelak disana. Sembari mencoba menyadarkannya, aku berteriak memanggil pelayan lain. Namun nihil, Tidak ada yang datang.

"Kemana semua pelayan?" Tanya ku pada pelayan wanita tadi.

Anehnya dia tidak mau menjawab ku. Apa yang dia pikirkan.

"Sialan, Cepat panggilkan dokter!" Perintah ku padanya

Pelayan itu mengangguk dan lari bergegas, meninggalkan kami sendirian. Aku masih mencoba membangunkan nona Arumi. Kuangkat tubuh nya ke atas kursi, Dan membaringkannya di kursi panjang itu. Dia belum sadar sadar juga. Tidak peduli seberapa keras aku menggoncangkan tubuhnya, Mencipratkan air ke wajahnya, Bahkan berteriak memanggilnya. Dia tetap tidak merespon. Ku coba mengecek denyut nadinya, dan itu sangat lambat.

Tidak lama kemudian pelayan tadi datang dengan seorang dokter bersamanya.

Setelah melakukan serangkaian pemeriksaan, kami membawa nona Arumi ke kamarnya.

"Pastikan dia meminum obatnya dengan rutin. Akan lebih baik jika dia benar benar berhenti dengan alkohol." Ucap dokter itu

"Obat apa yang anda maksud dokter?" Tanya ku

"Anti depresan. Bukankah saya sudah memberi resepnya sejak lama?"

"Baik, terima kasih, Kami akan mengurusnya. Silahkan lewat sini dokter" ucap ku sembari mengantar dokter itu keluar.

Apa maksudnya semua ini. Nona Arumi mengalami depresi?.

Setelah mengantar dokter itu keluar, Aku kembali masuk ke dalam kamar nona Arumi. Dia masih belum sadarkan diri.

"Apa maksudnya semua ini?" Tanya ku pada pelayan itu.

"Nona tidak ingin siapapun tahu" Jawabnya gugup.

"Bukankah kau sudah melibatkan ku dengan memanggil ku tadi?"

"Kepala pelayan, tolong berpura pura lah tidak tahu."

"Aku mohon..." Sambungnya

"Baiklah, Beritahu aku segalanya, Dan aku akan berpura pura tidak tahu."

Pelayan wanita itu terdiam sejenak. Dia pasti sedang mempertimbangkan tawaran ku. Setelah beberapa lama dia akhirnya memberi jawaban.

"Baiklah" wanita itu menyetujuinya

"Temui aku di halaman belakang besok pagi. Jika kau tidak datang, aku akan memberi tau nona Arumi tentang kejadian ini" Ancam ku padanya

Dia mengangguk, Dan aku segera pergi dari tempat itu. Jika nona Arumi sadar dan aku masih berada disana, Rencana ku untuk mengorek informasi bisa gagal.

****

Keesokan paginya, Tidak ada pekerjaan yang mendesak yang harus kulakukan dan untungnya tidak ada mayat yang harus ku bereskan. Jadi aku langsung menuju halaman belakang seperti yang kami janjikan. Namun sudah cukup lama aku menunggu, wanita itu belum datang juga.

"Sialan, Apa dia menipu ku?" Gumam ku

Tidak lama wanita itu akhirnya datang. Aku ingin memarahinya namun ku urungkan niat ku, setelah melihat beberapa luka di wajahnya.

"Apa yang terjadi padamu?" Tanya ku

"Ini bukan apa apa. Nona Arumi memang kadang memukuli ku tanpa alasan." Jawabnya dengan senyuman yang jelas jelas dipaksa

"Bodoh" Ucap ku pelan

"Kenapa kau membiarkan semua ini terjadi padamu?"

"Apa karena dia membayar mu dengan begitu banyak emas?"

"Tidak, bukan itu!" Sangkalnya

Wanita berumur 30an itu tampak gugup. Aku yakin dia masih ragu-ragu untuk memberitahu ku semuanya.

"Dia membuat mu menjaga rahasia pentingnya, Namun juga memukuli mu semaunya. Apa ini yang kau inginkan?" Tanya ku memecah hening diantara kami berdua

"Bukan begitu!"

"Lalu apa?" Tanya ku tidak sabar

"Nona Arumi sangat baik. Namun sejak kematian tuan muda, Tuan dan nyonya besar menyalahkan nona atas semuanya." Wanita itu mulai menitikkan air matanya.

"Nona Arumi akhirnya jatuh dalam depresi. Dia mulai meminum alkohol sebagai pelariannya. Dia juga mulai bertindak diluar kendali, Menyakiti orang lain bahkan dirinya sendiri."

"Jadi itu sebabnya dia sampai membunuh banyak pelayan?" Tanya ku padanya

"Apa yang kau bicarakan kepala pelayan?. Nona tidak pernah bertindak sejauh itu."

Sial. Jika bukan nona Arumi, Apa mungkin pria yang kulihat malam itu yang membunuh semua pelayan disini.

"Jadi siapa yang telah membunuh semua pelayan di tempat ini?" Tanya ku penasaran

"Dengar baik baik kepala pelayan. Berhentilah mencari tahu tentang itu." Tegasnya memperingati ku

"Kau bukan orang pertama yang mencobanya."

"Jika orang itu sampai tahu, Kita berdua bisa dalam bahaya." Ucapnya cemas.

Wanita itu segera berbalik pergi meninggalkanku. Dia jelas tahu sesuatu, Tapi siapa maksudnya orang itu.

***

Hingga beberapa hari berlalu, Aku melakukan rutinitas pekerjaan ku seperti biasa. Mulai dari membereskan mayat, Mengawasi tugas pelayan, Dan banyak lainnya. Karena semua kesibukan itu, Aku tidak punya waktu untuk mencari tahu lebih jauh tentang pembunuhan dan orang yang disebut wanita itu.

"Kepala pelayan ada surat untuk mu"

"Berikan padaku."

Aku hanya menyimpan surat itu dan melanjutkan pekerjaan ku. Mungkin dari adik ku rea, Karena dia satu satunya keluarga ku. Kami memang akan saling bertukar surat walaupun jarang sekali.

Setelah pekerjaan ku selesai, Aku kemudian beristirahat di kamar ku. Sungguh hari yang sibuk. Saat hendak membuka surat tadi, seorang pelayan tiba-tiba datang ke kamar ku.

"Kepala pelayan, Ada yang bunuh diri dihalaman belakang!"

Aku dan pelayan itu segera berlari ke halaman belakang. Sesampainya disana, Betapa terkejutnya aku melihat mayat seseorang wanita yang sudah terbujur kaku, Tergantung dengan tali yang melilit lehernya di pohon besar itu.

Ada banyak orang yang memenuhi tempat itu. Nona Arumi rupanya juga berada disana. Dia terlihat menangis histeris, Dengan beberapa pelayan yang berusaha menenangkannya.

"Apa apaan ini" gumam ku

Aku lalu memanggil pelayan pria yang berada di sampingku.

"Suruh semua orang segera meninggalkan tempat ini. Lalu minta rekan mu untuk memanggil pak wahyu"

"Baik kepala pelayan"

Aku juga berbicara pada nona Arumi, Yang tidak ku ketahui kenapa dia sampai menangis seperti ini.

"Nona, Tenangkan dirimu. Kami akan mengurus semuanya."

"Bawa nona Arumi kembali ke ruangannya" Perintah ku pada beberapa pelayan pribadinya.

Mereka mengangguk lalu membawa wanita itu pergi.

Pak wahyu akhirnya tiba dan satu persatu para pelayan mulai meninggalkan tempat itu.

Dibantu dua orang pelayan pria, Pak Wahyu lalu menurunkan mayat wanita itu.

Aku sangat terkejut, Mayat itu rupanya adalah wanita yang ku ajak bicara beberapa hari lalu tepat di tempat ini. Sekarang aku mengerti kenapa nona Arumi sampai menangis seperti itu. Tapi apa yang merasuki wanita ini, Hingga nekat bunuh diri.

"Gila"

"Apa yang sebenarnya terjadi" gumam ku

Anehnya lagi pak Wahyu tidak banyak berbicara hari ini. Dia yang biasanya akan mengucapkan banyak omong kosong padaku, Hanya diam seribu bahasa. Dia bahkan tidak menyapa ku, Dasar pak tua.

Setelah selesai membereskan semuanya, Aku hendak kembali ke kamar ku. Namun tiba tiba, seseorang menarik tanganku.

"Aku memanggilmu sejak tadi" ucap seorang pria yang merupakan pelayan pribadi nyonya besar.

"Katakan apa maumu"

"Nyonya ingin bertemu dengan mu sore nanti di ruangannya."

"Baiklah, Sampaikan aku akan datang."

Aku segera pergi meninggalkan pria itu disana. Beraninya dia, Dasar tidak sopan. Apa dia lupa aku kepala pelayan disini.

