Yang Hilang
3. Bab 3 Menjadi Seorang Ibu

 

1. INT. VILLA MEIRA, ruang tamu - MALAM

Cast: MEIRA, TITA, NANA, KARYAWAN

Tampak ada belasan KARYAWAN, ditambah NANA, TITA dan MEIRA yang berdiri di ruang tamu villa setelah selesai dites.

TATA

Syukurlah, Bu, dari hasilnya tesnya, semua aman, Bu.

MEIRA mengangguk puas, lalu menatap para karyawannya.

MEIRA

Kalian boleh pulang. Tapi inget, jangan sampai berita ini bocor atau kalian aku pecat.

Para KARYAWAN mengangguk patuh, lalu mereka keluar.

NANA

Saya akan mengantar yang lain sampai bis yang mereka tumpangi berangkat, Bu.

MEIRA mengibaskan tangan cuek, lalu NANA juga pergi. MEIRA menatap TITA.

MEIRA

Kamu sama Nana bisa istirahat di sini dan pulang besok pagi.

TITA

Baik, Bu. Makasih, Bu.

MEIRA tak menjawab itu dan pergi ke pintu. TITA menatapnya bingung. 

TITA (CONT’D)

Bu Meira mau pulang sekarang?

MEIRA

Anak-anak sendiri di rumah.

TITA

Kalau gitu, biar saya antar, Bu.

MEIRA

Nggak perlu. Kamu cariin aja pengasuh buat anak-anak. Secepat mungkin.

TITA

Baik, Bu…

MEIRA menghela napas.

MEIRA

Anak-anak memang merepotkan.

MEIRA akhirnya pergi.

CUT TO:

 

2. INT. RUMAH MEIRA - MALAM

Cast: MEIRA

Tampak jam dinding menunjukkan pukul 12 lewat ketika MEIRA masuk ke ruang tamu rumahnya. MEIRA pergi ke pintu kamar di lantai itu, tapi ketika sudah akan menyentuh kenopnya, MEIRA menurunkan tangannya.

MEIRA

Ah, aku belum cuci tangan.

MEIRA lantas pergi ke arah tangga dan naik ke kamarnya.

CUT TO:

 

3. INT. RUMAH MEIRA, KAMAR 1 - MALAM

Cast: MEIRA

MEIRA membuka kamar pertama yang tampak gelap. MEIRA sudah akan menyalakan lampu, tapi kembali menarik turun tangannya.

MEIRA

(menggumam pelan)

Bisa-bisa nanti dia bangun.

MEIRA menutup pintu kamar itu.

CUT TO:

 

4. INT. RUMAH MEIRA, KAMAR 2 - MALAM

Cast: MEIRA, MIA, DEO

MEIRA yang baru membuka pintu kamar kedua terkejut melihat MIA dan DEO tidur bersama di kamar itu. Tampak MIA tidur sambil memeluk DEO.

MEIRA melangkah tanpa suara, berhati-hati, memasuki kamar itu. MEIRA menatap sekeliling kamar. Lalu, tatapannya jatug ke meja belajar. Ada foto-foto berpigura yang ditata rapi di sana. MEIRA mendekat ke meja belajar.

Ada foto MIA dan DEO dengan anak-anak panti lainnya, juga foto mereka bersama BU FITRI. Namun, tatapan MEIRA berhenti lama pada foto kedua anak itu dengan IBU MEIRA.

MEIRA mengambil foto itu dan menatap wajah ibunya yang tersenyum sambil menggendong DEO dan merangkul MIA.

MEIRA (V.O)

Ibu… keliatan bahagia banget foto sama anak orang lain. Harusnya dia kayak gini juga kalau sama aku.

MEIRA menghela napas pelan dan meletakkan figura itu. Lalu, tangannya menyusuri buku-buku pelajaran sekolah yang ditata rapi di meja belajar. Lalu, ada buku menggambar dan sekotak crayon. Kotak crayon bening itu tampak sudah usang, bahkan isinya sudah pendek-pendek.

MEIRA lantas pergi ke pintu dan hendak mematikan lampu, tapi kembali menurunkan tangannya. Ia menatap ke arah MIA dan DEO sebelum akhirnya keluar dan menutup pintu sambil bergumam.

MEIRA

Benar-benar merepotkan.

CUT TO:

 

5. INT. RUMAH MEIRA, RUANG MAKAN - PAGI

Cast: MEIRA, MIA, DEO

MEIRA sedang menyiapkan roti tawar dan segala macam selai di meja makan. Lalu, dia mengolesi sepotong roti tawar, meletakkannya di piring dan mengolesinya dengan mentega. Setelahnya, MEIRA duduk dan baru akan melahap sarapannya ketika MIA masuk ke ruang makan. MIA mengucek mata, menatap tak percaya ke arah MEIRA.

MIA

Ma… Mama?

MEIRA menatap MIA datar, lalu melanjutkan sarapan. MIA tampak riang menghampiri MEIRA dan berhenti di samping meja makan.

MIA (CONT’D)

Mama kapan pulang?

MEIRA

Tadi malam.

(melongok ke belakang MIA)

Mana adikmu?

MIA

Masih tidur, Ma. Tadi malam Deo nggak bisa tidur sampai tengah malam. Mungkin karena di rumah baru.

MEIRA manggut-manggut, lalu mengedik ke kursi di seberang meja.

MEIRA

Duduk sana. Aku mau ngomong.

MIA tampak mengerutkan kening bingung, tapi menurut dan duduk di kursi seberang MEIRA.

MIA

Mama mau ngomong apa?

MEIRA meletakkan garpu dan pisau yang ia gunakan untuk sarapan dan menegakkan tubuh. Dia menatap MIA tegas.

MEIRA

Kamu tahu alasanku bawa kamu sama adikmu ke sini?

MIA mengerutkan kening bingung dan menggeleng.

MEIRA

Karena aku nggak mau berkeluarga.

MIA terdiam menatap MEIRA lekat.

MEIRA (CONT’D)

Sebelum ibuku meninggal, pesan terakhirnya buat aku adalah berkeluarga.

(mengedikkan bahu cuek)

Tapi, aku nggak mau nikah, jadi aku milih adopsi anak. Dengan gitu, otomatis aku berkeluarga.

MIA

Ibu bilang, ibunya Mama itu… Bu Maya yang sering ke panti…

MEIRA

(mengangguk)

Iya. Dan sekarang, dia nenek kamu. Meski sayangnya, dia nggak sempat dengar dipanggil nenek sama cucu-cucunya.

(mengedik cuek)

Intinya, ya aku terpaksa adopsi anak biar nanti ada yang ngerawat aku pas aku tua. Sampai sini kamu paham?

MIA perlahan mengangguk.

MEIRA (CONT’D)

Kalau kamu paham, berarti kamu juga ngerti kan, kalau mulai sekarang, kamu harus urus dirimu sendiri di sini? Oh, kamu juga harus urus adikmu.

MIA lagi-lagi mengangguk.

MEIRA (CONT’D)

Aku akan penuhi semua kebutuhan kalian. Uang, sekolah, pakaian, mainan, liburan, atau ap apun yang kalian mau. Tapi, jangan sampai kalian ganggu aku dan kerjaanku. Paham?

MIA hanya mengangguk dan terus menunduk di tempat duduknya.

MEIRA (CONT’D)

Jadi, di rumah ini, kalau kamu mau sarapan, ambil dan siapin sendiri sarapanmu dan adikmu. Atau, kamu bisa pesan online. Ada aplikasi ojek online di HP yang aku kasih dan aku udah isi saldonya. Kamu bisa beli makanan apa pun di sana.

MIA lantas mendongak menatap MEIRA.

MIA

Ada satu makanan yang pengen aku coba, Ma. Tapi, kayaknya aku nggak bisa pesan itu lewat ojek online.

MEIRA

(mengerutkan kening)

Makanan apa?

MIA

Masakannya Mama.

MEIRA

(mengernyit kecil)

Apa kamu nggak dengar apa yang aku bilang tadi? Urus dirimu sendiri! Aku bawa kamu ke sini bukan buat ngerepotin aku. Paham?!

MIA kembali menunduk dan mengangguk. MEIRA menghela napas kesal. Saat itulah, terdengar rengekan dari arah kamar MIA.

DEO

Kakaaak…

MIA

(berteriak)

Kakak di sini, Deo! Mama juga udah pulang, jangan nangis!

(menoleh pada MEIRA)

Sebenarnya,semalam Deo nggak bisa tidur nyariin Mama.

MEIRA agak terkejut, tapi kemudian berdehem.

MEIRA

Kamu udah catat semua yang kamu butuhin? Baju, buku, dan sebagainya.

MIA tak menjawab dan hanya menatap MEIRA.

MEIRA (CONT'D)

(agak kesal)

Kamu belum bikin catatannya?

MIA

(menggeleng)

Nggak perlu dicatat, Ma. Yang aku sama Deo butuhin cuma satu.

MEIRA

(mengerutkan kening)

Apa?

MIA

Mama.

MEIRA tertegun dan mematung, sementara DEO muncul di ruang makan. Tampak di tangannya ada buku gambar yang semalam dilihat MEIRA di meja belajar. DEO tampak takut-takut melihat MEIRA. DEO mendekati MIA yang mengusap lembut kepala anak itu.

MIA

Sekarang Deo udah nggak takut lagi kan, di rumah ini? Kan, Mama udah pulang.

MIA tersenyum pada DEO dan DEO mengangguk. Anak itu lalu meletakkan buku gambar di meja makan. MIA menatap buku gambar itu keheranan.

MIA (CONT’D)

Ini apa?

DEO menatap MEIRA takut-takut.

DEO

Buat Mama.

MEIRA mengerutkan kening heran sementara MIA membuka buku gambar itu dan menatapnya selama beberapa saat. MIA lantas menatap MEIRA dan tersenyum.

MIA

Aku udah bilang kan, Ma? Yang aku sama Deo butuhin cuma Mama.

Setelah mengatakan itu, MIA menyorongkan buku gambar DEO ke arah MEIRA. MIA lalu berdiri dan menggandeng DEO pergi.

MIA (CONT’D)

Deo, ayo kita cuci muka dulu, habis itu baru kita sarapan.

DEO mengangguk dan kedua anak itu pergi. Sementara, MEIRA tampak mematung menatap buku gambar DEO. Di buku itu, DEO menggambar seorang anak kecil meski bentuknya agak aneh, dengan tulisan ‘Deo’ di atasnya. Di sebelahnya, ada seorang anak lain yang lebih tinggi dan berambut panjang dengan nama ‘Mia’, menggandeng tangannya. Lalu, di sisi lainnya, menggenggam tangan Deo yang satunya, seorang wanita yang membawa tas kerja dengan bentuk yang aneh juga bertuliskan ‘Mama’.

Tangan MEIRA terangkat mengusap tulisan Mama. MEIRA mendengus pelan.

MEIRA

Dasar anak-anak.

CUT TO:

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar