Disukai
1
Dilihat
59
GITO KEMPING DI IKUTI HANTU KUBURAN
Horor
Cerpen ini masih diperiksa oleh kurator

KUMPULAN CERPEN HOROR

GITO KEMPING DI IKUTI HANTU KUBURAN

Cerpen Horor KTF No. 01

Oleh KucingTampanFilm

   Ini adalah kisah nyata pengalaman horor yang di alami oleh seseorang yang disamarkan nama aslinya, kejadian ini terjadi sekitar tahun dua ribuan awal di kota Bandung, tapi admin tambahkan sedikit bumbu biar lebih panjang ceritanya. 

   Gito adalah seorang siswa STM di kota Bandung, dia baru masuk STM dan masuk ekskul pramuka.

   

   Suatu hari, Gito dan teman-temannya kemping di kebun haji Bahar. Siang itu, di hari sabtu saat semua anggota junior pramuka sedang sibuk mendirikan tenda dan diawasi seorang pembina bernama Shandi, dua orang pembina lain yaitu Ari dan Fendi pergi menemui seorang penunggu makam yang bernama abah Rowi. 

Ari dan Fendi meminta izin untuk melakukan kegiatan di makam. Meskipun terpaksa, abah Rowi akhirnya memberi izin. Ari dan Fendi lalu mencatat beberapa makam baru yang ada di tempat itu. 

Malam harinya, untuk mengetes para anggota pramuka junior, para pembina mengadakan permainan uji nyali di pemakaman. 

Tiga orang kaka pembina yaitu Shandi, Ari, dan Fendi, berdiri menghadap para anggota yang sedang berbaris. 

"Kalau kalian takut dengan tes ini lebih baik kata kan sekarang saja, saya tidak mau nanti pas uji nyali ada yang cengeng. Ayo, siapa yang nyerah." Kata Fendi. 

Semua anggota tidak ada yang menjawab. 

"Kalian semua siap untuk uji nyali?"

"Siap kak" Teriak semua anggota pramuka. 

"Nanti kalian satu persatu akan masuk ke makam, di sana kalian harus mencari makam baru, dan kalian harus mengingat semua informasi tentang makam itu, mulai dari nama lengkap, kapan lahir dan kapan meninggalnya. Kalian siap?"

Siap, kak.   

   Satu kelompok di awasi satu orang pembina saat pergi ke makam. Ari mengawasi anggota kelompok grup Macan Tutul. 

   Grup Macan tutul berjalan menuju pemakaman dan diikuti Ari. Tidak lama kemudian mereka sampai di depan pintu pemakaman. 

"Ini, kamu cuma punya kesempatan tiga kali untuk menyalahkan korek, jangan lupa berdoa dulu." Kata Ari menyodorkan bungkus korek api yang berisi tiga batang korek api kepada ketua kelompok. 

   Sekitar dua puluh menitan, ketua kelompok kembali lagi dengan selamat. maka tiba giliran anggota lain, sampai anggota ke tujuh tidak ada masalah. 

Sampai Tibalah giliran Gito, Gito segera pergi ke makam dengan semangat. Saat Gito tiba di sebuah makam, tiba-tiba hujan gerimis. 

   Korek api mulai sedikit terkena hujan. Gito berusaha menghidupkan korek api, satu persatu, tapi korek api itu tidak ada yang menyala satupun. Karena kesal Gito menginjak bungkus korek api itu tepat di kepala makam. 

   Gito kembali ke barisan dengan wajah kesal. Ari lalu memerintahkan mereka untuk kembali ke tenda. 

   Semua anggota pramuka berbaris lagi di lapangan, masing-masing pembina mengetes ingatan para junior mereka. 

   

   Ari mengetes grup Macan tutul, ternyata yang gagal cuma Gito, Gito beralasan koreknya basah jadi tidak bisa menyala. 

   Gito lalu dikumpulkan dengan anggota pramuka lainnya yang sama-sama gagal mengingat informasi sebuah makam.

   Semua anggota pramuka yang gagal diberi tugas memasak makanan untuk semua anggota pramuka yang sedang kemping di situ. 

"Kamu sudah gagal, sekarang kamu pergi ke dapur, itu hukuman untuk junior yang gagal." Perintah Ari.

"Gagal juga bro." Tanya salah seorang anggota pramuka yang sedang memotong bawang merah.

"Iya nih, tadi gara-gara gerimis, korek kuping jadi basah, deh." Jawab Gito.

   Seorang anggota pramuka dari kelompok ular hijau memerintah Gito untuk mencuci beras. "Bro, cuci nih beras."

   Gito lalu pergi seorang diri membawa beras yang akan dicucinya. Pada saat Gito sedang mencuci beras, Tiba-tiba tetcium aroma bau bangkai. Karena Gito orang yang penakut Gito santai saja. 

Saat Gito selesai mencuci beras berdiri dan akan segera pergi, tiba-tiba ada yang menepuk bahunya, Gito menoleh dan jatuh pingsan. Beras yang dibawa Gito jatuh berserakan. 

Karena Gito terlalu lama mencuci beras, lalu Tomi menyusul Gito. Saat Tomi sampai di toilet, Tomi terkejut melihat Gito pingsan dengan beras berserakan. 

Tomi memberi tahu anggota lain yang sedang dihukum. Mereka lalu menggontong Gito ke dalam tendanya. 

Tomi lalu memberi tahu para pembina tentang Gito. Ketiga pembina itu langsung masuk ke tenda Gito untuk memeriksa Gito. 

Setelah dioleskan minyak angin, Gito lalu sadar. Gito lalu bercerita tentang kejadian horor yang di alaminya saat sedang mencuci beras. 

Ketika Gito berniat kembali ke dapur, tiba-tiba ada yang menepuk bahunya, dan ternyata saat di lihat, itu adalah mahluk halus yang menyeramkan. Setelah itu Gito tidak ingat apapun. 

Keesokan harinya Gito dan siswa lainya pulang. 

Saat tiba di rumh Gito mulai demam. Sang ibu lalu datang dan mengompres Gito, saat sedang mengompres Gito, tiba-tiba tercium aroma bau bangkai dari tubuh Gito. Sang ibu memberi tahu Sang ayah tentang badan Gito yang berbau bangkai, lalu Sang ayah memberi tahu tetangganya yang bernama abah Dadang.

 Abah Dadang lalu datang untuk mengobati Gito. Abah Dadang menghampiri Gito yang berbaring di tempat tidurnya. 

Abah Dadang lalu berkata. "Pergi kau, jangan ganggu cucuku." kata Abah Dadang menunjuk-nunjuk Gito sambil melotot. Lalu pak dadang kumat kamit membaca mantra. Dan meludah ke wajah Gito. 

Gito yang sedang sakit terkejut diludahi, ia hanya bisa pasrah, lalu Gito segera mengelap air liur Abah Dadang yang mungkin jigongnya beraroma rokok bako khas aki-aki. 

Setelah dijigongi abah Dadang, aroma bau bangkai dari tubuh Gito langsung menghilang. Setelah mengobrol sebentar dan disuguhi secangkir kopi, abah Dadang pamit pulang. 

Malam harinya, Gito mulai merengek kesakitan, badan dia panas lagi, Sang Ibu masuk untuk memeriksa. dan Sang Ibu mulai mencium aroma bau bangkai lagi. 

Sang Ayah segera memanggil abah Dadang lagi. "Heh, kenapa kamu mengganggu Gito lagi?" Tanya abah Adang melotot. 

Menurut abah Dadang mahluk itu berkata. "Anak ini kurang ajar, dia tidak sopan, berani menginjak-injak kepala makam. Dan mahluk ini sangat marah."

"Kamu ngapain nginjek-nginjek kepala makam, Git." tanya Sang Ibu. 

"Waktu itu aku kesal bu, korek api ku ga nyala-nyala gara-gara hujan. Lagian, waktu itu aku gak niat nginjek-nginjek kepala makam, aku buang bungkus korek api terus ku injek-injek. Kalu aku salah aku minta maaf, aku beneran gak niat kurang ajar." Jelas Gito. 

"Kamu sudah dengar, kan penjelasan Gito, dia gak sengaja, jadi tolong maafkan dia, dan jangan ganggu dia lagi." Perintah abah Dadang. 

Setelah itu, aroma bau bangkai di tubuh Gito hilang, demam Gitopun hilang. dan mahluk halus itupun tidak pernah mengganggu Gito lagi. 

Suka
Favorit
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
salken