Disukai
38
Dilihat
3,084
CAMPING 101
Slice of Life

“Ana, kamu masih pakai piyama, kenapa belum siap-siap?” Tanya Rofi yang berdiri di depan rumah sembari menggendong tas ransel.

“Siap-siap emangnya mau kemana?” Tanyaku sambil bercanda. 

“Kemarin kamu bilang mau camping, tapi kenapa kamu masih duduk dan belum siap-siap? Kita jadi camping kan?” Rofi bertanya dengan muka kecut.

“Hehehe, jadi Fi jadi, tapi kita campingnya di dekat rumah aku ya di kebun belakang.” Aku tidak memberitahu dia jika campingnya di belakang rumahku. 

“Yah, Ana! Kalau tau begini kan aku tidak perlu capek-capek menyiapkan peralatan untuk camping. Terus semua barang-barang nya aku taruh dimana, rumah kamu? Tapi tunggu dulu An, ini kenapa kita campingnya dikebun? Kita bisa camping di lapangan atau di hutan.”  Rofi bertanya muka dia masih kecut. 

Kemudian aku meminta maaf dan menjelaskan kenapa kita campingnya dibelakang rumah. “Maafkan aku ya Fi. Jadi begini, kita camping di kebun karena ayahku bertugas di luar kota kan kasihan ibuku di rumah sendirian. Lagi pula kita berdua cewek kalau kita camping di lapangan itu tidak aman nanti kalau ada orang jahat gimana? Terus kalau kita campingnya di hutan lebih berbahaya, nanti ada macan kan gawat darurat. Kita lari pasti akan dikejar, kita melawan pasti kita akan kalah dan kalau kita diam tidak melawan sudah pasti kita berdua akan dihabisi sama si Macan. Selain itu, tidak ada salahnya kita camping di dekat rumah kan banyak benefitnya. Contohnya kita mau ke kamar mandi dekat, mau makan eskrim ada, wifi ada, dan kita tidak perlu memanjat pohon untuk mencari signal. Di lapangan dan di hutan tidak ada kamar mandi dan kulkas. Tenang saja Fi, meskipun kita campingnya di dekat rumah pasti nanti malam tidak kalah seru sama mereka yang camping di tanah lapang ataupun hutan. Sekarang taruh barang-barangnya kamu di rumahku, kecuali tenda sama makanan yang sudah kamu bawa dan jangan lupa ganti baju sana!”

Rofi kemudian menaruh barang-barangnya di rumahku sekalian ganti baju. Tak lama kemudian dia keluar. Kita berdua segera mendirikan tenda sambil mendengarkan musik dan bernyanyi-nyanyi bahagia. Sudah lama kita tidak pergi camping. Dulu pernah pergi camping ketika kita berdua masih duduk di bangku SD dan SMP. Sekarang kita sudah duduk di bangku SMA, tapi pihak sekolah belum mengadakan camping, jadi beginilah camping 101 di dekat rumah. Tidak mau kalah dengan mereka yang camping di hutan, kita juga ada api unggun. Akhirnya, tenda sudah jadi dan kayu bakar untuk api unggun sudah siap, lalu kita berdua segera mandi. Setelah itu, kita langsung menyalakan api unggun, lalu kita menyiapkan makanan untuk makan malam. Kita duduk sambil makan tuna sandwiches dan  minumnya jus jeruk. 

No appetite, no dessert? Aku bertanya ke Rofi. 

“Tidak ada. Sekarang giliran kamu kan aku sudah membawa roti, ikan tuna, tomat, selada, dan jus jeruk.” Rofi membalas pertanyaanku. 

“Hahaha, baiklah Fi, ini dessert nya.” Aku tertawa sambil menunjukkan jagung muda yang masih mentah.

“Jagung?” Dia heran melihatku yang sumringah menunjukkan jagung mentah.

“Iya Fi, tidak ada popcorn jagung mentah pun jadi. Ini ada empat jagung, tapi kita bakar yang dua dulu ya,” aku sambil mengupas jagung dan menusuknya dengan kayu seperti satay, kemudian kita membakar jagung kita masing-masing di api unggun. 

“Jagungnya hampir matang, terus kita ngapain setelah ini?” Tanya Rofi lagi. 

“Setelah ini kita nonton film “Jailangkung” sambil makan jagung bakar di dalam tenda,” jawabku. 

Jagung nya sudah matang, kemudian kita masuk ke dalam tenda dan menyalakan laptop untuk menonton film “Jailangkung”. Kita berdua menikmati film nya. Sesekali kita menyibukkan diri makan jagung ketika setannya muncul. Kita selalu seperti itu, menonton film horor tapi tidak mau melihat bagian yang menyeramkan termasuk setannya. 

“Aaahhh!” Kita berdua menjerit, melempar jagung dan berpelukan. Tiba-tiba saja setannya muncul, sehingga kita berdua kaget. Selain itu, tidak ada tanda-tanda menyeramkan kapan setan itu akan muncul. Berbeda dengan sebelumnya yang ada musik seram yang bikin merinding, terus kita tahu setannya akan muncul kemudian kita makan jagung, jadi kita berdua tidak ketakutan seperti ini. Setelah kita berpelukan cukup lama kita sadar.

“Ihh Ana, kok kamu main peluk-peluk aja, kalau takut jangan nonton film horor nonton film komedi aja,” kata si Rofi.

“Ihh Fifi, kamu salah aku nggak  peluk-peluk kamu tapi kita berpelukan. Kamu juga takut terus kenapa mau menonton film horor?” Tanyaku sambil mematikan laptop.

“Aku tidak takut An, aku hanya kaget,” jelas si Rofi. 

Kita menonton film “Jailangkung” tidak sampai selesai, karena takut. Dia bilang kaget tapi muka dia tidak bisa bohong. Ibuku yang ada di dalam rumah mungkin dia sudah tidur, namun terbangun karena mendengar jeritan kita yang cukup keras.

Dia pun keluar kemudian bertanya, “Aduh, kenapa malam-malam seperti ini kalian berteriak-teriak?” Ibuku ingin tahu apa yang terjadi terhadap kita. 

“Tidak usah khawatir Bu, kita baik-baik saja. Kita berteriak karena kita kaget ada setan yang tiba-tiba muncul. Maksud aku setan di film ya Bu, bukan setan beneran.” Jawabku sambil cengengesan, karena aku juga tidak mau mengakui bahwa aku sebenarnya takut sama filmnya.

Kemudian ibuku berkata, “Ya sudah kalau begitu, tapi tolong ya jangan teriak-teriak lagi. Nanti mengganggu tetangga yang sudah tidur.” 

“Iya, Bu, siap!” Kita berdua menjawab secara bersamaan. Seharusnya kita menonton film horor di siang hari kayaknya lebih cocok. Setannya juga tidak akan keluar di siang bolong kalau setan itu takut sama matahari.

“Fi, jagung kita dimana?” Aku mencari jagung yang dilempar tadi.

“Noh, jagungnya. Alamak! An, selimut kita kotor.” Fifi menunjuk jagung kita yang ada di atas selimut. Benar saja jagung nya ada di atas selimut, karena ketika kita ketakutan kita asal buang itu jagung. Kemudian kita ambil jagung nya dan kita mengusap-usap selimut bekas jagung tersebut.

“Belum lima menit ini jagung di atas selimut, selimutnya juga bersih iya nggak sih?” Tanya si Fifi yang sambil mengusap jagung dan selimut bekas jagung, kemudian dia memakan jagungnya.

“Lima menit lebih Fi, tapi tidak apa-apa ini selimut bersih kok,” aku ikutan memakan jagung yang tak lempar tadi. Kita berdua menghabiskan jagung kita. 

“Fi, yakin kita akan tidur di tenda?” Tanyaku yang masih takut.

“Hahaha, kamu takut ya? Tapi kalau menurut aku kita lebih baik tidur di dalam rumah di kamar kamu. Malam ini agak dingin, ini diluar anginnya kencang terus banyak nyamuk lagi. Angin kencang seperti ini seperti mau hujan deras. Daun kelapa aja sampai bergoyang-goyang, kamu dengarkan itu suara pohon yang tertiup angin.” Kata Fifi dengan suara lirih.

Mendengar omongannya si Fifi akupun bergurau, “Fi, sejak kapan kamu jadi BMKG?” Kita tertawa geli, karena kita sama-sama takut sehingga kita memutuskan tidur di dalam rumah bukan di tenda. Kita ambil selimut, bantal, dan barang-barang kita kemudian kita masuk kedalam rumah. Akhirnya, kita tertidur pulas tanpa mengingat ada setan jailangkung. 

Suka
Favorit
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
@darmalooooo : BMKG: Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika.😊
BMKG singkatan?
@donnymr : Wah, terima kasih Kak🙏🥰
Lucu! Jadi inget masa kecilku. 😆
Rekomendasi dari Slice of Life
Rekomendasi