Aku melirik jam di pergelangan tangan sudah pukul 7 malam. Setelah mengemasi laptop dan beberapa buku berupa novel yang kupesan dari Amazon kumasukkan ke dalam tas lalu kumatikan lampu kerja di ruang office-ku. Aku bangkit dari kursi yang membuatku seperti duduk di atas bara dan beranjak menuju pintu. Aku memutar gagang pintu dan membukanya pelan. Setelah memastikan pintu telah terkunci, aku keluar dari rusngan. Di saat yang sama handphone androidku berdengking-dengking di dalam saku kemeja. Kukeluarkan untuk menerima panggilan. Kuangkat, ternyata istriku. Rupanya dia belum tidur, menunggu aku pulang.
“Mas sudah pulang?” lembut suaranya dengan tanya cemas. Aku membayangkan dirinya tengah duduk di sofa ruang tamu sambil menahan kantuk. Aku jadi merasa kasihan padanya. Dia memang istri yang sangat pengertian. Tidak salah aku telah melilihnya.
“Iya. Ini aku sudah pulang, baru mengunci pintu officedan menerima panggilan dari kamu.” Aku memasukkan kembali kunci ke dalam saku kemeja, lalu berjalan menuju tempat parkir menuju mobil.
“Oh iya, ya sudah, Mas. Hati-hati di jalan, jangan mengebut,” pesannya. Aku membayangkan ia sedang memasang wajah khawatir. Di...