Yang Hilang
4. Bab 4 Jiwa yang Polos

 

1. INT. RUMAH MEIRA, RUANG MAKAN - PAGI

Cast: MEIRA, MIA, DEO

MEIRA, MIA dan DEO duduk di ruang makan, sarapan bersama. MEIRA memperhatikan tangan dan wajah DEO yang belepotan selai cokelat. MEIRA menghela napas.

MEIRA

Gimana sekolahmu? Kapan proses belajarnya dimulai? Udah masuk tahun ajaran baru, kan?

MIA mengusap mulut DEO dengan tangannya, lalu menoleh pada MEIRA.

MIA

Sekolah dari rumah, Ma. Aku udah mulai masuk sekolah dari dua minggu lalu, kok.

MEIRA mendorong kotak tisu ke arah MIA.

MEIRA

Aku udah nyari pengasuh buat kalian. Sementara, sebelum ada pengasuh, kalian urus diri kalian sendiri.

MIA mengangguk.

MEIRA (CONT’D)

Keperluan sekolahmu apa aja? HP? Laptop?

MIA

Biasanya HP sama laptop gantian sama anak-anak panti, Ma. Jadi…

MEIRA

Aku anggap kamu belum punya itu.

(beat)

HP kamu udah aku kasih. Nanti aku kirim nomer Bu Fitri. Kamu hubungi dia sendiri dan tanyain nomer teman-teman sekolahmu dan…

MIA

Udah aku catat kok, Ma. Semua nomer penting udah aku catat. Nomer Ibu Kepala juga.

MEIRA

(manggut-manggut)

Oke, kalau gitu. Tinggal laptop. Laptopmu…

MIA

Nggak usah pakai laptop nggak pa-pa, kok, Ma. Biasanya aku nulis di buku tulis, trus difoto ke guruku.

MEIRA

Aku ada beberapa laptop yang udah nggak kepakai. Nanti aku kasih satu ke kamu.

(beat)

Selain itu, ada lagi? Buku pelajaran dan lain-lain?

MIA

Buku pelajaran dikirim vesi digital, Ma. Kalau buku tulis, aku masih punya.

MEIRA

Pembayaran SPP, buku pelajaran, dan lain-lain gimana? Kamu nanti kirim nomer wali kelasmu aja ke aku.

MIA

SPP sama buku pelajaranku gratis, Ma. Aku dapat beasiswa.

MEIRA

(mengangkat alis heran)

Beasiswa murid miskin atau murid yatim?

MIA

(tersenyum)

Beasiswa murid berprestasi, Ma. Nilai rapor SMP-ku bagus, jadi aku bisa langsung dapat beasiswa murid berprestasi.

MEIRA manggut-manggut, lalu mengedik pada DEO.

 

MEIRA

Dia gimana?

MIA

Kalau Deo, dia baru masuk TK. Tapi, karena situasinya masih kayak gini, jadi dia masih belajar sama Ibu Pengasuh Panti biasanya.

MEIRA menghela napas menatap kedua anak itu bergantian.

MEIRA

(agak kesal)

Jadi, selama kalian nggak pergi ke sekolah, aku harus di sini selama dua puluh empat jam sama kalian?

MIA

Mama nggak perlu khawatir, aku sama Deo nggak akan gangguin Mama, kok.

MEIRA

(dingin)

Emang harusnya gitu. Bagus kalau kamu ngerti.

(beat)

Hari ini aku mau kerja di dapur rotiku, jadi jangan ada yang masuk ke sana. Ngerti?

MIA mengangguk, lalu MEIRA pergi meninggalkan kedua anak itu. Namun, MEIRA mendengar suara MIA berbicara pada DEO.

MIA (V.O)

Deo, kamu jangan masuk ke dapur Mama, ya? Pokoknya jangan masuk ke sana. Deo ngerti, kan?

MEIRA mendengus pelan.

MEIRA

Dasar anak-anak merepotkan.

CUT TO:

 

2. INT. RUMAH MEIRA, DAPUR ROTI - PAGI

Cast: MEIRA

MEIRA tersenyum menatap roti yang baru matang itu. Ia menarik napas dalam, menghirup aroma wangi roti itu.

MEIRA

Aroma roti yang baru matang emang nggak pernah mengecewakan.

MEIRA tersenyum puas melihat kuenya. Roti bun dengan isian lumer dan bagian luar crispy.

MEIRA (CONT’D)

Resep barunya sukses. Aku harus manggil Tita ke sini buat nyobain ini.

MEIRA mencari ponselnya di sekitar, dan tersadar.

MEIRA (CONT’D)

Oh iya, tadi aku turun nggak bawa HP.

MEIRA lantas meninggalkan dapurnya untuk mengambil HP.

CUT TO:

 

3. INT. RUMAH MEIRA, TANGGA - PAGI

Cast: MEIRA

MEIRA menuruni tangga sembari menelepon TITA.

MEIRA

Resep baruku yang ini sukses. Jadi, kamu nanti langsung ke sini begitu kerjaanmu beres. Trus, jangan lupa barang-barang yang aku pesan…

Kalimat MEIRA berhenti ketika terdengar suara gelas pecah dari arah dapur rotinya.

MEIRA (CONT’D) (V.O)

Suara itu kan… dari dapurku!

MEIRA seketika memutus sambungan telepon dan berlari menuruni tangga, menuju dapurnya.

CUT TO:

 

4. int. rumah meira, dapur roti - pagi

Cast: MEIRA, MIA, DEO

Begitu MEIRA masuk, dilihatnya DEO yang berdiri gemetar di samping meja, dengan pecahan gelas di sekitar kakinya. MIA yang baru masuk langsung menghambur ke arah DEO.

MIA

Deo, kamu nggak pa-pa?

MIA mengecek kaki dan tangan DEO, lalu berhati-hati menggendong DEO menjauh dari pecahan gelas.

MIA (CONT’D)

Deo… kamu nggak pa-pa? Nggak ada yang sakit?

DEO bukannya menjawab MIA malah menangis keras di gendongan MIA. MEIRA seketika mengecek ke pecahan gelas di dekat meja. Ia menghela napas lega ketika tak ada noda darah.

Namun, ketika MEIRA mengecek ke meja, dilihatnya resep roti yang baru dibuatnya, yang masih tertulis di kertas, terkena tumpahan air dari gelas yang jatuh tadi, membuat sebagian tulisannya luntur. Seketika, MEIRA berteriak marah pada DEO.

MEIRA

APA YANG KAMU LAKUIN DI DAPURKU?!

Aku menarik DEO dari gendongan MIA dan membawanya ke luar. Begitu menurunkan DEO, aku mendorongnya kasar.

MEIRA (CONT’D)

Aku kan, udah bilang, jangan masuk ke dapur ini! Apa kamu nggak dengar, hah?!

DEO menangis semakin keras, membuat MEIRA semakin kesal juga hingga membentaknya.

MEIRA (CONT’D)

DIAM!

Ketika DEO malah menangis semakin keras, tanpa sadar MEIRA mengangkat tangan dan nyaris memukul DEO, tapi tiba-tiba MIA berdiri di antara MEIRA dan DEO, lalu memeluk DEO.

MIA

Jangan, Ma!

(menatap MEIRA ketakutan)

Deo masih kecil, Ma. Tolong… jangan pukul dia.

MEIRA mengernyit melihat tubuh MIA gemetar ketika memeluk DEO. Seketika, suara BU FITRI terngiang di telinga MEIRA.

BU FITRI (V.O)

Mereka juga sempat tinggal dengan tante mereka dan mendapat perlakuan buruk. Karena itu, Mia kabur dari rumah tantenya dalam keadaan babak belur dan…

MEIRA menarik napas dalam dan mengembuskannya perlahan untuk menenangkan diri. MEIRA menatap kedua anak itu tajam, menuntut penjelasan.

MEIRA

Kenapa kamu masuk ke dapurku padahal aku udah ngelarang kamu?

MIA melepas pelukannya pada DEO dan menanyai adiknya itu.

MIA

Deo, kenapa kamu masuk ke dapurnya Mama? Kan, Kakak udah bilang, kamu ngak boleh main ke sana!

DEO

(sesenggukan)

Deo pengen rotinya, Kak… hiks… baunya enak… hiks…

MEIRA tertegun.

FLASHBACK TO:

 

5. INT. RUMAH MEIRA KECIL, DAPUR – SIANG [FLASHBACK]

Cast: MEIRA, IBU MEIRA

MEIRA KECIL (6) baru pulang sekolah dan celingukan.

MEIRA KECIL

Ibu mana, sih? Aku lapar…

Lalu, MEIRA KECIL mencium aroma roti dan melihat ada berbungkus-bungkus roti yang sudah ditata rapi. MEIRA KECIl tampak takjub melihat ada banyak roti di sana.

MEIRA KECIL (CONT’D)

Wah… rotinya banyak banget. Aku makan ini aja, deh.

MEIRA KECIL mengambil roti itu dan memakannya dengan lahap.

CUT TO:

 

6. INT. RUMAH MEIRA KECIL, RUANG TAMU – MALAM [FLASHBACK]

Cast: MEIRA KECIL, IBU MEIRA, PELANGGAN

MEIRA KECIL mengintip di pintu ruang tamu, tampak IBU MEIRA menunduk dalam, sementara di depannya, PELANGGAN marah-marah pada ibunya.

PELANGGAN

Ibu gimana, sih? Saya malu tahu! Rotinya ternyata kurang! Kalau mau dagang itu yang jujur dong, Bu! Kapok saya pesan roti ke Ibu!

PELANGGAN itu pergi, lalu MEIRA KECIL keluar ke ruang tamu.

MEIRA KECIL

Ibu… tadi Meira makan rotinya, soalnya Meira lapar…

IBU MEIRA yang awalnya terkejut mendengar pengakuan Meira, kemudian tersenyum.

IBU MEIRA

Kenapa Meira nggak bilang ke Ibu? Udah, nggak pa-pa. Memang Ibu bikin roti itu buat dimakan. Tapi, lain kali Meira bilang ke Ibu, ya? Nanti Ibu bikinin roti sebanyak apa pun yang Meira mau.

MEIRA yang tadinya sempat ketakutan, akhirnya tersenyum dan mengangguk.

CUT BACK TO:

 

7. INT. RUMAH MEIRA, DAPUR ROTI - PAGI

Cast: MEIRA, MIA, DEO

MEIRA menatap DEO dan menarik napas dalam.

MEIRA

Kalau kamu mau roti, di dapur kan, ada.

DEO

Deo mau roti buatan Mama…

MEIRA menatap DEO yang tampak takut-takut.

MEIRA

(tegas)

Jangan pernah lagi masuk ke dapurku.

MEIRA kemudian masuk ke dapurnya dan membanting pintunya menutup.

CUT TO:

 

8. INT. RUMAH MEIRA, RUANG MAKAN - SIANG

Cast: MEIRA, MIA, DEO

MEIRA sedang menata pesanan makan siangnya yang baru datang di meja makan. Lalu, didengarnya panggilan DEO.

DEO

Ma…

MEIRA menoleh pada DEO dan dilihatnya DEO mengangkat halaman buku gambarnya. Ada banyak gambar bunga dan matahari di sana, sementara di tengah kertas gambar itu ada tulisan berwarna-warni. ‘MAAF, MAMA’.

MIA yang kemudian menyusul DEO menatap MEIRA dengan tatapan meminta maaf.

MIA

Maafin Deo ya, Ma?

MEIRA tak menjawab dan melanjutkan menatap makanan di meja makan.

MEIRA

Cepat makan dan tidur siang.

Dua anak itu menurut dan duduk di kursi. Namun, tangan kecil DEO kemudian menunjuk satu piring di tengah meja dan berseru senang.

DEO

Wah… roti buatan Mama!

Namun, ketika menatap MEIRA, DEO kembali tampak ketakutan.

DEO (CONT’D)

Deo… boleh minta rotinya, Ma?

DEO menatap MEIRA penuh harap. MEIRA memalingkan wajah ketika menjawab.

MEIRA

Nanti, kalau kamu udah habisin makan siangmu.

DEO

Iya, Ma!

(menoleh pada MIA)

Kak, Deo mau cepat-cepat makan biar bisa makan roti buatan Mama.

MIA tersenyum dan mengambilkan makan siang untuk DEO. MIA lantas menatap MEIRA.

MIA

Makasih, Ma…

MEIRA tak menjawab dan makan lebih dulu.

MIA (CONT’D)

Tapi… Mama sejak kapan suka bikin roti?

MEIRA

Sejak SMA.

MIA

Kalau gitu, apa aku juga boleh belajar bikin roti, Ma?

MEIRA menatap MIA tajam.

MEIRA

Kamu fokus aja sama sekolahmu.

MIA tampak agak kecewa, tapi dia mengangguk. MIA mulai makan sambil sesekali menyeka mulut DEO yang belepotan nasi. MEIRA yang tadinya makan dengan cepat, perlahan memelankan tempo makannya dan memperhatikan DEO dan MIA. Tampak DEO sedari tadi terus menatap ke arah roti buatan MEIRA.

Setelah menghabiskan makan siangnya, DEO meneguk setengah gelas air minum yang diberikan MIA, lalu mengulurkan tangan ke depan, hendak mengambil roti, tapi tangannya terlalu pendek. MIA yang sedang makan tampak fokus hingga tak memperhatikan usaha DEO itu. MEIRA menunduk untuk menyembunyikan senyum.

MEIRA menunduk ke piring makan siangnya, lalu mengambil gelas air minum, tapi tangannya ia gerakkan ke arah piring roti agar piringnya sampai pada jangkauan tangan DEO. MEIRA lantas mendekatkan gelas ke mulut sambil diam-diam memperhatikan DEO yang akhirnya berhasil mendapatkan roti yang diinginkannya. DEO tersenyum lebar setelah mendapatkan roti itu di tangannya.

MEIRA menunggu dengan gelas masih di bibirnya, melihat sampai DEO menggigit roti itu, memperhatikan ekspresinya, dan bibir MEIRA refleks melengkung tersenyum. Tampak binar bahagia di mata DEO ketika menikmati roti buatan MEIRA itu. MEIRA menurunkan gelasnya.

MEIRA

Kamu beruntung, kamu yang pertama nyobain roti itu.

DEO tersenyum lebar pada MEIRA.

DEO

Rotinya enak, Ma.  Makasih, Ma.

MEIRA tak menjawab itu dan malah berdiri, beranjak dari meja makan. Namun, tak ayal bibirnya tersenyum juga.

CUT TO:

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar