Yang Hilang
1. Bab 1 Pesan Terakhir

ESTABLISH RUMAH SAKIT

1. INT. RUMAH SAKIT, KAMAR RAWAT - MALAM

Cast: MEIRA, IBU MEIRA

 

IBU MEIRA (55) berbaring di atas ranjang rumah sakit, tatapannya cemas tertuju pada MEIRA (35) yang duduk di kursi di samping ranjang, tampak menunduk menatap ponsel di tangannya.

 

IBU MEIRA

Mei, umur kamu sudah tiga puluh lima, tapi kenapa kamu belum mau menikah juga, Nak?

 

MEIRA menghela napas bosan, tapi tak menanggapi.

 

IBU MEIRA (CONT'D)

Kamu itu harus nikah dan berkeluarga, Mei, biar kamu nanti nggak kesepian. Biar nanti ada yang ngerawat kalau kamu sakit.

 

MEIRA menyugar rambut lurus sepunggungnya sembari menatap IBU MEIRA.

 

MEIRA

Kayak yang aku lakuin buat Ibu gini?

(mendengus sinis)

Ibu kan, juga nikah, tapi liat Ibu sekarang. Mana suami Ibu? Gak ada, kan? Trus sekarang yang repot siapa? Aku, kan?

 

IBU MEIRA menatap MEIRA dengan sedih dan merasa bersalah.

 

IBU MEIRA

Maafin Ibu ya, karena udah ngerepotin kamu, Mei.

 

MEIRA tak menjawan dan kembali menunduk pada ponselnya.

 

IBU MEIRA (CONT’D)

Tapi, Ibu senang, di saat-saat terakhir Ibu, Ibu nggak sendirian.

 

IBU MEIRA tersenyum lembut, sementara MEIRA mendecak kesal.

 

MEIRA

Saat-saat terakhir apaan, sih, Bu? Siapa yang bilang Ibu akan mati? Ibu tuh, cuma kecapekan dan butuh istirahat.

(ketus)

Itu tuh akibatnya kalau Ibu nggak dengerin aku. Kan, udah aku bilang, Ibu nggak usah lagi jualan. Ibu tuh, udah tua, sakit-sakitan. Diam aja di rumah kenapa, sih? Kan, udah aku kasih uang juga.

 

IBU MEIRA menatap putrinya dengan khawatir, lalu meraih tangan MEIRA dan menggenggamnya.

 

IBU MEIRA

Meira, terkadang ada hal-hal yang nggak bisa kamu beli dengan uang.

 

MEIRA memutar mata muak dan mengibaskan tangan kesal dari pegangan ibunya.

 

MEIRA

Ah, udahlah! Terserah ibu mau ngomong apa juga. Aku mau ke kantor dulu. Ibu nggak usah rewel minta pulang kalau belum dibolehin dokternya pulang.

 

MEIRA lantas berdiri dan meninggalkan kamar rawat ibunya tanpa menoleh lagi.

 

MEIRA (V.O) (CONT’D)

Saat itu, aku tidak tahu, itu adalah percakapan terakhirku dengan Ibu. Dan itulah kata-kata terakhir yang kuucapkan pada Ibu, sebelum Ibu pergi untuk selama-lamanya.

 

CUT TO:

 

2. INT/EXT. MOBIL, DEPAN PANTI ASUHAN - SIANG

Cast: MEIRA, TITA

 

MEIRA yang duduk di kursi belakang mobil tampak menatap kosong ke depan.

 

TITA

Bu?

 

MEIRA menoleh kaget ke arah TITA (27) sekretarisnya, di kursi kemudi.

 

MEIRA

Apa?

 

TITA

(tersenyum kecil)

Kita sudah sampai, Bu.

 

MEIRA seketika menoleh ke jendela mobil dan melihat panti asuhan. Tampak papan kayu usang bertuliskan PANTI ASUHAN KASIH IBU dengan huruf yang sudah memudar. Halamannya berupa tanah lapang kering yang tak begitu luas dan tampak kosong, gersang.

 

MEIRA

Ayo turun.

 

MEIRA akan turun, tapi ditahan TITA.

 

TITA

Bu, tunggu, Bu!

 

meira

(menoleh kesal)

Apa?!

 

TITA mengangsurkan masker pada MEIRA.

