Disukai
0
Dilihat
99
Guess The Next
Misteri
Cerpen ini masih diperiksa oleh kurator

Tidak ada yang tidak mengenal Jim Morris di Silverstone. Pepatah bilang, "Kau bukan orang Silverstone kalau tidak kenal siapa itu Jim Morris'. Bahkan ia lebih terkenal dibanding walikota yang pernah menjabat sepanjang sejarah Silverstone City.

Ada banyak versi tentang latar belakang Jim Morris, tapi tak ada satu pun yang dikonfirmasi benar oleh orangnya sendiri.

Ada yang mengatakan kalau nenek moyangnya dulu keturunan samurai Jepang yang menjadi pengikut setia salah satu klan yang menentang pemerintahan Shogun serta berupaya mengembalikan pemerintahan Jepang ke tangan Kaisar dan mendukung Restorasi Meiji. Nenek moyangnya bahkan terkenal telah membunuh puluhan kepala, nyaris melebihi samurai terkenal Jepang, Miyamoto Musashi yang telah melakukan duel sebanyak 61 kali dan menang sebanyak 61 kali pula. Sementara nenek moyang Jim Morrison dikatakan telah melakukan 59 duel dan semuanya menang, hanya selisih 2 angka dari Musashi. Kemudian entah bagaimana caranya generasi nenek moyang dari Jim Morison terdampar di Silverstone dan hidup dengan cara beternak kuda, membawa salah satu anak buah mereka yang berasal dari Mongol, yang memang terkenal dengan kualitas kuda dan cara menunggang kuda sambil berperang yang sangat epik. Anak buahnya yang berasal dari Mongol juga membuat kakek Jim pada akhirnya memiliki landasan pacuan kuda yang walaupun tidak terlalu luas, tapi banyak orang yang membayar untuk berlatih pada anak buahnya yang berasal dari Mongol supaya ahli menunggang kuda sambil menembakkan pistol.

Versi lain mengatakan bahwa Jim Morison adalah anak dari seorang pelacur paling cantik yang pernah ada di rumah bordil di Silverstone. Dia lahir di antara bau peternakan sapi yang menjadi satu dengan rumah bordil zaman dulu karena diyakini bahwa bau babi bisa menambah keinginan pria untuk bercinta. Pelacur itu diketahui namanya adalah Rosamund Jude. Setelah Jim Morison lahir, ia dibesarkan oleh nenek dan kakeknya karena tidak mau Jim mengikuti jejak sang ibu menjadi gigolo kelak nanti atau parahnya menjadi mucikari. Versi yang ketiga, masih sama, Jim dikatakan lahir dari rahim seorang pelacur bernama Rosamund Jude, tapi setahun setelah Jude melahirkan Jim, identitasnya sebagai mata-mata ketahuan dan pada akhirnya ia dieksekusi mati. Jim saat itu sudah menjadi buron, buronan paling muda di dunia, mungkin, tapi kemudian diselamatkan oleh salah seorang pelanggan Rosamund Jude yang tertarik pada wanita itu dan ingin menikahinya tapi tak pernah terwujud karena ia tahu pernikahannya tak akan direstui oleh orangtuanya sebab ia adalah keturunan bangsawan, walaupun bukan bangsawan agung yang terkenal di Silverstone masa lampau, tapi ia punya cukup harta pada saat itu sehingga disebut sebagai bangsawan. Jim dirawat oleh si bangsawan itu dan ditempatkan di salah satu rumah persembunyian, sampai akhirnya di usia 16 tahun, Jim memutuskan untuk mengembara dan merasakan kerasnya hidup di dunia luar, tapi ia adalah anak dengan fisik yang kuat. Tubuhnya bongsor, lebih bongsor dibanding anak 16 tahun pada umumnya. Dan walaupun kurus, otot-ototnya yang menonjol terlihat sangat liat dan padat, hasil dari latihan yang ia lakukan sejak umur 6 tahun sebab Jim tertarik dengan ilmu bela diri dan pistol. Jim kecil bercita-cita menjadi seorang cowboy yang keren, atau seorang serif yang disegani masyarakat dan bisa menyelamatkan banyak nyawa, tanpa tahu kalau kerasnya hidup di jalanan membuat tekadnya menjadi pahlawan hilang, digantikan keinginannya untuk menjadi yang paling kuat di antara yang terkuat. Ia menguasai ilmu bela diri dan bagaimana cara menembak, dengan itu ia merampok peternakan dan bank, atau pertokoan emas. Tak ada yang berusaha mencegah Jim karena kepala dan jantung mereka akan dilubangi oleh besi timah yang dilontarkan dari pistol yang selalu lelaki itu bawa.

Ketenaran Jim sebagai perampok menyebar ke seluruh Silverstone, membuatnya ditantang oleh banyak orang yang merasa dirinya paling kuat, menjadi juara bertahan lima tahun berturut-turut dalam kontes tinju bawah tanah yang biasanya menjadi hiburan para bangsawan, dan dalam melakukan puluhan duelnya, Jim hanya pernah terluka sebanyak tiga kali. Kemudian ada rumor yang mengatakan bahwa Jim hanya bisa mati ketika ia sendiri yang menghendakinya mati, sebab orang-orang yang berusaha mendapatkan kepala atau melubangi dadanya selalu gagal dan berakhir mereka sendiri yang meregang nyawa. Jim dijuluki sebagai siluman karena ia bisa bergerak dengan licah dan bersembunyi di tempat-tempat yang tak terduga. Pernah suatu hari ia diserang oleh sekumpulan orang di bar, baku tembak terjadi dan menimbulkan kekacauan yang menghalangi pandangan penembak jitu sekalipun, dan para pemburu Jim Morison kehilangan jejak lelaki itu. Mereka mencarinya ke sana kemari ke seluruh penjuru bar, tapi tak menemukan lelaki itu, sampai akhirnya sebuah tembakan dari atas sebuah atap kayu bar itu terdengar lantang, berhasil melubangi kepala pimpinan mereka, membuat mereka mendongak, tapi saat mereka mengarahkan pistol ke arah Jim, mereka kalah cepat. Jim telah melubangi dada mereka secepat kecepatan cahaya. Orang-orang hanya tahu Jjm adalah keturunan ahli bela diri atah ahli menembak, tapi mereka tidak tahu kalah Jim berlatih mengambil pistol dari saku jaketnya setiap hari dan semakin hari kemampuannya mencopot senjata dari tempatnya berada semakin cepat, bahkan ia bisa melakukannya sebelum lawannya berhasil menodongkan pistol ke arah Jim, dan dor! Satu kepala lubang diikuti beberapa yang lainnya tumbang.

Jim mulai diminta untuk membunuh orang ketika usianya genap 20 tahun dengan bayaran yang fantastis. Saat itu Jim ingin punya pekerjaan tetap yang menghasilkan banyak uang sehingga ia bisa pensiun di kemudian hari ketika sudah tua, dan misi pertama Jim berhasil tanpa halangan.

Setelah keberhasilannya membunuh untuk kesepuluh kalinya, Jim mulai dilirik oleh salah satu agen yang menyediakan jasa membunuh, menjadikan Jim Morison sebagai 'Grim Reaper from Silverstone'.

Sejak saat itulah, selama dua puluh tahun, Jim telah melakukan banyak sekali pembunuhan, yang bahkan ia sendiri tak pernah menghitungnya karena terlalu banyak. Kalau dibandingkan dengan pembunuhan yang dilakukan Ted Bundy, Jim Morison yakin ia masih lebih unggul.

Walaupun ia telah terkenal sebagai pembunuh bayaran, ia tidak pernah mau membunuh anak kecil. Sekalipun bayarannya sangat fantastis, Jim tidak akan melakukannya. Di satu sisi, ia akan menembak siapa saja yang memperkosa anak di bawah umur di tempat mana pun yang Jim kunjungi. Tanpa banyak nasehat dan cek-cok, Jim langsung mengarahkan pistolnya ke kepala atau dada kiri pelakunya, dan DOR! Pelakunya bersimbah darah dan tak bernyawa.

Selama karirnya sebagai seorang pembunuh bayaran paling keji dari Silverstone, Jim kemudian dilatih menjadi seorang sniper handal. Dan karena kemampuan menembaknya yang fantastis, ia pernah bekerja sebagai sniper selama 7 tahun, sebelum akhirnya kembali menjadi pembunuh bayaran yang terlibat langsung dalam duet maut entah one by one atau satu melawan banyak lawan, sebab Jim merasa itu lebih menantang dibanding menjadi sniper yang hanya bersembunyi selama sekian jam dan bahkan sekian hari untuk membunuh satu-dua orang. Tidak ada yang tahu siapa yang membuat orang-orang penting itu mati dengan kepala berlubang, padahal Jim lebih suka kalau lawannya tahu siapa yang membunuh mereka sebelum ajal mereka datang. Jim ingin menjadi orang yang dilihat lawan atau musuhnya sebelum ia memejamkan mata untuk selamanya.

Usianya kini genap 40 tahun dan belum menikah. Tak ada yang tertarik padanya selama dua puluh tahun karena mereka tahu betapa ngerinya reputasi Jim Morison, dan Jim juga tidak memaksa seorang wanita untuk mau menikah dengannya. Ia hanya menjadi pelanggan di beberapa rumah bordil terkenal, tidur dengan para pelacur dengan bayaran paling mahal, dan sudah. Walaupun sejauh ini ia telah menembak mati lima pelacur yang ketahuan sebagai mata-mata atau pembunuh bayaran yang ditugaskan untuk membunuh Jim. Duel paling berkesan dengan lima pelacur itu adalah ketika ia berhadapan dengan pelacur keempat, namanya Anne Spark. Di antara lima pelacur yang berusaha membunuh Jim dan berakhir mereka menjadi mayat, Anne Spark adalah lawan yang sepadan. Kemampuan bela dirinya hampir menyamai Jim. Ia lebih tenang dalam menyerang dibanding Jim yang mudah terpancing emosinya. Biasanya Jim akan dengan mudah membunuh wanita yang ingin membunuhnya, tapi ketika berhadapan dengan Anne Spark, ia butuh empat jam untuk melumpuhkannya. Selama empat jam itu, Jim bertarung dengan ganas bersama Anne yang terlihat berbeda. Ketika di ranjang, Anne adalah seorang wanita yang lemah lembut dan selalu suka dikontrol oleh lelaki, ia adalah wanita yang anggun dan penurut, tapi ketika bertarung dengan Jim, dia berubah menjadi Anne yang lain, Anne yang liar dengan hasrat melubangi dada Jim menyala-nyala di matanya yang berwarna hijau zamrud. Jujur, Jim terkesan. Belum ada wanita yang membuatnya cukup kuwalahan dalam bertarung. Dan ketika Anne Spark mati di tangannya, bukan kepuasan atau rasa bangga yang Jim rasakan, melainkan kekosongan.

Sejenak, ia berpikir bahwa... mungkin saja itu adalah apa yang disebut orang-orang sebagai perasaan kehilangan. Jim yang tidak pernah merasa kehilangan, yakin kalau perasaan tidak berguna itu akan hilang selang beberapa hari, tapi bahkan setelah setahun berlalu semenjak kematian Anne Spark, Jim masih merasakan kekosongan itu, yang kemudian ditambah menjadi satu perasaan sialan bernama rasa bersalah.

Jim memang tetap menjadi pembunuh bayaran setelah Anne Spark mati, tapi ia tak lagi membunuh dengan bergairah dan mata menyala-nyala. Uang yang mengalir kepada dirinya tak lagi berkesan. Perempuan-perempuan di rumah bordil yang lagi memikat dan membuatnya bergairah, sekalipun saat itu di Silverstone ada Carolina Marry, seorang pelacur paling cantik dengan kulit seputih salju dan selicin porselen. Mulus kemerahan. Mekar dan segar. Matanya biru memikat. Rambutnya kecokelatan panjang terurai. Tubuhnya proporsional seolah ia adalah karya seni yang bernyawa. Ia adalah definisi perempuan paling cantik dan sempurna di Silverstone, yang bahkan kecantikannya menyaingi salah seorang putri bangsawan agung di kota itu, tapi Jim tidak datang ke sana untuk tidur dengan Caroline Marry. Dia tidak memikirkan wanita lain tak peduli ia telah memikat banyak lelaki di Silverstone. Yang ia pikirkan hanyalah Anne Spark, dan ia terus memikirkan wanita itu sampai usianya genap 40 tahun. Dan ia mengakui dalam diam bahwa untuk pertama kalinya, ia menyesal telah membunuh seseorang. Semua orang bisa ia bunuh tanpa rasa penyesalan, tapi tidak dengan Anne Spark karena ia telah mencintainya entah sejak kapan. Mungkin sejak pertama kali Jim datang ke rumah bordil tempat Anne Spark bekerja. Mungkin semenjak Anne membukakan pintu kamarnya untuk Jim. Mungkin semenjak Jim mendaratkan bibirnya pada bibir wanita itu. Atau mungkin semenjak mereka terlibat pertarungan sengit. Tidak tahu. Ia tidak punya alasan untuk mencintai Anne Spark. Ia hanya jatuh dan mencintainya.

Kalimat terakhir yang dilontarkan Anne Spark sebelum Jim menembaknya masih teringat di pikiran Jim bahkan setelah puluhan tahun berlalu.

"Jim, selama kau masih menjadi pembunuh bayaran, jangan pernah bermimpi untuk menikah apalagi memiliki keluarga bahagia. Karena kalau sampai itu terjadi, kau akan menjadi penghancur keluargamu sendiri secara langsung ataupun tidak. Camkan kata-kataku. Camkan seolah ini adalah kutukan." Saat itu Jim tidak yakin dengan penglihatannya, tapi yang ia ingat adalah bahwa Anne meneteskan air mata sebelum peluru itu menembus dada dan kepalanya.

Dan kalimat Anne Spark-lah yang membuat Jim memilih tidak akan pernah menikah. Ia hanya ingin menikah dengan Anne atau tidak sama sekali.

Sayangnya, tak ada ingatan apapun yang bisa Jim kenang tentang Anne. Ia tidak punya foto atau lukisannya. Ia bahkan tidak tahu dimana Anne dimakamkan.

Dan kini, Jim ingin mengakhiri karirnya sebagai pembunuh bayaran. Ia ingin pergi ke pedesaan dan membangun rumah peternakannya yang akan ia huni sampai ia mati. Di sana ia akan menenam apel, memelihara kuda, memelihara ayam dan sapi. Ia akan hidup bersama penyesalan dan menangisi Anne Spark sepanjang hari setiap kali ia mendoakan arwahnya agar bisa beristirahat dengan tenang.

Ia bahkan tidak peduli kalau ada banyak orang yang akan membunuhnya begitu kabar tentang Jim Morison yang pensiun tersebar luas. Ia telah siap mati dan tidak takut pada kematian semenjak ia merasa kosong setelah merenggut nyawa Anne Spark.

Seharusnya pagi ini tidak ada tamu. Jim tidak punya tetangga di kanan kiri atau depan rumahnya. Rumahnya dekat laut, dibangun di atas tebing yang luas, beralaskan rerumputan yang biasa digunakan sapi-sapi dan kuda-kudanya merumput. Tapi ketika ia membuka pintu, ia mendapati seorang tamu di sana. Tersenyum ke arah Jim, memperkenalkan diri singkat dibantu oleh Joe Cruz, salah satu pemilik agen tempat dimana Jim bekerja sebagai pembunuh bayaran.

"Joe, kau tahu aku tidak menerima klien lagi. Kesepakatan antara kita sudah selesai dan kau menyetujui keputusanku untuk berhenti dari pekerjaan ini." kata Jim jengah menatap Joe yang malah menatapnya tanpa rasa bersalah.

"Tenang dulu, Sobat. Sebaiknya kita masuk dan membicarakannya sambil minum teh. Tamu kali ini sangat penting dan aku berjanji, ini yang terakhir."

Jim Morris mendengus pelan. Kalau bukan karena Jonathan yang telah menyelamatkan hidupnya, membuatnya punya cukup harta dari membunuh orang-orang sesuai permintaan klien mereka, membuat Jim tidak jatuh dalam kubangan kemiskinan di tengah-tengah kerasnya hidup di Silverstone, ia pasti akan melubangi kepala siapa saja yang berani memaksanya melakukan sesuatu yang tidak akan ia lakukan lagi selama sisa hidupnya. Ia mengenal Jonathan sebelum ia menjadi Jim Morris yang sekarang, yang paling ditakuti di Silverstone sekalipun ia telah pensiun, dan selama itu pula, Jonathan tak pernah bohong apalagi ingkar janji. Ia selalu membagi hasil dengan Jim sama banyaknya. Ia yang menyediakan klien dan senjata, Jim yang pergi mengeksekusi, tapi bayaran mereka sama rata. Dan Jim percaya kalau ini benar-benar pembunuhan yang terakhir. Hanya satu klien dan sudah.

Klien itu memperkenalkan dirinya sebagai Bobby Stone, seorang pengusaha tambang emas dan batu bara yang kekayaannya tidak habis bahkan jika untuk menghidupi seluruh rakyat Silverstone selama sekian tahun ke depan. Ia juga punya beberapa bisnis yang tidak diketahui orang dari yang legal sampai illegal yang beroperasi di bawah tanah. Tubuhnya tidak tinggi. Untuk ukuran seorang lelaki, ia termasuk pendek. Tubuhnya tambun, kepalanya botak plontos, kumisnya tebal, dan pakaiannya selalu rapih—pasti pelayannya harus menjaga agar pakaian-pakaiannya tetap dalam keadaan klimis dan tidak kusut.

“Singkat saja, Jim,” ujar Bobby setelah mengenalkan dirinya yang untung saja tidak terlalu bertele-tele. Aneh juga. Biasanya, orang-orang seperti Bobby biasa memulai perkenalan dengan menceritakan silsilah keluarga hingga kekayaannya bahkan orang-orang terhormat mana saja yang berteman dengannya, tapi dia tidak begitu dan Jim cukup menyukainya sebab ia tidak perlu meluangkan banyak waktu untuk mendengarkan omong kosong orang-orang kaya. “Aku ingin kau membunuh seseorang, tapi aku tidak akan memberimu klu. Kau harus menebak dan mencarinya sendiri. Waktumu hanya satu tahun. Jika dalam satu tahun kau tidak menemukan siapa orang yang aku maksud, maka kau tidak akan dapat hadiah utamanya. Aku tahu kau tidak perlu uang lagi, kau menerimaku sebagai klienmu yang terakhir karena Jonathan yang membawaku kemari, tapi aku yakin kau tidak akan menolak hadiah utamanya.” Bobby tersenyum sembari mengelus kumisnya yang tebal. Jim mengangkat alis, menunggu ia melanjutkan perkataan. Bobby tersenyum miring kemudian memajukan wajah beberapa senti ke arah Jim, lalu berbisik, “Aku tahu dimana makam Anne Spark berada.” Hanya satu kalimat, tapi satu kalimat itu mampu membuat sekujur tubuh Jim menjadi dingin. Perutnya tiba-tiba bergejolak dan merasa mulas diiringi dengan rasa mual. Jantungnya berdentum lebih kencang dibanding biasanya, sampai Jim bersumpah ia benar-benar bisa mendengar bagaimana detak jantungnya sendiri, sebab setelah Bobby mengutarakan kalimat itu, semua di sekelilingnya menjadi hening.

Bobby diam-diam menikmati perubahan mimik wajah Jim ketika mendengar nama pelacur yang rupanya adalah mata-mata yang ditugaskan untuk membunuh Jim beberapa tahun yang lalu. Hampir semua orang di Silverstone mengetahui siapa Anne Spark selain karena ia cantik dan karena ia seorang pelacur di salah satu rumah bordil terkenal di kota ini.

Setelah mentralkan napasnya yang tiba-tiba memburu seolah ia baru saja selesai lari ratusan kilometer, Jim kemudian bertanya, “Bagaimana… bagaimana kau mengenal Anne Spark?” Matanya menatap Bobby dengan nyalang. Terlihat menakutkan seolah ia adalah seekor tikus sawah dan Jim adalah elang yang matanya awas hendak menerkam mangsa di depan mata.

“Aku tidak bisa menjelaskannya sebab itu adalah bagian dari klu yang harus kau cari. Apakah pembunuhan yang aku tugaskan padamu berhubungan dengan Anne Spark atau tidak? Well, itu adalah tugasmu untuk mencari tahu jawabannya. Yang jelas, aku memang benar-benar mengetahui dimana makam wanita itu berada.”

“Apa kau bisa memegang janjimu?”

“Tentu saja!”

Jim mengangguk. “Aku ambil tugas ini dan kalau kau sampai tidak menepati janjimu begitu aku berhasil, kau sendiri yang akan meregang nyawa. Tidak peduli apakah kau berteman baik dengan Jonathan temanku atau tidak.”

Bobby tergelak, sementara Jonathan hanya tersenyum lega karena Jim mau menerima misi ini.

“Dan kalau kau gagal,” kata Bobby. “Maka algojoku akan memenggal kepalamu dan disaksikan oleh seluruh orang Silverstone di alun-alun kota. Kami akan menggantung kepalamu di sana selama mungkin sampai jadi tengkorak. Kau tetap akan menerima tantangan ini? Kau bisa keluar kalau tidak sanggup. Aku akan cari yang lain.”

“Aku tidak takut mati dan aku akan ambil misi ini. Dan kau, Jonathan, tepati janjimu kalau dia adalah klien terakhirku. Kalau sampai kau mengganggu hidupku yang baru, kau tahu apa yang akan aku lakukan. Bagi seorang pembunuh, tidak ada persahabatan atau hubungan romansa yang abadi.”

“Kau tahu kalau aku tak pernah lari, Jim. Bahkan kalau kau adalah malaikat pencabut nyawaku.” kata Jonathan.

Dua puluh tahun ia menjadi pembunuh bayaran dan selama itu pula ia selalu diberi klu—entah sedikit atau banyak, ia selalu diberi petunjuk. Bobby mungkin saja orang kaya yang bingung menghamburkan uangnya untuk apa lagi karena ia bosan dengan anggur, pesta, dan wanita, sehingga ia ingin menantang Jim Morris, pembunuh bayaran legendaris dari Silverstone untuk menyelesaikan tantangan membunuh tanpa diberi petunjuk apapun sebelum ia benar-benar pensiun. Mungkin Bobby ingin membuat Jim dikenang sebagai pembunuh bayaran paling hebat atau malah menjadikannya legendaris yang dikalahkan oleh tantangan seorang pria tambun pendek yang tidak pernah membunuh seseorang dengan tangannya sendiri sebab ia mampu menyuruh seseorang untuk melakukannya supaya tangannya tidak ternodai.

Tidak disangka bahwa sekarang ketika ia harus menebak sendiri siapa yang harus ia bunuh, menjadi tantangan yang sulit untuk Jim selesaikan sementara waktu terus berjalan. Biasanya ia bisa langsung mengeksekusi orang di depan mata, entah dengan menikamnya berkali-kali, melubangi dada atau kepala atau matanya dengan timah panas yang dimuntahkan dari moncong pistolnya, atau semudah memutus peredaran darahnya dengan menyayat leher korban dalam sekali sayatan dan darah akan mengucur deras, membuat korbannya kejang-kejang sebentar sebelum akhirnya ia mati karena kehabisan darah. Banyak cara untuk membunuh, dan untuk ukuran pembunuh bayaran kelas kakap seperti dirinya, Jim tidak perlu berpikir terlalu banyak tentang bagaimana ia harus menghabisi para korbannya sebab di dalam otaknya yang canggih sudah terpampang jelas mengenai cara atau taktik apa yang bisa ia gunakan supaya berhasil dalam menjalankan misinya. Ia tidak pernah berpikir begitu lama untuk membunuh satu orang saja, dan sekarang ia harus lebih banyak merenung dibanding langsung mendatangi tempat dimana korbannya berada dan membuatnya mati.

Ia frustrasi dan memecahkan beberapa barang yang ada di depan mata tanpa menyesalinya kemudian, atau dengan sengaja menembakkan beberapa butir peluru menembus tembok-tembok kayunya, atau melemparkan pisau hingga menancap di dinding-dinding rumah ketika ia belum juga berhasil menemukan siapa yang harus ia bunuh. Sebab dari 10 orang yang dianggap sebagai musuh Bobby Stone, semuanya telah meninggal dengan berbagai macam cara. Ada yang meninggal karena diracun, ditembak, ditikam, dipenggal, hingga dibakar hidup-hidup. Ia sampai harus berkelana dari satu desa ke desa lain, ke kota satu dan yang lainnya untuk mencari tahu apakah dari kesepuluh musuh Bobby Stone masih ada anggota keluarga yang tersisa yang berpotensi melakukan balas dendam walaupun kemungkinan untuk bisa membunuh salah satu bangsawan paling berpengaruh di Silverstone adalah mimpi di siang bolong, tapi Jim tetap mempertimbangkan kemungkinan itu, sebab sebagian besar musuh Bobby Stone termasuk orang-orang kaya walaupun pengaruhnya tidak sebesar lelaki itu. Tapi setelah berkenalan selama sekian bulan, ia tidak mendapatkan satu pun petunjuk—anggota keluarga dari kesepuluh musuhnya sudah ikut dibantai pula. Habis tak tersisa.

Jim mulai mencurigai orang-orang terdekat Bobby Stone selama sekian tahun terakhir, mencari tahu apakah mereka punya keinginan untuk membunuh Bobby atau tidak, tapi yang ia dapatkan hanyalah fakta bahwa hubungan orang-orang yang ia curigai justru baik-baik saja dengan Bobby. Bahkan beberapa kali mereka saling undang satu sama lain ketika mengadakan pesta. Tidak ada pesaing bisnis Bobby Stone yang harus ditakuti sebab untuk urusan bisnis tambang emas dan batu bara di Silverstone yang kaya akan dua sumber daya alam itu, Bobby Stone menempati posisi paling atas dan bahkan para ahli ekonomi ternama memperkirakan bahwa setidaknya sampai sepuluh tahun ke depan, Bobby Stone masih akan menempati posisi terkaya nomor satu di Silverstone. Pebisnis di bawah Bobby hanyalah remahan, butuh banyak uang dan waktu untuk bisa membuat Bobby lengser dari posisinya.

Ia lalu mulai mencari tahu latar belakang Anne Spark dan apa hubungannya dengan Bobby Stone, tapi tidak banyak yang ia dapatkan sebab identitas asli perempuan itu bersifat sangat rahasia. Jim bisa saja membunuh semua anggota badan intelijen tempat dimana Anne Spark dilatih sebagai salah satu agen mereka, tapi ia telah berjanji pada diri sendiri bahwa hanya akan membunuh satu orang sesuai dengan perintah Bobby Stone. Yang ia dapatkan tentang latar belakang Anne Spark tak lebih dari informasi simpang siur mengenai dirinya yang sejak kecil sudah hidup sebatang kara. Hidupnya hanya bergantung pada belas kasih orang-orang di desanya, yang setelah ia remaja, ia diusir dari sebuah desa yang entah namanya apa karena kecantikannya bisa membuat para suami dari istri-istri di desa itu berpaling, lalu Anne Spark memutuskan untuk terus berjalan tanpa tahu ia akan mengarah ke mana, dan secara naluriah ia menghentikan dirinya di Silverstone dan mulai mencari pekerjaan—satu-satunya pekerjaan yang bisa ia geluti saat itu hanyalah sebagai pelacur, kemudian entah bagaimana caranya, ia direkrut oleh sebuah badan intelijen dan mengubah identitasnya. Ada yang bilang bahwa Anne Spark hanyalah nama samara dan tidak pernah ada yang tahu siapa nama aslinya. Ia berganti-ganti nama terlalu sering. Ia menurut dipanggil dengan nama siapa saja saat bekerja di rumah bordil, tidak punya panggilan tetap, dan setelah direkrut menjadi agen mata-mata, ia dibuatkan identitas palsu yang lebih palsu. Orang-orang yang Jim tanyai tentang Anne Spark mengatakan kalau perempuan itu seperti buku yang belum selesai ditulis. Ada banyak lapisan yang akan membuatmu bingung apakah lapisan itu merupakan samara atau dirinya yang asli. Anne Spark tidak pernah jadi dirinya sendiri, kata mereka. Yang lebih aneh, ada yang mengatakan kalau perempuan itu telah menjual jiwanya ke iblis dan semenjak itu, sosok dirinya yang asli telah mati dan memang sengaja dilupakan.

Begitu pula ketika Jim menanyakan tentang hubungan Anne Spark dengan Bobby Stone, tak banyak informasi yang ia dapatkan. Bobby Stone tidak pernah mengunjungi rumah bordil tempat Anne bekerja sebagai pelacur dan tak pernah juga mengunjungi organisasi intelijen dimana Anne dilatih menjadi agen rahasia. Mereka tidak pernah bertemu di sudut mana pun di Silverstone. Apalagi berpikir kalau Anne pernah diundang ke salah satu pesta para bangsawan, sekalipun ia sangat tenar dan banyak yang ingin memilikinya, bahkan beberapa bangsawan juga ingin tidur dengannya, tetap saja tak ada keterangan apapun tentang Anne di pesta para bangsawan itu termasuk Bobby Stone.

Jim kemudian mencari latar belakang Bobby Stone yang lebih banyak dan mudah ditemui. Ia berasal dari keluarga bangsawan yang dulu tinggal di Holly Hill kemudian bermigrasi ke Silverstone karena menginginkan suasana kehidupan yang baru, bukan karena bisnisnya di Holly Hill bangkrut atau diincar musuh. Hidup Bobby sejak kecil tidak pernah kekurangan. Keluarganya harmonis dan dalam cerita-cerita orang, Bobby disayangi pula oleh ketujuh saudaranya yang lain mengingat ia adalah anak bungsu. Bobby tidak pernah punya sejarah hidup yang kelam. Latar belakang keluarganya jelas dan terang. Berbanding terbalik dengan Anne Spark. Jadi sangat tidak mungkin kalau Bobby punya hubungan dengan Anne. Ia mengatakan bahwa ia mengetahui dimana letak makam perempuan itu karena ia pasti telah menargetkan Jim sebagai mainan barunya, dan menyuruh orang untuk menyelidiki dimana makam Anne Spark dan apa hubungan perempuan itu dengan Jim Morris, setelah ketemu, ia menggunakan ultimatum itu untuk membuat Jim mau menerima tantangan tidak masuk akal ini.

Waktu terus berjalan. Semakin mendekati tenggat waktu semakin pula Jim Morris kehilangan nafsu makan dan keinginan untuk tidur. Setiap hari ia merasakan bahwa kapak algojo milik Bobby sudah menempelkan kapaknya yang dingin ke tengkuknya. Ia takut mati sebelum menemukan dimana makam Anne yang sebenarnya. Begitu ia menyelesaikan misi terakhir ini dan mati, entah dimakan usia, penyakit, atau algojo Bobby atau Jonathan, ia tidak peduli. Yang penting ia ingin tahu dimana makam wanita itu berada. Tapi sekeras apapun ia mencoba, benar-benar tak ada klu yang bisa mengantarkannya pada seseorang yang memiliki indikasi kuat untuk dibunuh karena merugikan Bobby. Pesaing bisnisnya banyak, tapi Jim telah menyelidikinya satu per satu sebanyak tiga kali, tapi tak ada yang mengibarkan bendera permusuhan kepada Bobby.

“Bangsat! Sialan kau, Bobby! Kau mempermainkanku rupanya!” Yakin bahwa ia dipermainkan oleh lelaki itu, Jim tengah bersiap untuk menuju ke kediaman Bobby untuk melubangi kepalanya, tapi Bobby dan Jonathan sudah ada di depan rumahnya ketika ia membuka pintu, secara kebetulan. Belum sempat menyapa atau bahkan bertanya mengapa mereka ada di rumahnya, seseorang sudah menghantam kepalanya dari belakang, membuatnya pingsan seketika. Semuanya gelap. Dan ketika ia membuka mata, Jim sudah duduk di sebuah kursi dengan seluruh badan yang diikat. Bau anyir darah tercium dari belakang kepalanya yang basah. Darah kini mengalir melalui pelipisnya. Ketika penglihatannya sudah tampak jelas, ia tahu kalau di depannya sudah duduk Bobby dan Jonathan, sedang menikmati wine dan cerutu mereka.

“Keparat kau! Kau menipuku!” ujar Jim sambil terbatuk-batuk dan merasakan dadanya sakit dan remuk. Ia memperkirakan dadanya diinjak berkali-kali setelah ia pingsan tadi.

“Aku tidak menipumu, Jim,” sahut Bobby. “Kau saja yang tidak pandai mencari orang yang aku maksud.” Bobby kemudian menyodorkan selembar foto. Tak pelak, Jim membulatkan mata kala tahu gadis kecil berusia kisaran 10 tahun yang berdiri di samping Bobby Stone yang berumur 17 tahun adalah Anne Spark. "Sebelum mati, kau harus mendengarkan mengapa kau harus mati. Anne Spark adalah adik kandungku. Kami terpisah sejak dia berusia 10 tahun dan aku masih 17 tahun karena perang di daerah selatan sana. Ia tidak mengenal siapa dirinya karena hilang ingatan akibat kecelakaan yang ia dapat begitu sampai di Silverstone. Ia dirawat oleh seorang wanita sampai sembuh, dan Anne harus menebus biaya itu dengan bekerja sebagai pelacur di rumah bordil yang wanita itu kelola. Aku sudah pernah mendatanginya dan menceritakan semua, tapi ia tidak percaya. Ia direkrut sebagai mata-mata tak lama setelah aku berkunjung. Ia ditugaskan untuk menumpasmu, tapi ia malah menemui ajalnya. Jadi, orang yang ingin sekali aku lihat kematiannya bukan musuh-musuh atau pesaing bisnisku, Jim, melainkan kau." Setelahnya, pandangan Jim menjadi sepenuhnya hitam karena ditutup oleh karung. Sedetik kemudian, tubuhnya diberondong oleh peluru sampai koyak. Jim mati di tempat tanpa bisa membuktikan apakah cerita Bobby Stone benar atau tidak, dan kalaupun benar, ia mati tanpa sempat mengunjungi makam Anne Spark.

Suka
Favorit
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)