Disukai
0
Dilihat
3,635
Aspal Panjang (1)
Drama

Dodos Dan EGREK

Jalan panjang baru saja di aspal sepanjang seratus delapan puluh Sembilan kilometer. Jalan lurus membentang seolah membelah perkebunan kelapa sawit. Proyek pembangunan jalan ini merupakan program kerjasama pemerintah provinsi dan perusahaan internasional yang mengolah minyak bumi. Dosmin dan rekti dua sahabat menikmati aspal baru itu dengan berjalan kaki. Jalan yang mungkin bukan hanya mereka idamkan, tetapi juga semua warga transmigran di daerah tersebut. Karena itu sepanjang sisi jalan juga diikuti pipa yang mengalirkan minyak mentah dari sumur-sumur minyak menuju pabrik utama. Di pabrik tersebut ada satu pipa yang sepanjang masa selalu menyemburkan api. Api tersebut selalu menyala sepanjang malam dan siang. Hingga malam hari, api itu bisa dilihat dari mana saja. Api yang sangat besar. Menyinari malam sekitaran perkebunan kelapa sawit. Api itu juga menjadi penunjuk jalan baru . cahayanya juga memanatul di aspal baru dimalam hari. Perkebunan entah milik pribadi maupun perusahaan. Ditiap kilometer pinggir jalan ada rumah-rumah, ada yang berdekatan, ada yang berjauhan sendiri. Dosmin memacu sepedanya , rekti yang dibonceng dibelakang menikmati jalan baru itu. 

Dosmin dan rekti sama-sama anak yatim piatu. Keduanya sama-sama kehilangan orang tuanya di kecelakaan yang sama. Sewaktu remaja. Sekarang mereka sudah tamat SMA. Keduanya sepakat lanjut kerja jadi anak buah tukang panen sawit. Kadang mereka bekerja berdua saja, kadang tambah orang lain. Tergantung kebun sawit siapa yang panen hari itu. Tergantung luasnya kebun dan pemilik kebun apakah butuh banyak orang atau cukup mereka berdua. Kadang mereka berdua bekerja menunas pelepah sawit, memupuk atau menyemprot racun. Berbagai kebutuhan perawatan perkebunan kelapa sawit mereka lakukan. Hingga kadang mereka bekerja penuh seminggu bahkan kadang kerja beberapa hari dalam seminggu. Dosmin punya pacar siti. Dosmin yang tinggal di km25 sedangkan pacarnya tinggal bersama orang tuanya di km28. Mereka sudah pacaran sejak sekolah. Suatu sore, dosmin bertemu siti. Dosmin berjanji akan menikahi siti, apabila uang tabungannya kerja jadi tukang panen sudah dirasa cukup. Sore itu mereka berjanji untuk saling setia, pohon sawit di kebun pak rt jadi saksi cinta mereka. 

Seperti biasa rekti, mengajak dosmin bekerja pagi itu. Hari itu mereka akan keladang sawit di km58 milik pak asna. Hari berlalu cepat. Dosmin dan rekti bersama tiga tukang panen lainnya menyudahi pekerjaan hari itu. Dalam perjalanan pulang, rekti mengajak dosmin singgah dulu ke pasar hitam simpang km43. Rekti membeli kebutuhan harianya. Pasar itu hanya bukan sekali seminggu, jadi malam itu ramai oleh pekerja harian lepas perkebunan kelapa sawit. Dosmin selain belanja kebutuhannya juga membelikan buah-buahan niat hati untuk diberikan kepada siti nanti. Saat memilih buah dosmin tidak sengaja menatap seorang gadis yang cantik malam itu. Gadis yang sedang memilih ikan bersama ibunya. Rekti yang telah selesai belanja keperluannya menghampiri dosmin yang masih melamun menatap gadis itu. Dengan sedikit hentakan , woi!!!, seketika dosmin sadar, 

Heheheh, masih aja liat cewek lain, padahal udah ada punya. Rekti mengajak dosmin pulang. Mereka berhenti sebentar d km28. Ya tepat di pinggir jalan rekti sudah tahu harus menunggu. Siti seprtinya juga sudah menunggu. Dosmin dan siti hanya bercakap sebentar, karena sudah terlalu malam. Dosmin memberikan buah yang dibeli tadi sambil menitip salam kepadan orang tua siti. Siti masuk kerumah sambil melambai kea rah dosmin. Rekti siap mengayuh sepeda lalu melajulah sepeda mereka malam itu. 

Tiap minggu dosmin selalu mebelikan buah kepada siti. Tiap minggu juga dosmin melihat gadis yang manis itu dipasar. Rekti mengingatkan untuk setia kepada siti. Dosmin kadang tidak mendengar kadang juga tersinggung. Hari itu dosmin membawa sepedanya sendiri sehingga tidak lagi boncengan bersama rekti. Rekti tidak terlalu peduli alas an dosmin tidak mau bersama lagi. sore selesai kerja diladang sawit, dosmin kali itu membersihkan badannya dari lading. Bahkan terlalu rapi untuk ukuran orang baru selesai kerja diladang. Dengang bergegas dosmin mengayuh sepedanya. Rekti pun kaget, belum sempat berkata sepetah kata, beberapa rekan kerja saat itu juga heran kenapa dosmin pergi pulang duluan.

Dosmin sampai di pasar hitam. Dosmin seperti menunggu seseorang. Seorang gadis berjalan ditengah keramaian pasar, bukan siti, tapi gadis yang selama ini dilihat oleh dosmin. Dosmin mengekor tapi berusaha tidak ketahuan. Selesai membeli sayur, gadis itu pergi. Dosmin mendekati penjual sayur, bertanya tentang siapa gadis itu. Penjual sayur menceritakan kalau itu Naya, anak gadis seorang janda di km37. Baru berapa bulan disini. Sedikit banyak dosmin mendapat kejelasan siapa yang selama ini yang menjadi perhatiaannya. Dari jarak tertentu dosmin memperhatikan naya. Naya pulang dari pasar dengan membawa belanja mengendarai sepeda. Naya mempercepat kayuhan sepedanya malam itu. Dosmin juga mempercepat kayuhan sepedanya takut kehilangan pandangan malam itu. Naya asuk jalan setapak, beberapa ratus meter, melewati dua persimpangan lalu berbelok, begitu juga dosmin. Rumah itu bisa dibilang tidak terlalu jauh dari rumah lainnya dilingkungan itu karena masih terlihat pancaran lampu petromak tetangga. Naya sampai di rumah nya bergegas masuk rumahnya. Sekarang dosmin tahu dimana rumah naya. Sudah cukup yakin pengintaian malam itu dosmin pulang. Melalui jalan seperti biasa, di depan dosmin melihat sosok berdiri, ternyata siti sudah menunggu. Dosmin lupa membeli buah malam itu. Dosmin menghampiri siti, berbicara panjang lebar. Dosmin mencari alas an kenapa tidak membeli buah. Sebenarnya siti tidak terlalu mempermasalahkan hal itu hanya saja berubah perilaku tiba-tiba. Dosmin pamit pulang. Padahal sebelumnya siti ingin bertanya kemana saja, karena sebelumnya rekti tadi sudah lewat dan mengatakan bahwa dosmin sudah pulang duluan. 

Dosmin kembali kebiasan tiap minggu membawa buah lagi ke siti. Sejak saat itu siti sudah tidak lagi merisaukan hal yang dulu menggenggu hatinya. Tapi sekarang dosmin sering juga mengintai rumah naya. Rumah sepi, hanya ada naya dan ibunya. Sore itu selesai dari memanen ladang di km58, dosmin membawa sepedanya melaju kencang. Tapi dosmin memilih jalan yang tidak biasa yaitu lewat jalan tanah antara ladang-ladang kelapa sawit. Tumpukan pelepah sawit di geser dosmin menggunakan dodos yang dia bawa. Dodos adalah alat panen sawit yang maish rendah , berbentuk pisau lebar dan tongkat penyangga sekitar dua hingga tiga meter. Beberapa kali lewat parit pembatas kebun, dosmin terpaksa mengangkat sepedanya. Dengan usaha yang keras, dosmin berhasil sampai di belakang rumah. Buakan rumahnya atapun rumah rekti atau rumah siti. Malam itu dia mengintai rumah naya. Perlahan dari semak yang tinggi, dosmin mendekati dinding seng. Dibalik seng merupakan kamar mandi dengan sumur. Sabar dosmin menunggu dalam gelap malam. Samar-samar sesosok wanita masuk kamar mandi. Obor botol yang dibawa perempuan itu di taruh tempat yang agak tinggi dari gantung di tiang kayu. Dsomin tidak bisa memastikan wajah siapa perempuan itu. Tapi pakaian perempuan itu mulai lepas satu persatu, lalu mengguyur tubuhnya. Dalam kegelapan, nafsu dosmin mulai naik karena tipis-tpis menikmati pemandangan tubuh perempuan yang sangat indah. Belum pernah rasanya dia melihat tubuh seprti itu. Kekagumannya semakin memuncak ketika wanita itu akan menyudahi mandinya. Perempuan itu keluar dari kamar mandi dan masuk kerumahnya dari pintu belakang. Seketika itu juga dosmin langsung menyergap wanita itu. Obor ditangannya dipadamkan. Dosmin melampiaskan nafsunya dalam kegelapan malam. Wanita itu beberapa kali menjerit. Dosmin menutup mulutnya. Dosmin telah melewati puncaknya tak sadar melepas bekapan tangannya dari mulut wanita itu. Perempuan itu langsung teriak sekencang-kencangnya minta tolong. Berlari meninggalkan dosmin yang puas namun lemas. Dosmin tersentak kaget karena wanita itu semakin teriak semakin kencang. Dalam kegelapan rumah itu dosmin tidak tahu dan tidak dapat melihat arah pintu atau pun dinding. Beberapa kali menabrak dinding dan pintu dosmin terjatuh. Beberapa warga mendobrak pintu rumah naya. Cahaya dari pintu masuk ke rumah itu, tubuh wanita tak berpakaian itu mencoba menutupi dirinya dengan tangannya yang terduduk disudut rumah. dosmin tidak tahu apalagi apa yang terjadi semua begitu cepat. Beberapa pukulan tepat melayang ke wajah dosmin, tendangan ke perutnya. Dosmin minta ampun. Warga lain mencari kain untuk menutupi tubuh wanita itu. Ada ibu-ibu yang membopoh perempuan itu masuk kedalam kamar. Hanya tangisan yang di dengar dari dalam kamar. Dosmin diikat. 

Naya masih dipasar melihat dan menawar beberapa belanjaan di pasar. Naya tak sengaja berpapasan dengan rekti. Naya menatap mata rekti dan terbenam dalam tatapan mata rekti. Rekti seketi menundukkan badannya mengisyaratkan minta maaf ataupun pergi meninggalkan kejadian itu. Mata naya masih tertuju pada rekti, tiba-tiba ada seorang pemuda mendekati naya. Naya diberi kabara bahwa rumahnya kemalingan, dan harus segera pulang. Rumah naya sudah ramai. Naya menjatuhkan sepedanya berlari bergegas kerumahnya, mendapati ibunya dalam kamar bersama ibu-ibu lain. Ibu naya menangis. Ibu naya memeluk naya, naya kebingunan menanyakan apa yang erjadi . ibu naya perlahan menjelaskan apa yang terjadi. Semua yang di dalam kamar itu terkejut. Naya tidak tahu harus berkata apa lagi, sambil menenagkan ibunya dalam pelukannya. Seorang ibu dari kamar tersebut keluar dan menemui salah seorang dari kerumunan yang memukuli dosmin. Dari kejauhan rekti melihat keramaian api obor di km37. Rekti berhenti sebentar lalu menanyai seorang pemuda yang lewat. Pemuda itu menjelaskan ada maling di rumah seorang janda. Rekti melanjutkan perjalanan pulangnya di malam itu. 

Pagi-pagi sekali rekti sudah berangkat dari rumahnya mendapati rumah dosmin sudah terkunci. Dengan sepedanya, rekti lanjut dengan sepeda, berharap dosmin memang sudah jalan ke km 43 tempat kerja mereka hari itu. Di km 28 rekti berpapasan dengan siti. Mereka saling bertanya diaman dosmin, dan saling menjawab tidak tahu. Rekti mulai curiga ada yang tidak beres, apalagi siti juga gelisah. Namun rekti harus berangkat kerja dan pamit kepada siti. Dalam perjalanannya rekti masih melihat banyak reumunan di km 37. Tapi rekti makin mempercepat laju sepedanya diantara kerumunan itu. Rekti sampai di ladang km43. Rekti menunggu dosmin. Beberapa pekerja lain sudah mulai berdatangan. Sudah jam Sembilan lewat dosmin tak kunjung datang. Rekti dan kawan-kawan lain sibuk bekerja. Saat istirahat makan siang, semua membuka bekalnya masing-masing. Salah seorang diantara mereka bertanya soal dosmin kenapa tidak datang, belum sempat rekti menjawab, yang lain menjawab, “lah kan dosmin ketahuan maling semalam di km 37, ketangkap. Masa ga tahu, rekti kaget dan mempertegas lagi bertanya kepada kawannya itu, rekti semakin tidak percaya kalau maling semalam adalah dosmin, malah yang lain bialng bukan kemalingan tapi pemerkosaan, bahkan yang lain ada yang bilang maling dan pemerkosaan. Makin panaslah telingan rekti ucapan mereka yang semakin liar. Piring ditangannya dibantingya, yang lain terkejut menghindar. Rekti mengambil sepedanya, melaju kejalan aspal. 

Di km 37 rekti menerobos diantara kerumunan di depan rumah naya. Nampak dosmin terikat, wajah lebam, sekujur badan penuh luka pukulan. Para tetua kampong duduk dihadapan dosmin. Dosmin mencoba menjelaskan yang terjadi. Rekti menolong dosmin. Semua yang lain terkejutkenapa ada orang mencoba menolong dosmin. Rekti disudutkan hingga jauh dari dosmin. Dosmin dicerca pertanyaan. Hingga pada akhirnya seorang tetua meminta pertanggungjawaban dosmin. Dosmin dalam hati bingung, akhirnya menjawab akan bertanggung jawab sepenuhnya atas kejadian tersebut, dari kerumunan berteriak agar menikahi korban, dosmin pun langsung menjawab akan langsung menikahi perempuan tersebut. Para tetua berdiskusi. Salah seorang perwakilan masuk kedalam rumah. menyampaikan kepada salah seorang ibu-ibu. Ibu itu pun menyampaikan niat dosmin yang akan bertanggung jawab. Para tetua memutuskan akan melangsungkan pernikahan tiga hari lagi. ikatan dosmin dilepaskan. Rekti membantu membawa dosmin. Dosmin diingatkan untuk tidak mencoba kabur ataupun melakukan hal aneh lainnya. Keberadaan dosmin di daerah itu sudah dikenali warga dari dulu. Jadi bakal sulit bagi dosmin agar kabur. 

Dosmin meminta rekti membawa pelan sepedanya. Lewat km 28, ternyata siti ada di sana. Dosmin berpesan singkat, untuk tidak mencarinya lagi. siti bingung ungkapan itu artinya apa ditambah bentuk wajah dan badan dosmin yang tidak jelas lagi bentukannya. Dosmin meminta rekti yang menunggu jauh itu untuk segera mengayuhkan sepedanya menuju pulang. Siti menangis sejadi-jadinya. Ucapan putus tanpa alasan jelas. Rekti membawa dosmin pulang kerumahnya. Dosmin istirahat dalam rumahnya. Rekti tidak habis piker apa yang baru saja terjadi. Dosmin meulihkan tenaganya di atas dipannya. Rekti malah disuruh pulang dan siap-siap saja untuk acara pernikahannya tiga hari lagi.

Besoknya rekti pergi kerja lewat rumah dosmin. Dosmin bilang untu rekti pergi sendiri saja, dia ada keperluar lain jadi tidak akan kerja. Rekti pergi kerja. Dosmin ternyata sudah ada yang menunggu. Dosmin pun pergi bersama orang itu. Malam itu rekti pulang lewat rumah dosmin, melihat dosmin bersama orang yang tadi pagi dia lihat. Dosmin seprti membahas sesuatu dengan orang itu. Rekti sperti diberi kode untuk pergi saja dulu. Besoknya rekti kembali lagi, sama seperti kemarin, dosmin sudah berjalan bersama orang itu lagi. rekti ingat orang itu dari kantor desa. Pulang malam kerja rekti lewat rumah dosmin. Masih gelap berarti dosmin belum pulang. Hampir tengah pulang rekti menunggu, dosmin baru pulang. Dosmin langsung mengatakan besok datang lagi di hari pernikahannya , kenakanlah pakaian terbaikmu, ucap dosmin, begitu dosmin menutup pintu rumahnya. Rekti yang diluar termenung.

Pagi yang cerah telah ditunggu. Rekti mengenakan kemeja yang sudah dia siapkan, tidak mewah tapi memang itu yang terbaik dari lemari bajunya. Rekti sampai didepan rumah dosmin. Dosmin dengan jas lusuh entah punya siapa dia pinjam karena kebesaran hingga jahitan bahu jas itu jatuh disamping. Dosmin dengan iring-iringan menuju km37. Sampailah mereka di depan rumah naya. Disambut berbagai hiasan pernikahan semua seperti sudah menunggu. Seorang penghulu sudah duduk di teras. Perwakilan masing-masing pihak sudah hadir. Ijab qabul sudah dilontarkan. Keluarlah pengantin wanita, terkejutlah dosmin. Naya yang bergaun seadanya membawa ibunya keluar kamar. Dosmin telah menikahi ibu dari perempuan yang dia idamkan. Diam seribu bahasa. Ternyata perempuan yang terlah dia sentuh itu bukan naya. Dalam hati dosmin berkecamuk kegilaan yang sangat besar, dia tidak mengira itu semua. Berapa hari belakangan dia sudah akan menikahi gadis yang dia perhatikan. Ternyata itu semua salah besar. Dosmin dalam duduk nya di pelaminan hanya bisa terdiam, seribu bahasa. Bahkan beberapa orang-orang menyalami pun sudah tidak dihiraukan oleh dosmin. Hancur sudah angan-angan dosmin. Dosmin yang berumur belum genap 20 tahun sudah menikahi janda yang berumur 34 tahun lebih. Dosmin memberanikan diri, bertanya itu siapa sambil menunjuk naya, ya itu anak nya yang sudah menjadi anak sambungnya. Pikiran dosmin jauh semakin hancur, melihat wanita yang dia suka searang dekat tapi sebagai anak tiri. 

Siti yang hadir diacara tersebut hancur sudah hatinya. Melihat kekasih hatinya telah bersama seorang janda duduk dipelaminan. Rekti melihat hal tersebut mencoba untuk menghibur. Apa daya, apapun omongan rekti sudah tidak lagi didengar siti. Siti pergi bergegas dari pesta itu. Tangan rekti tiba-tiba diraih , ya itu naya. Naya bertanya siapa rekti dan hubungannya dengan dosmin. Rekti menjelaskan dengan singkat, sambil memperhatikan siti yang semakin jauh. Naya juga menjelaskan bahwa dia anak dari pengantin wanita. Rekti terkejut, temannya sudah punya anak tiri sekarang. Rekti mengucapkan selamat atas pernikahan ibunya dengan bapak barunya. Naya hanya focus pada mata indah rekti. Rekti hanya menjawab secukupnya tiap kali nay bertanya. Rekti segan dengan dosmin dan sekarang dengan anak tirinya. Rekti menyudahi percakapan itu meninggalkan naya mengejar siti yang sudah tidak kelihatan. 

Siti sekarang banyak termenung di halaman belakang rumahnya diantara pohon sawit. Beberapa kali rekti lewat rumah siti selalu ingat bagaimana ia menunggu sahabatnya memberikan oleh-oleh dari pasar untuk kekasihnya. Malam itu rekti lewat belakang rumah siti yang kebetulan ada kebun sawit yang dia urus. Dia melihat siti duduk termenung. Rekti mencoba mengajak siti bicara. Siti awalnya tidak lagi tertarik. Besoknya rekti datang lagi. bicara lagi. siti tidak terlalu peduli. Beberapa hari seperti itu terus. Siti menatap mata rekti. Siti meninggalkan rekti. Masuk kedalam rumah. rekti pergi juga. 

Rekti mencoba membawa oleh-oleh seprti yang dulu pernah dibawa dosmin. Siti malah membuang buah-buah tersebut. Rekti mengerti bahwa dia tidak ingin mengingat kebiasaannya bersama dosmin. Siti sudah mulai bicara. Setiap kali mereka bicara, tatapan mereka satu sama lain semakin dalam, entah symbol putus asa atau saling memberikan sinyal harapan baru. Badan rekti tergerak begitu saja memeluk siti. Berjanji tidak akan meninggalkan siti. Siti pun memohon untuk tidak berbohong. Siti memohon bagaimana kalau mereka akan menikah juga. Rekti meminta waktu untuk memikirkan itu. Tidak mau terburu-buru. Rekti pamit . siti seperti tidak yakin dan juga tidak ragu. Pasrah ditinggal rekti. 

Dalam malam rekti berjalan keluar dari ladang belakang rumah naya. Dari arah rumah itu juga terdengar terikan maling. Penghuni rumah siti teriak rumah mereka kemalingan. Rekti kembali kerumah siti. Kerumunan dirumah siti. Bapak siti kehilangan dua ekor kambingnya. Kandang kambing ada dibelakang rumah itu. Tempat itu tidak jauh dari tempat siti dan rekti duduk berdua. Salah seorang kerumunan mengatakan bahwa dia melihat rekti keluar dari halaman belakang rumah siti. Rekti menolak tudhan itu. Semakin ditolak, semakin gencar tuduhan itu dilayangkan, semakin keras telunjuk iarahkan kewajahnya. Rekti merasa tidak melakukan itu spontan lari. Rekti mengayunkan egrek miliknya, semua menjauh. egrek adalah alat untuk menjatuhkan buah dari pohon yang tinggi, berbentuk sabit tapi dengan ukuran yang lebih besar dengan gagang pipa 4empat meter atau lebih, dan itu masih bisa disambung dengan pipa lain untuk mendapatkan panjang yang diinginkan agar bisa menjangkau pohon kelapa yang sawit yang tingginya bisa mencapai dua belas meter. Semua orang berlari mengejar. Rekti mengayuh sepedanya cepat. Rekti hilang dalam gelap malam. 

Dosmin dengan keluarga barunya. Dirumah sederhananya bersama istri dan anak tirinya. Dosmin duduk termenung. Istrinya ternyata orang yang sangat cerewet. Anaknya menggodanya hanya ingin tahu tentang rekti. Naya hanya bicara dengan ayah tirinya sebatas bertanya soal rekti. Dosmin semakin kesal duduk dalam rumahnya. Dosmin keluar , duduk di pintu rumah terbuka. Mengambil rokoknya dari dalam saku bajunya. Menghisap beberapa kali, seorang pemuda datang menghampiri dengan nafas terengah-engah. Dia menanyakan apakah melihat rekti. Dosmin menjawab tidak tahu. Mendengar dari dalam rumah nama rekti disebut, naya langsung keluar. Naya bertanya ada apa dengan rekti. Pemuda itu menjelaskan kalau rekti maling kambing milik bapaknya siti. Dosmin kaget, dia tahu betul sahabatnya tidak akan berani berbuat sperti itu. Istri dosmin malah ketawa, suaminya pemerkosa, temannya maling kambing. Mata sinis melihat itu, dosmin bergegas pergi. Naya minta ikut dengan bapak tirinya. Naya malah didorong, terjatuh. Dosmin tidak peduli, melaju dengan sepedanya.

Semalaman warga dari km20 hingga km40 mencari keberadaan rekti. Tak ada satu pun yang tahu. Rumahnya kosong. Dosmin sang sahabat pun tidak bisa menemukan. Sudah lewat tengah malam satu pertsatu orang pulang. Siti dirumahya menjlaskan kepada bapaknya bahwa bukan rekti pelakunya. Bapaknya keras kepala. Tidak percaya begitu saja dengan cerita tersebut. Keesokan harinya. Bapak siti membawa beberapa orang melanjutkan pencarian kambing dan rekti. Siti menemui guru toib. Guru toib guru ngaji rekti dan dosmin mendapat kabar tersebut, sedikit terkejut. Siti disuruh untuk tidak khawatir. Sore semakin gelap. Guru toib membawa beberapa peralatan dalam karungnya. Guru toib pergi ke ladang ubi miliknya. mengambil beberapa ubi. Siti mengekor saja. Guru toib menuju mushola. Halaman mushola, guru toib menyuruh siti untuk membakar beberapa ubi jalar. Wangi ubi bakar memenuhi seluruh musolah. Ada gerakan dari gelapnya musolah. Bunyi derap kayu tiap langkah. Siti terkejut, takut langsung berdiri dibelakang guru toib.“ayo makan ubi dulu nak.” Ajakan guru toib bukan untuk siti, tapi sosok itu. Rekti keluar dari bayangan gelap. Siti terkejut melihat rekti langsugn memeluk rekti. Begitu juga rekti. Guru toib hanya batuk kecil keduanya berpisah. Rekti memakan ubi bakar itu. Sudah semalam sehari dia belum makan. Guru toib tahu bahwa tempat persembunyia rekti yaitu musolah, karena sudah lama tidak ada lagi yang sholat di musolah sejak ada masjid baru dibangun. Guru toib mendengar penjelasan mereka berdua. Keduanya minta tolong kepada guru toib. Bahkan siti minya mereka kawin lari. Guru toib melarang itu karena hanya akan membawa masalah baru lagi. guru toib menarik rekti menjelaskan bahwa untuk saat ini rekti tidak punya banyak pilihan, selain menghadapi itu semua. Tapi rekti tidak berani. 

Dari kejauhan Nampak beberapa obor mendekati lokasi mereka. Rekti tidak tahu apakah dia dijebak guru toib atau siti atau tidak. Rekti sebelum kabur berjanji akan datang lagi mendapati siti di musolah itu, siti mengejar, guru toib menahan. Kelompok bapaknya siti semakin marah melihat itu semakin yakin bahwa rekti kemungkina besar ada disitu. Bapak siti tidak bertanya kepada guru toib dan siti, malah menyuruh anggotanya mengejar rekti. 

Suka
Favorit
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar
Rekomendasi dari Drama
Rekomendasi