Sesampainya di ruangan ku, Aku hanya merebahkan badan ku di kasur. Hari ini pun ada banyak pekerjaan. Aku hanya melihat langit langit dan segera terlelap dalam tidurku.

Saat aku terbangun, Badan ku terasa berat. Ku lihat jam di dinding menunjukan pukul 19.00. Sial sudah malam. bagaimana aku bisa ketiduran. Kuraih sisir didepan ku, Dan dengan cepat memperbaiki rambut ku yang berantakan.

Aku berlari menuju dapur. Kulihat para pelayan tengah sibuk mempersiapkan makan malam.

"Kenapa tidak ada yang membangunkan ku?" Tanya ku pada mereka

"Sedari tadi kami mencari mu, Kepala pelayan. Tetapi kami tidak dapat menemukanmu di manapun."

"Apa maksudmu?, Aku tertidur di kamar ku dari tadi. Kalian jangan mencari cari alasan. Temui aku nanti setelah tugas kalian usai."

Bisa bisanya mereka mencoba menipuku. Lihat saja nanti kalian.

***

Aku benar benar lupa harus menemui nyonya sore ini. Apa yang harus kulakukan, Ini sudah lewat dari waktu yang dikatakan.

Lebih baik terlambat, Daripada tidak sama sekali. Aku meyakinkan diriku untuk menemui nyonya besar.

"Kau terlambat." Ucap pelayan pria yang menyampaikan pesan nyonya tadi.

"Apa nyonya berada di dalam?" Tanya ku

"Masuk lah" Ucapnya sembari membuka pintu

Saat masuk kedalam, Terlihat nyonya besar duduk di meja riasnya seorang diri.

"Maafkan saya nyonya, Saya sangat ceroboh. Saya tertidur di waktu yang tidak seharusnya. Jadi saya tidak bisa datang tepat waktu."

Wanita paruh baya itu tidak menggubris perkataan ku, Dan hanya diam saja. Sudah cukup lama, Sekitar beberapa menit aku hanya berdiri mematung disana. Sembari melihatnya yang sibuk mengurusi rambut dan wajahnya di depan kaca.

Sialan haruskah aku kembali?, Jika saja wanita ini ialah pelayan biasa, Aku tidak bisa membayangkan apa yang akan ku lakukan padanya.

"Miriam" Ucapnya memecah hening di ruangan itu.

"Iya nyonya." Aku dengan cepat menjawab

"Serahkan surat pengunduran dirimu padaku minggu ini"

"Kenapa nyonya? Apa saya membuat kesalahan?" Tanya ku kebingungan

"Jika hal ini karena keterlambatan saya, Saya benar benar minta maaf nyonya. Saya akan berusaha yang terbaik untuk kedepannya."

"Apa kau belum sadar juga?"

"Ini semua demi keselamatan mu sendiri miriam."

"Kau sendiri lah yang menggali kuburan mu. Apa ada yang meminta mu menyelidiki hal yang bukan urusanmu?"

Aku hanya diam tertegun.

"Keluar dari ruangan ku sekarang!" Lanjutnya

Aku kembali ke kamar ku, Untuk beristirahat. Aku masih tidak percaya. Kenapa tiba-tiba aku di pecat begini. Apa ada yang mengadukan ku. Sialan aku butuh udara segar.

Aku lalu pergi keluar sambil membawa surat yang belum sempat ku baca. Aku hanya berjalan jalan dan ternyata sudah sampai di sebuah taman di dekat rumah kaca.

Penerangannya sangat buruk, Aku akan menyuruh pelayan untuk memperbaikinya besok.

"Hah untuk apa? aku lupa aku sudah di pecat. Untuk apa aku peduli." Gumam ku sembari tertawa jengkel.

Setelah menemukan posisi duduk yang nyaman, Aku lalu membuka amplop surat yang isinya ternyata ada tiga lembar. Namun sesudah membaca beberapa kalimat pertama yang tertulis disana. Aku langsung berlari meninggalkan tempat itu menuju kamar ku.

Dengan sekujur tubuhku yang terasa lemas, Aku dengan cepat mengemasi barang barang ku.

"Sialan...sialan...sialan." Gumamku

"Dasar orang orang gila!"

"Siapa juga yang ingin mati disini"

Malam itu diam diam aku pergi meninggalkan tempat itu, Setelah menerima surat dari seseorang. Aku tidak ingin lagi berurusan dengan mereka. Orang orang gila yang suka dengan permainan teka teki aneh. Sejak awal mereka memang berniat mempermainkan ku.

Suka
Favorit
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar