1. INT. RUMAH MEIRA, RUANG MAKAN - SORE
Cast: MEIRA, TITA
MEIRA memperhatikan TITA yang mencoba roti buatannya. Ia menunggu reaksi TITA, hingga kemudian TITA manggut-manggut puas, tampak menyukainya.
TITA
(antusias)
Besok saya jadwalkan testin resep baru ini, Bu. Saya yakin, ini pasti langsung lolos. Resep Bu Meira emang nggak pernah gagal.
MEIRA mengangguk, tampak puas.
MEIRA
Pengasuh anak-anak gimana?
TITA
(meringis menyesal)
Maaf, Bu, saya belum dapat pengasuh yang sesuai kriteria Bu Meira. Agak susah nyari pengasuh yang lulusan sarjana pendidikan dan berpengalaman, Bu.
MEIRA menghela napas.
TITA (CONT’D)
(heran)
Tapi, kenapa harus sarjana pendidikan, Bu?
MEIRA
(kesal)
Ya, kan, tugasnya ngajarin anak-anak belajar! Harus cari yang pintar, dong!
TITA
I-iya, Bu…
MEIRA
Pokoknya, kalau sampai minggu depan kamu belum dapat pengasuh juga, kamu yang harus urus anak-anak itu!
TITA hanya bisa mengangguk pasrah.
TITA
Baik, Bu…
MEIRa
Tapi, emang kayaknya kamu aja deh, yang ngurus mereka. Kamu kan, pintar. Kamu bisa nemenin dan ngajarin anak-anak belajar.
TITA
(melotot panik)
Tapi, saya kan, harus urus banyak kerjaan kantor, Bu. Nanti anak-anak nggak keurus kalau sama saya.
MEIRA
(membentak tak sabar)
Makanya, cepat cari pengasuh buat mereka! Ingat, yang pintarnya minimal kayak kamu!
TITA
(mengangguk lesu)
Baik, Bu…
TITA kemudan celingukan heran.
MEIRA
Nyari siapa kamu?
TITA
Anak-anak pada ke mana, Bu? Kok sepi? Nggak dikurung di kamar, kan?
TITA tampak cemas. MEIRA mendesis kesal.
MEIRA
Mereka lagi tidur siang, tahu!
TITA manggut-manggut, lalu tersenyum.
TITA
Tapi, sejak ada anak-anak, Bu Meira nggak kesepian lagi kan, tinggal sendiri di rumah ini?
MEIRA
Nggak kesepian?
(melotot galak)
Yang ada malah mereka bikin masalah terus! Tingkat stresku makin tinggi sejak ada mereka di rumah ini!
TITA hanya meringis.
TITA
Mereka kan, baru kemarin di sini, Bu.
MEIRA
Makanya, baru dua hari aja udah sestres ini aku gara-gara mereka!
TITA
Bu Meira mungkin belum terbiasa.
MEIRA mendecakkan lidah dan mengibaskan tangan.
MEIRA
Trus, barang-barang yang aku minta udah kamu beliin?
TITA
Oh, sudah Bu! Sudah saya bawa ke ruang tamu tadi.
TITA buru-buru pergi dan MEIRA ikut pergi ke ruang tamu.
CUT TO:
2. INT. RUMAH MEIRA, RUANG TAMU - SORE
Cast: MEIRA, TITA, MIA, DEO
Tampak dua koper besar berwarna biru dan pink di ruang tamu. TITA menepuk dua koper itu.
TITA
Yang biru punya Deo, yang pink punya Mia, Bu. Baju-baju ukuran mereka ada di sini.
TITA kemudian menghampiri meja ruang tamu dan menepuk kantong plastik besar di sana.
TITA (CONT’D)
Kalau ini, buku dan alat tulis, keperluan sekolah mereka. Crayon dengan warna paling lengkap, buku mewarnai, juga buku dongeng, Bu.
MEIRA mengecek isi semua kantong-kantong plastik di meja dan manggut-manggut puas melihat isinya.
MEIRA
Kamu udah pilihan buku dongengnya sesuai kesukaan mereka, kan?
TITA
Sesuai kesukaan Deo, Bu. Kan, Deo yang masih baca buku dongeng. Kalau Mia, kayaknya udah nggak, Bu.
MEIRA
Trus, anak seumuran dia bacanya apa?
TITA
Novel, Bu. Tapi, saya nggak tahu cerita kesukaan Mia. Jadi, belum saya beliin.
MEIRA
Dia bukan anak kecil. Nanti aku kasih dia uang aja, biar dia beli sendiri.
TITA mengangguk setuju. MEIRA lantas bersandar di sofa sambil menghela napas.
MEIRA (CONT'D)
Ngurus anak itu capek dan repot. Aku nggak ngerti kenapa orang-orang mau berkeluarga dan repot-repot ngurus anak-anak.
TITA
(tersenyum)
Tapi, Bu Meira bisa melakukannya dengan baik.
MEIRA menatap TITA kaget, lalu mendengus.
MEIRA
Baik, apanya? Baru dua hari mereka di sini rasanya umurku udah berkurang sepuluh tahun.
TITA
(tersenyum geli)
Tapi, Bu Meira beneran udah jadi ibu yang baik buat anak-anak.
TITA lantas merentangkan lengan dan menatap dua koper dan berkantong-kantong plastik berisi keperluan anak-anak.
TITA (CONT’D)
Kurang perhatian gimana lagi Ibu sama anak-anak? Semalam juga kan, Bu Meira langsung pulang karena khawatir sama anak-anak, kan?
MEIRA mendengus dan mengibaskan tangan.
MEIRA
Kamu nggak tahu masalah apa aja yang mereka bawa ke rumah ini.
TITA
Yang saya lihat, Bu Meira peduli banget sama anak-anak. Bu Meira pasti udah sayang sama mereka, ya?
MEIRA mengernyit kecil, lalu menatap TITA tajam.
MEIRA
Kalau kamu udah selesai, kamu bisa pergi.
TITA seketika menegakkan tubuh, dan membungkuk kecil pada Meira.
TITA
Kalau gitu, saya permisi dulu, Bu…
MEIRA mengibaskan tangan, mengusir TITA yang kemudian pergi. Seperginya TITA, MEIRA membongkar kantong plastik di meja dan mengeluarkan semua isinya. MEIRA menata buku, bolpoin, pensil, crayon, dan barang-barang lainnya ke meja.
Setelah selesai menata barang-barang itu, MEIRA berdiri. Lalu, didengarnya suara DEO di sebelahnya.
DEO
Mama?
MEIRA menoleh dan melihat DEO mengucek matanya. Tangan kecilnya menunjuk setumpuk crayon yang ditata MEIRA di meja.
DEO (CONT’D)
Itu… crayon, Ma?
MEIRA
Iya.
DEO
(mendongak menatap MEIRA)
Punya Mama?
MEIRA
(melipat lengan di dada)
Punya kamu.
Mata DEO seketika berbinar. Bocah itu seketika bersorak senang. MEIRA terkejut ketika DEO tiba-tiba menghambur memeluk setumpuk crayon di meja itu. Namun, MEIRA tak bisa menahan senyum geli juga melihat itu.
MEIRA (CONT’D) (V.O)
Dasar bocah…
CUT TO:
3. INT. RUMAH MEIRA, KAMAR MIA - SORE
Cast: MIA
MIA terbangun mendengar suara DEO. MIA menatap ke sampingnya dan kaget DEO tak ada di sana. MIA menatap ke pintu yang terbuka dengan cemas.
MIA
Jangan-jangan… Deo bikin Mama marah lagi…
MIA bergegas turun dari tempat tidur dan berlari keluar kamar.
CUT TO:
4. INT. RUMAH MEIRA, RUANG TAMU - SORE
Cast: MEIRA, MIA, DEO
MIA terkejut melihat MEIRA berdiri menghadap ke arah meja ruang tamu tempat DEO berada dan berkata tegas.
MEIRA
Kamu nggak boleh pakai ini di tembok rumah, ngerti?!
MIA yang panik langsung menghambur melewati MEIRA dan berlutut di sebelah DEO.
MIA
(panik)
Ma, Deo bikin Mama marah lagi, ya? Maafin Deo, Ma.
MEIRA terkejut menatap MIA.
DEO
Deo nggak bikin Mama marah, kok. Deo malah dikasih hadiah sama Mama.
MIA menatap DEO dan MEIRA bergantian dengan bingung. Lalu, DEO menunjuk ke arah tumpukan crayon dan tersenyum lebar.
DEO (CONT’D)
Ini hadiah dari Mama buat Deo. Iya kan, Ma?
MEIRA berdehem ketika kedua anak itu menatapnya.
MEIRA
Itu keperluan sekolah kalian. Kalau ada yang kurang, bilang aja.
(mengedik ke dua koper di sana)
Dan itu baju baru buat kalian. Terserah mau dipakai apa nggak. Kalau nggak suka, buang aja.
MEIRA sudah berbalik dan akan pergi, tapi tiba-tiba, DEO memeluk kakinya. MEIRA menunduk dan terkejut melihat DEO yang mendongak dan tersenyum polos padanya.
MEIRA (CONT’D)
(gelagapan bingung)
Ka-kamu ngapain?
DEO masih tersenyum tanpa menjawab, hingga MIA angkat bicara.
MIA
Makasih, Ma. Makasih buat semua yang Mama kasih ke aku sama Deo.
MIA tersenyum pada MEIRA. MEIRA berdehem canggung.
MEIRA
I-iya, tapi ini lepasin dulu. Aku nggak bisa jalan.
MEIRA menunjuk DEO. MIA tersenyum geli dan menarik DEO, lalu memangkunya.
MIA
Deo mau bilang apa ke Mama?
DEO tersenyum lebar dan mengambil sekotak crayon, lalu memeluknya erat.
DEO
Deo senang punya Mama.
MEIRA tampak terkejut, tapi kemudian mendengus.
MEIRA
Bilang aja kamu senang punya crayon baru.
MEIRA melanjutkan langkah dan tersenyum geli.
MEIRA (CONT’D)
(bergumam pelan)
Senang punya Mama, apanya? Dasar bocah merepotkan!
CUT TO:
5. INT. RUMAH MEIRA, RUANG TENGAH - MALAM
Cast: MEIRA, MIA, DEO
Setelah makan malam, MEIRA yang sudah akan naik ke tangga, melihat DEO yang ayik menggambar di ruang tengah.
MEIRA
(penasaran)
Gambar apa lagi tuh anak?
MEIRA berjalan melewati ruang tengah untuk ke ruang tamu dengan tatapan menunduk ke arah ponsel, tapi ketika melewati DEO, MEIRA melirik ke arah buku gambar anak itu. Namun, tampak gambar di sana tidak jelas.
MEIRA (CONT’D)
(mendengus pelan)
Dasar anak-anak.
MEIRA akhirnya berhenti di ruang tamu dan duduk di sofa ruang tamu.
CUT TO:
6. INT. RUMAH MEIRA, RUANG TAMU - MALAM
Cast: MEIRA, MEI, DEO
Sudah hampir satu jam MEIRA duduk di ruang tamu, memeriksa laporan dari TITA sambil sesekali melirik ke ruang tengah. MIA juga sudah ada di sana dan sibuk dengan buku dan laptopnya.
Di tengah fokus kerjanya, tiba-tibanya sebuah buku gambar terpampang di depan wajahnya, menghalangi pandangan MEIRA ke ponselnya. MEIRA refleks mundur dan menoleh pada pelakunya. Tampak DEO tersenyum lebar.
DEO
Buat Mama.
Belum sempat MEIRA mengecek gambar itu, tiba-tiba gambar itu ditarik dari pandangan MEIRA.
MIA
(panik)
Maaf ya, Ma. Deo gangguin Mama lagi, ya?
MEIRA masih terkejut dan belum sempat menjawab dan MIA sudah mengomeli DEO.
MIA (CONT’D)
Deo, kamu jangan gangguin Mama! Mama kan, lagi kerja!
DEO memberengut.
DEO
Deo nggak ganggu Mama. Deo mau kasih itu buat Mama.
DEO lantas merebut buku gambarnya dari tangan MIA.
DEO (CONT’D)
Ini buat Mama, bukan buat Kakak.
MIA tampak terkejut. Dia menatap DEO dan MEIRA bergantian. Tapi kemudian dia tak melakukan apa pun ketika DEO memberikan buku gambarnya pada MEIRA.
MEIRA akhirnya bisa melihat gambar di sana. Namun, ketika melihat gambar tumpukan kotak crayon di sana, MEIRA mendengus pelan dan menatap DEO.
MEIRA
Kenapa ini buat aku?
DEO
Karena Mama udah ngasih Deo crayon yang banyak, Deo juga kasih Mama gambar crayon.
DEO tersenyum lebar, tampak bangga. MEIRA tak bisa berkata-kata dan hanya menatap gambar kotak-kotak tidak jelas di buku gambar itu.
MIA
Deo, kamu kalau mau kasih sesuatu ke Mama, kasih yang baik. Kasih yang sopan. Jangan pas Mama sibuk…
DEO
Tapi, Deo cuma mau kasih hadiah buat Mama…
DEO tampak muram.
MIA
Iya, Kakak tahu. Tapi, Mama kan, masih kerja.
(menatap MEIRA)
Maaf ya, Ma…
MIA sudah akan mengambil buku gambar di tangan MEIRA, refleks MEIRA menggenggam buku gambar itu, tapi DEO seketika menarik tangan MIA.
DEO
Jangan diambil, Kak, itu punya Mama.
MIA menatap DEO bingung.
MIA
Apa?
DEO menunjuk buku gambar di tangan MEIRA.
DEO
Itu buat Mama. Jangan diambil…
MIA
Oh, iya… maaf… Kakak nggak maksud mau ambil itu, Kakak cuma takut aja kita ganggu Mama.
DEO kemudian menatap MEIRA.
DEO
Itu punya Mama. Mama simpan aja. Kalau diminta Kakak, jangan boleh.
(tersenyum pada MEIRA)
Jangan sampai hilang ya, Ma?
MEIRA menatap buku gambar di tangannya dan tanpa sadar, dia sudah mengangguk.
CUT TO: