Disukai
0
Dilihat
735
Fatamorgana
Drama
Cerpen ini masih diperiksa oleh kurator

Aku terdiam menahan air mata yang sudah berebut ingin keluar. Kupegang erat buku tabungan dengan saldo yang memilukan. Ya Allah, bukannya aku tidak mau bersyukur. Aku percaya, selalu ada jalan. Hanya saja, aku sudah lelah.

"Kenapa, Bu?" tanya Sendi, anakku satu-satunya. Tanpa diminta, dia akan selalu memahami kesulitan ibunya ini.

"Enggak apa-apa, kamu sudah makan?"

Aku alihkan pertanyaan Sendi, berharap dia tidak mengorek lebih dalam. Aku tidak akan mampu berbagi pedih dengan anakku. Biarlah dia hanya tahu belajar dan belajar ...

Baca cerita ini lebih lanjut?
Rp3.000
Suka
Favorit
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar