Langit bergemuruh. Tiga helikopter yang terbang rendah menuju Pulau Kematian itu memecah pagi. Hingga orang-orang Desa Brebek yang masih menuntaskan mimpinya di balik selimut tebal itu sontak terbangun. Mereka bertanya-tanya dalam hati, “Apakah akan ada perang?
Sangli. Perempuan tua yang pernah mengalami getirnya nasib di zaman penjajahan itu bergegas beranjak dari tempat tidur. Setengah terhuyung, Sangli berjalan menuju halaman rumah. Sebagaimana tetangga kiri-kanannya, Sangli menengadahkan wajah yang berkeriput itu ke langit. Kedua matanya tak menangkap ketiga helikopter yang masih meninggalkan jejak suaranya.
“Kenapa Nenek terus menatap langit? Helikopter-helikopter itu telah pergi.” Badrul, cucu Sangli menatap keriput pipi neneknya yang mulai basah air mata. “Kenapa Nenek menangis?
Sangli yang t...