Disukai
2
Dilihat
324
CHARLIE
Slice of Life

Rina mengusap bulu lembut Charlie, anjing Golden Retriever kesayangannya, yang sedang tidur di samping kakinya. Hari itu terasa sempurna, langit cerah dan angin sepoi-sepoi menerpa taman tempat mereka sering berjalan-jalan setiap pagi. Charlie adalah sahabat terbaik Rina sejak ia memutuskan untuk tinggal sendiri di kota besar ini, menjauh dari hiruk-pikuk keluarga besar dan kehidupan di desa.

"Charlie, ayo jalan-jalan," ujar Rina sambil berdiri. Charlie segera menggonggong riang, lalu berlari kecil mendahului Rina. Di tengah taman, saat sedang asyik menikmati suasana, seseorang mendekat.

“Anjing yang cantik,” kata pria yang tiba-tiba muncul. Pria itu tersenyum ramah, matanya menatap penuh kekaguman pada Charlie, “Aku Aryo.”

Rina tersenyum, merasa nyaman dengan sikap santai pria itu, “Rina. Ini Charlie,” katanya, memperkenalkan anjingnya.

Aryo mengulurkan tangan untuk mengelus kepala Charlie, tetapi anjing itu tiba-tiba menegang, menggonggong keras seperti waspada. Rina kaget. Ini pertama kalinya Charlie bersikap seperti itu pada orang asing. Biasanya, Charlie sangat ramah pada semua orang.

“Maaf, dia jarang bersikap seperti ini,” kata Rina sambil menenangkan Charlie.

Aryo mengangkat tangannya sebagai isyarat bahwa semuanya baik-baik saja, “Tidak apa-apa, mungkin dia hanya perlu waktu untuk terbiasa denganku.”

Meski sedikit aneh dengan reaksi Charlie, Rina melanjutkan percakapan. Aryo tampak menyenangkan, dan mereka segera mulai berbicara tentang banyak hal—terutama tentang kecintaan mereka terhadap anjing.

“Kamu pecinta anjing juga ya?” Tanya Rina.

Aryo tersenyum, tampak sedikit melamun, “Ya, aku pernah punya anjing waktu kecil. Namanya Max. Tapi dia hilang, dan aku tak pernah bisa menemukannya lagi.”

Rina bisa merasakan kesedihan di balik nada suaranya, “I see.. Itu pasti sulit, karena anjing memang seperti keluarga.”

Hari-hari berlalu, dan Aryo sering muncul di taman yang sama, menyapa Rina dan Charlie. Hubungan mereka pun perlahan berkembang. Setiap pertemuan terasa lebih dekat, lebih hangat, sampai akhirnya mereka mulai bertemu di luar taman.

Namun, ada sesuatu yang mengganjal di hati Rina. Meski Aryo selalu bersikap baik padanya, Charlie selalu tampak tak nyaman di dekat Aryo. Setiap kali Aryo mencoba mendekati Charlie, anjing itu akan menggonggong atau mundur, seolah menghindar. Hal itu membuat Rina berpikir keras.

Suatu malam, setelah makan malam bersama Aryo, Rina merenung di sofa sambil memandangi Charlie yang tampak resah. Charlie jarang bersikap seperti ini kecuali ada sesuatu yang mengganggunya.

“Kenapa ya Charlie? Seperti ada yang salah?” Gumamnya.

Charlie hanya menatap Rina seolah ingin memperingatkan sesuatu. Naluri Rina mengatakan ada sesuatu yang tidak beres. Ia mulai mencari informasi tentang masa lalu Aryo, meskipun hati kecilnya merasa bersalah karena tidak sepenuhnya mempercayai pria itu.

Beberapa hari kemudian, Rina menemukan informasi yang mengejutkan. Ternyata, Aryo pernah terlibat dalam skandal besar yang melibatkan penyiksaan anjing. Ia dulunya merupakan bagian dari jaringan gelap yang menggunakan anjing untuk pertarungan ilegal. Rina hampir tidak bisa mempercayai apa yang dibacanya.

Dia langsung menelepon Aryo, dengan nada suara yang berusaha ditenangkan, melawan perasaan yang saat itu bergolak.

“Aryo, aku ingin bicara. Apa kamu ada waktu? Bisa bertemu?” Tanyanya.

“Ya, tentu. Ada apa?” Jawab Aryo tanpa kecurigaan.

Mereka bertemu di kafe kecil di dekat taman. Rina memutuskan untuk berhadapan langsung.

“Aku tahu tentang masa lalu kamu, Aryo,” katanya dengan nada dingin.

Aryo tampak terkejut sejenak, tetapi kemudian wajahnya kembali tenang, “Maksudmu?”

“Aku tahu kamu pernah terlibat dalam pertarungan anjing. Padahal kamu bilang kamu pencinta anjing,” mata Rina menatapnya tajam, perasaan kecewa mengalir deras di hatinya.

Aryo menarik napas dalam-dalam, “Itu kan masa lalu. Aku bukan orang yang sama lagi. Sekarang aku berbeda.”

“Masa lalu atau tidak, itu tidak bisa diabaikan begitu saja. Dan Charlie, kenapa dia selalu tidak nyaman di dekatmu?” Tanya Rina dengan lebih serius.

Aryo terlihat gelisah, matanya menghindar, “Aku tidak pernah ingin menyakitimu, Rina. Maksudku, aku mengakui kesalahan di masa lalu, tapi Charlie... Dia mengingatkanku pada anjingku yang hilang dulu. Mungkin karena itu. Jangan berpikir yang tidak-tidak tentang aku.”

Jawaban itu membuat Rina semakin curiga. Charlie, yang duduk di bawah meja, tiba-tiba berdiri dan menggonggong ke arah Aryo dengan suara keras, seolah tahu ada sesuatu yang disembunyikan pria itu.

Rina merasa nalurinya benar, “Apakah Charlie anjing yang kamu maksudkan? Maksudku, apakah Charlie adalah..”

Aryo terdiam sejenak, kemudian mengangguk perlahan, “Aku mengenali dia sejak pertama kali bertemu. Charlie adalah Max, anjingku yang hilang.”

Rina terkejut mendengar pengakuan itu, “Jadi, kamu mendekatiku hanya untuk mengambil Charlie kembali?”

Aryo tidak menjawab, tapi dari ekspresi wajahnya, Rina tahu jawabannya.

“Kamu tidak berhak memutuskan begitu saja. Charlie adalah sahabatku sekarang, bukan milikmu,” kata Rina, nadanya tegas meski hatinya terasa berat.

Aryo berdiri, mencoba mendekati Charlie, tetapi anjing itu terus menggonggong marah, “Dia dulu anjingku! Kamu tidak tahu betapa aku kehilangannya!”

“Kamu tidak pantas memilikinya setelah apa yang kamu lakukan,” jawab Rina dengan suara gemetar, tetapi penuh keberanian.

Aryo menatapnya, ekspresi wajahnya berubah menjadi lebih keras, “Aku tidak akan membiarkanmu mengambil dia dariku. Aku akan mendapatkan Max kembali, apa pun caranya.”

Malam itu, setelah pertemuan penuh ketegangan dengan Aryo, Rina pulang dengan hati yang tak menentu. Pikirannya dipenuhi oleh kemungkinan terburuk. Aryo jelas berencana untuk merebut Charlie darinya.

Beberapa hari kemudian, ketika Rina dan Charlie sedang berjalan-jalan di taman seperti biasa, seseorang tiba-tiba menarik tali Charlie dan mencoba melarikan diri dengan anjing itu. Charlie menggonggong panik, berusaha melawan. Rina berteriak, berlari mengejar orang tersebut. Ketika akhirnya ia berhasil mengejar dan menarik jaket orang itu, topi pria itu terjatuh—dan di sanalah Rina melihat wajah Aryo.

"Kau! Beraninya kau menculik anjingku!" Rina berteriak penuh kemarahan.

Aryo berhenti, tampak bingung, tetapi tak melepaskan tali Charlie, “Max adalah milikku, Rina! Dia dulu adalah anjingku, dan aku tidak akan kehilangannya lagi!”

“Charlie bukan Max! Dia sekarang milikku! Kau tidak pantas memilikinya lagi setelah apa yang kau lakukan di masa lalu!” Rina menarik keras tali itu, sementara Charlie berusaha melarikan diri dari cengkeraman Aryo.

Akhirnya, Charlie berhasil melepaskan diri, dan Aryo terjatuh ke tanah. Polisi yang kemudian tiba di lokasi segera menahan Aryo. Di tengah semua keributan itu, Charlie berlari kembali ke sisi Rina, menundukkan kepalanya di pangkuannya, seolah tahu bahwa ia telah diselamatkan dari bahaya besar.

---

Keesokan paginya, Rina dan Charlie kembali berjalan-jalan di taman seperti biasa. Kali ini, Charlie terlihat jauh lebih ceria dan bebas, melompat-lompat sambil menggonggong riang. Langit cerah berwarna biru tanpa awan, dan angin berhembus sejuk, menggerakkan daun-daun di pohon yang berbisik pelan. Suara gemerisik daun menambah suasana damai pagi itu. Ketenangan taman berpadu sempurna dengan kebahagiaan Charlie yang berlari ke sana kemari, seolah tidak ada yang bisa mengganggu kebebasan dan kebahagiaan mereka lagi. Bagi Rina, melihat Charlie begitu bahagia membuat hatinya terasa ringan, seakan masalah-masalah kemarin telah lenyap bersama angin pagi yang lembut.

–TAMAT–

Catatan Penulis:

1) Pesan moral dari cerita ini adalah tentang pentingnya mempercayai insting dan menjaga apa yang kita sayangi. Rina, meskipun merasa bingung dan bimbang terhadap kehadiran Aryo, tetap mendengarkan peringatan dari anjing kesayangannya, Charlie. Kepercayaan, kasih sayang, dan tanggung jawab sejati terhadap makhluk hidup adalah hal yang harus dijaga dan dihargai.

2) Di beberapa negara, termasuk Indonesia (meskipun tidak sepopuler atau sebesar di beberapa negara lain), dog fighting (pertarungan anjing) merupakan aktivitas ilegal yang masih terjadi di bawah tanah, meski sudah dilarang oleh hukum. Pertarungan anjing ini biasanya melibatkan anjing-anjing yang dilatih untuk berkelahi secara brutal dan dipaksa untuk berkelahi, yang menyebabkan luka-luka serius bahkan kematian, demi hiburan atau taruhan uang. Anjing yang sering digunakan dalam pertarungan semacam ini biasanya adalah jenis-jenis anjing yang dikenal memiliki kekuatan fisik dan sifat agresif, seperti Pit Bull. Meski sudah ada hukum yang melarang kekerasan terhadap hewan, termasuk UU No. 18 Tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan serta Pasal 302 KUHP yang melarang penyiksaan hewan, praktik seperti ini masih sulit diberantas sepenuhnya. 

3) Sayangi hewan dengan sepenuh hati, karena mereka adalah ciptaan Ilahi yang patut kita jaga dan hargai. Kehadiran mereka membawa keindahan dan kebahagiaan dalam kehidupan kita.

---

Suka
Favorit
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar
Rekomendasi dari Slice of Life
Rekomendasi