 

TITA

Protokol kesehatan, Bu. Kita kan, mau ketemu anak-anak.

 

TITA mengangkat hand sanitizer di tangan satunya. MEIRA mendecak kesal dan menatap TITA tajam.

 

TITA (CONT’D)

Ibunya Bu Meira juga kan…

 

MEIRA

(memotong tajam)

Ibuku cuma kecapekan. Jangan sembarangan ngomong. Covid atau apa itu nggak ada. Lihat, meski aku kontak langsung sama Ibu, aku baik-baik aja, kan?! Aku nggak mati, kan?!

 

Lalu, MEIRA turun lebih dulu.

 

CUT TO:

 

3. EXT. TERAS PANTI ASUHAN - SIANG

Cast: MEIRA, TITA, IBU PENGASUH

 

TITA mengetuk pintu panti asuhan dan seorang wanita bertubuh tambun, IBU PENGASUH (55) membuka pintu, tampak sumringah melihat MEIRA.

 

IBU PENGASUH

Bu Meira, ya?

 

MEIRA hanya mengangguk.

 

IBU PENGASUH (CONT’D)

Silakan masuk, Bu. Bu Fitri sudah menunggu di ruangannya.

 

MEIRA hanya mengangguk cuek, lalu berjalan melewati IBU PENGASUH. TITA meringis sungkan pada IBU PENGASUH dan menyusul MEIRA.

 

CUT TO:

 

4. INT. PANTI ASUHAN, RUANG IBU KEPALA PANTI – SIANG

Cast: MEIRA, TITA, BU FITRI, MIA, DEO

MEIRA yang baru masuk berhenti di depan pintu ketika melihat seorang anak laki-laki, DEO (5) mencoret-coret dinding putih ruangan dengan crayon. Lalu, seorang gadis remaja, MIA (15) menghampiri DEO dan menghentikan gerakan tangannya. MIA menoleh pada MEIRA dan tersenyum canggung. MEIRA melengos dan menghampiri BU FITRI (55) kepala panti asuhan itu.

BU FITRI

Ibumu sering cerita tentang kamu, Meira.

MEIRA hanya mengangguk kecil dan duduk di sofa berseberangan dengan tempat BU FITRI duduk.

BU FITRI (CONT’D)

Ibumu bilang, kamu itu selalu sibuk kerja sampai nggak mikirin tentang berkeluarga. Padahal, berkeluarga itu penting. Kalau kamu punya keluarga, kamu nggak akan sendirian dan…

MEIRA

(menyela)

Maaf, Bu, tapi saya lebih suka sendirian.

BU FITRI tampak terkejut, tapi kemudian tersenyum.

BU FITRI

Tapi, kamu ke sini buat jemput anak-anak, kan?

MEIRA melirik dua anak yang masih ada di sisi ruangan di dekat tembok yang penuh coretan.

MEIRA

Ya. Karena itu wasiat Ibu.

BU FITRI tersenyum kecil, lalu menoleh pada dua anak di sisi ruangan.

BU FITRI

Mia, Deo! Sini, kalian sapa dulu mama kalian!

MEIRA memutar mata mendengar itu, tapi tak protes. MIA menggandeng DEO menghampiri MEIRA.

BU FITRI (CONT’D)

Yang kakaknya itu Mia, dia baru lulus SMP. Adiknya itu Deo, dia baru mau masuk TK.

MEIRA mengangguk cuek.

BU FITRI (CONT’D)

Bulan lalu waktu sekretarismu ke sini, katanya kamu mau adopsi anak perempuan yang udah remaja dan mandiri. Mia anak yang paling besar di sini. Dia anaknya rajin dan mandiri, tapi dia nggak mau ninggalin adiknya, jadi…

MEIRA

(memotong cuek)

No problem.

(menatap MIA dan DEO, lalu kembali menatap BU FITRI)

Kalau gitu, kami bisa pergi sekarang, kan?

BU FITRI menatap MIA dan DEO sembari tersenyum.

BU FITRI

Kalian ambil barang bawaan kalian, ya? Hari ini kalian pulang ke rumah baru.

MEIRA menoleh pada MIA yang tampak sedih, tapi mengangguk. Lalu, kedua anak itu pergi. 

CUT TO:

 

5. INT. PANTI ASUHAN, KORIDOR - SIANG

Cast: MIA, DEO, IBU PENGASUH

MIA dan DEO diantar IBU PENGASUH menuju kamar mereka.

DEO

Kak, kita nggak boleh tinggal di sini lagi, ya?

MIA menatap DEO dan berusaha tersenyum.

MIA

Bukan gitu, Deo. Kita pergi karena kita akan punya rumah baru dan keluarga baru.

DEO tampak muram.

DEO

Tapi, Deo suka di sini. Kenapa kita nggak boleh tinggal di sini terus?

MIA seketika ikut sedih.

MIA

Kakak juga suka di sini…

IBU PENGASUH menatap mereka dan tersenyum haru.

IBU PENGASUH

Rumah ini akan tetap jadi rumah kalian. Kapanpun kalian mau, kalian bisa pulang ke sini.

MIA dan DEO menoleh pada IBU PENGASUH. MIA tersenyum sedih, sementara DEO tampak sumringah.

DEO

Kalau gitu, Deo mau pulang ke sini tiap hari!

IBU PENGASUH tertawa, sementara MIA tampak semakin sedih.

CUT TO:

 

6. INT. PANTI ASUHAN, RUANG KEPALA PANTI - SIANG

Cast: MEIRA, TITA, BU FITRI

MEIRA mengecek ponselnya sembari menunggu MIA dan DEO.

bu FITRI

Soal Mia dan Deo, ada yang perlu kamu tahu tentang masa lalu mereka, Meira.

MEIRA menatap BU FITRI sekilas, tak tampak tertarik, lalu kembali sibuk dengan ponselnya.

MEIRA

Penting?

BU FITRI

(menghela napas)

Ini tentang masa kecil mereka, Meira. Dulu, ayah mereka pergi meninggalkan ibu mereka yang sedang hamil Deo dan ibunya meninggal setelah melahirkan Deo.

MEIRA

Saya juga tumbuh besar tanpa ayah dan saya baik-baik aja.

BU FITRI

Mereka juga sempat tinggal dengan tante mereka dan mendapat perlakuan buruk. Karena itu, Mia kabur dari rumah tantenya dalam keadaan babak belur dan…

Tiba-tiba, ada telepon masuk di ponsel MEIRA. MEIRA langsung mengangkat telapak tangan ke arah BU FITRI, menghentikan kalimatnya.

MEIRA

Maaf, ini telepon penting dari manajer saya.

MEIRA mengangkat teleponnya.

MEIRA (CONT’D)

Kenapa, Na?

(mengernyitkan kening)

Apa? Ngomong yang jelas!

(membelalakkan mata panik)

Siapa aja yang tahu tentang ini? Dengar, siapa pun yang tahu, kamu pastiin mereka tutup mulut. Bayar berapa pun buat itu. Kalau sampai berita ini bocor, kamu aku pecat!

MEIRA menutup telepon dengan kesal. TITA tampak cemas. 

TITA

Ada apa, Bu?

MEIRA memberi isyarat dengan tangan agar TITA membungkuk ke arahnya dan MEIRA berbisik.

meira

Salah satu baker kita kena covid. Kamu telepon Nana dan urus itu. Ingat, jangan sampai kabar ini bocor ke media.

TITA mengangguk cemas. MEIRA lalu menoleh pada BU FITRI sembari berdiri.

MEIRA (CONT’D)

Maaf, saya sangat sibuk hari ini, jadi saya harus segera pergi. Permisi.

MEIRA lantas keluar dari ruangan itu bersama TITA.

CUT TO:

 

7. INT. PANTI ASUHAN, RUANG TAMU – SIANG

Cast: MEIRA, TITA, BU FITRI, IBU PENGASUH, MIA, DEO, ANAK-ANAK PANTI

MEIRA yang baru masuk ke ruang tamu melihat anak-anak panti menangis mengelilingi MIA dan DEO. Kedua anak itu menghampiri BU FITRI yang ada di belakang MEIRA dan menangis memeluk wanita itu.

MEIRA

(menarik napas kesal)

AYO PERGI!

MEIRA pergi lebih dulu keluar dari panti asuhan itu.

MEIRA (V.O) (CONT’D)

Benar-benar merepotkan!

CUT TO:

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar