WOLFDADDY (SCRIPT)
20. The End
Skrip ini masih diperiksa oleh kurator

Seorang guru mengajar depan kelas. Nuril di bangkunya, di depan, sendirian. Tatapan Nuril kosong. Tangannya di ats meja, menyerut pensil, tidak berhenti. Berkali-kali pensil patah sampai bubuk pensil dan sampah rautan menggunduk di atas bukunya.

CUT TO:

EXT. DEPAN RUMAH MARWAN – SIANG

Marwan dengan motornya sampai di rumah, baru pulang. Ia memarkir motornya di depan rumah, membuka helmnya. Ia mengetuk pintu rumah.

 

MARWAN

 Ril! Nuril..

 

Tidak ada jawaban. Marwan melihat jam tangannya, masih jam 2. Nuril belum pulang. Ia mengeluarkan kunci dari tasnya. Ia membuka pintu.

CUT BACK TO:

INT. RUANG KELAS NURIL – SIANG

Dari kursi belakang, Buyung dan teman-temannya menganggu Nuril, meniup kertas basah yang mereka beri air liur dengan sedotan plastik, menembaki punggung Nuril. Setiap mengenai Nuril mereka tertawa. Nuril terdiam, masih meraut pensil.

CUT TO:

INT. DAPUR RUMAH MARWAN – SIANG

Marwan berjalan pelan ke dapur. Ia menaruh tas dan helm nya di atas meja makan. Lalu ia terdiam, sambil berdiri memikirkan sesuatu.

 

MARWAN(V.O)

Nuril, Bapak yakin.. Suatu hari Bapak akan pulang kerja dan merasakan sesuatu.

CUT BACK TO:

INT. KELAS NURIL – SIANG

(BACKSONG: MUSIK DRAMATIS, MENEGANGKAN)

Bell berbunyi, waktu istirahat.

 

 

 

 

 

MARWAN (V.O)

Di hari itu, kamu tau apa yang harus kamu lakukan.. Dan Bapak bisa merasakannya.

CUT TO:

INT. DAPUR RUMAH MARWAN - SIANG

Marwan menatap pintu samping. ZOOM IN pintu samping yang tertutup.

Marwan berjalan ke pintu, perlahan.

CUT TO:

INT. KELAS NURIL – SIANG

Guru keluar kelas, waktu pulang. Kelas jadi ribut, beberapa anak berlalu lalang, beberapa keluar kelas membawa tas namun kelas masih ramai.

Buyung, Viskah dan Fajar bersiap pulang, memakai jaket mereka, memasukkan buku-buku ke dalam tas. Fajar keluar kelas duluan.

 

FAJAR

Gue di parkiran ya! Ngambil barang!

 

BUYUNG

Amanin! Tungguin di parkiran.

 

Lalu dengan usil Fajar meneriaki telinga Nuril ketika melewatinya.

 

FAJAR

Woyy! Hahhaa..

 

Nuril tidak bergeming, hanya meliriknya sedikit sambil masih menyerut. Sangat tenang. Nuril mengitung dalam hati, Buyung hanya tinggal bersama Viskah.

CUT TO:

INT. EXT. BELAKANG RUMAH – SIANG

MEDIUM SHOT, Marwan membuka pintu samping. Ia berjalan menuju tempat latihan Nuril(samsak pohon).

MARWAN(V.O)

Bapak bisa merasakan, hari itu kamu siap melakukan sesuatu yang belum pernah kamu lakukan, demi harga diri kamu sendiri.

 

Marwan berhenti di belakang rumah. Ia tersenyum. Ia melihat pohon manga alat latihan Nuril sudah tumbang. Akarnya tecabut dari tanah, dan batangnya patah, tergeletak. Kasur Palembang yang menempel sobek-sobek.

MARWAN(V.O)

Hari itu kamu akan membuat cerita yang luar biasa untuk diri kamu sendiri, yang membuat orang lain tau bahwa kamu bukan orang yang lemah.

CUT BACK TO:

INT. RUANG KELAS NURIL – SIANG

Nuril berhenti menyerut pensil yang sudah pendek. Sampah serutan menggunduk di dekat tangannya. CUT IN tangan Nuril bergetar. Ia mengepalkan tangannya keras-keras.

Buyung bangun dari kursinya, bersama Viskah. Ia menggoda Dina terlebih dahulu.

BUYUNG

Dina, ayo mau ikut Buyung ga? Biar enggak ada yang gangguin..

 

Dina menggelengkan kepala, dingin. Buyung dan Viskah tertawa. Lalu Buyung melihat ke arah Nuril yang duduk sendirian. Ia memberi koda ke temannya.

 

SLOWMOTION Buyung dan temannya berjalan ke arah kursi Nuril.

 

Nuril di bangkunya bersiap, ia merasakan sesuatu. Nuril menunggu, tidak bergerak.

 

SLOWMOTION Viskah mengayunkan tangannya, akan menampar jidat Nuril. Nuril diam, menunggu tamparan mengenainya sebagai tanda untuk membalas.

 

-Plak!- Tamparan Viskah mengenai Nuril, menggetarkan wajahnya. Mereka tertawa. Nuril melirik mereka berdua. Tangannya bergerak mengambil serbuk sampah rautan pensil. (END SLOWMOTION)

 

Nuril menghembuskan nafas, ini saatnya.

 

Nuril menebar bubuk rautan ke wajah Viskah. Ia meringis, matanya kelilipan, merasa perih. Lalu Nuril memukuli rusuknya, keras, berkali-kali. Dia kesakitan, terjatuh di lantai, memegangi perut dan matanya.

 

Tiba-tiba Buyung memukul kepala Nuril dari belakang.

Nuril menoleh, tatapannya buas. Buyung memukul wajah Nuril lagi, tidak terlalu melukai Nuril, hanya membuat Nuril semakin marah. Ketiga kalinya Buyung memukul lagi, kali ini Nuril menahannya, mencengkram tangannya.

Nuril pun melepaskan pukulan ke leher Buyung, membuat Buyung tersedak, kesakitan memegang lehernya. Langsung Nuril melepaskan pukulan lagi ke perut Buyung. Buyung kesakitan. Nuril mencengkram baju Buyung, lalu menghujaninya dengan pukulan ke wajah.

Nuril meluapkan emosi, berteriak setiap memukul wajah Buyung sampai Buyung jatuh di lantai. Nuril secara membabi-buta tidak berhenti memukuli wajah Buyung.

Anak perempuan yang ada di kelas menjerit-jerit sambil menutupi wajah mereka, merasa ngeri.

Saat Buyung babak belur, Nuril berhenti. Keadaan hening.

Nuril mengatur nafas, ia menginjak pergelangan mata kaki Buyung hingga angklenya patah. Buyung berteriak pelan, lemah.

Melihat Buyung dan Viskah tumbang di lantai.

Nuril berteriak ke wajah Buyung sekeras-kerasnya.

 

NURIL

Gue ngalahin lo! Gue menang!

 

Nuril lalu menatap semua orang. Orang-orang terlihat takut. Salah satu anak dengan rasa takut bertanya.

 

TEMAN KELAS

Udah gila lo?!

 

Nuril tidak menjawab. Ia jalan ke bangkunya, membuka tasnya, lalu mengambil buku gambarnya.

 

MARWAN(V.O)

Bapak bakal bangga. Karena di saat itu, kamu mengalahkan ketakutanmu sendiri.  Dan di saat itu, kamu memperkenalkan diri kamu yang asli pada semua orang.

 

Nuril menggendong tasnya, dan membawa buku gambar itu. Ia berjalan ke arah Dina. Dina teman-teman di sekitarnya merasa takut. Nuril menaruh buku gambarnya di meja Dina. Dia membuka buku itu, memperlihatkan lukisan wajah Dina.

 

NURIL

(pada Dina)Aku enggak ngelakuin apa-apa dengan foto kamu. Aku cuma ngelukis. Aku suka kamu, tapi kamu salah memandang aku.

(jeda)

(Pada semua orang)

Kalian semua bully!

 

Nuril mundur. Ia pergi berlari keluar kelas. Pulang.

 

MARWAN(V.O)

Bapak bangga! Kamu berhasil mengalahkan mereka. Tapi kamu harus segera pergi, karena beberapa pecundang enggak bisa menerima kekalahan. Jadi, pergilah. Kamu sudah menang.

 

Semua orang memandang lukisan Nuril. CUT IN lukisan Nuril. CUT IN wajah Dina, merasa bersalah.

CUT TO:

EXT. PARKIRAN/ JALAN MENUJU GERBANG SEKOLAH – SIANG

Nuril berlari. Ia melewati Fajar dan gerombolan Buyung di parkiran motor. Gerombolan itu menyoraki Nuril. Setelah Nuril pergi, hanpdhone Fajar berbunyi. Seseorang memberi tahu bahwa Buyung babak belur di kelas. Fajar memberitahu semuanya, beberapa pergi ke kelas, beberapa mengejar Nuril dengan motor.

CUT TO:

EXT. BELAKANG RUMAH – SIANG

Marwan berjalan masuk kerumah, pelan-pelan, sambil tersenyum.

 

MARWAN(V.O)

Orang bilang hidup laki-laki berubah setelah berkelahi. Bapak enggak sabar menunggu ceritanya.  

CUT BACK TO:

EXT. JALANAN MENUJU PULANG – SIANG

Nuril berlari sambil tersenyum. Ia tak sabar sampai ke rumah untuk memberi tahu Bapaknya bahwa ia menang.

CUT TO:

INT. RUMAH MARWAN – SIANG

Marwan masuk rumah. Ia menutup pintu samping dan berjalan ke kamar. tiba-tiba terdengar suara pintu diketuk (SFX: SUARA PINTU DIKETUK). Marwan tersenyum, Ia mengira itu Nuril pulang.

 

Marwan berjalan ke pintu. Ia membuka pintu, lalu terlihat dua orang pria berdiri di depan pintu. Yang satu mengenakan topi dan masker adalah Anom yang dendam pada Marwan. Yang satunya lagi adalah anak buah Anom mengenakan kupluk dan masker.

 

Dua orang itu menyergap Marwan, lalu salah satu dari mereka mengeluarkan pisau dan menusuk Marwan berkali-kali. Marwan tidak berdaya. Mereka melepaskan Marwan, Marwan jatuh di lantai, terlentang. Bajunya bersimbah darah.

Anom melepas maskernya, ia berbicara pada Marwan.

 

ANOM

Mati kau!

 

Mereka berdua pun melarikan diri dari rumah Marwan.

CUT IN Wajah Marwan, ekspresi tidak berdaya. Marwan menatap langit-langit.

MARWAN(V.O)

Ya.. Beberapa pecundang tidak bisa menerima kekalahan. Jadi setelah kamu mengalahkan mereka.. pergi lah. Orang-orang ini.. Menang bilang-bilang, kalah bilang-bilang. Kadang susah melawan pengecut, enggak pernah jadi permainan yang adil.

 

FADE TO BLACK:

 

MARWAN (V.O)

Kamu jangan merasa takut lagi.

Hiduplah Nak..

Buatlah cerita hidup yang hebat buat diceritakan..

FADE IN:

SC. 75. INT. RUANG SENI YAYASAN ANAK – SIANG

Maria duduk di kursi, menatap Nuril yang asik melukis. Nuril sedang melukis wajah Marwan, baru setengah jadi. Terlihat foto kecil Marwan menempel di kanvas sebagai model. Ekspresi Nuril biasa saja.

MARIA

(ramah)Kamu udah enggak sedih ya sepertinya?

Nuril menggelengkan kepala sambil tersenyum lesu.

MARIA(CONT’D)

Lalu.. Yang kamu rasain sekarang apa dong?

(jeda)

Maksud Ibu.. Ini udah ketiga kalinya kita ketemu minggu ini.. Tapi Ibu enggak ngelihat kamu sedih, nangis, marah.. Bahkan kamu ngelukis muka Bapak kamu tanpa ngerasa kalut. Kamu betul-betul anak yang kuat ya?

 

NURIL

Aku bingung.. sebetulnya..

 

MARIA

Bingung kenapa?

 

NURIL

Karena aku ngerasain semuanya..

Aku sedih, aku marah..

(jeda)

Aku.. takut..

 

MARIA

Takut? Apa yang kamu takutkan?

 

NURIL

Bapak selalu punya sesuatu untuk dikatakan. Bahkan dia yang mendorong aku buat ngelawan, dan itu yang bikin aku berani. Ya.. Semua yang dia bilang, rasanya masuk akal.. Bapak bikin aku sadar, dunia enggak semenakutkan itu.. Aku bisa menang.

(jeda)

Itu yang aku takutkan.. Sekarang, saat aku pulang, enggak ada orang yang bakal bilang begitu lagi.

 

MARIA

(jeda)

Bapak itu udah jadi yatim piatu waktu seumuran kamu. Bahkan dia menikah seumuran kamu. Enggak ada pilihan lain buat Bapak kamu, selain memotivasi dirinya sendiri. Itu kenapa, dia bisa jadi seorang figure yang baik buat kamu.

Nuril mengangguk pelan.

MARIA(CONT’D)

Kami enggak akan membiarkan kamu merasa sendirian Nuril. Kami akan memastikan kamu merasa aman.

 

NURIL

Aku enggak apa-apa untuk ngerasa enggak aman..

Dan aku juga suka sendirian..

Aku aneh ya Bu?

 

MARIA

Enggak.. Kenapa merasa begitu?

 

NURIL

Aku denger mereka harus di operasi ya Bu? Apakah separah itu?

Apakah aku aneh kalau aku enggak menyesal sama sekali? Aku enggak suka kekerasan, tapi aku enggak merasa bersalah udah bikin mereka begitu. Pasti aku aneh ya Bu?

 

MARIA

(jeda)Apa kamu menikmati, ketika kamu ngelakuin itu semua sama mereka?

 

NURIL

(mengangguk) Hanya karena aku ngerasa mereka pantes mendapatkannya. Aku rasa itu setimpal dengan tekanan yang aku dapat selama ini.

Aku salah ya?

 

MARIA

Ibu enggak bilang membela diri itu salah kok.. Bapak kamu..

(jeda)

Bapak kamu orang yang mungkin merasakan penyesalan seumur hidup.

 

NURIL

Emang kenapa?

 

MARIA

Ibu harap dengan cerita begini, kamu bisa berpikir secara berimbang. Dia enggak pernah cerita soal ini ke siapapun.. Bahkan ke Kakek dan Nenek kamu.

Nuril melirik Maria.

NURIL

Oke.. Memang apa yang Bapak sesali?

 

MARIA

Apa kamu tau luka di jidatnya?

CUT IN Nuril sedang melukis luka di jidat Bapaknya. Nuril berhenti. Menaruh koasnya.

NURIL

Bapak enggak pernah mau cerita soal itu..

 

MARIA

Dia mencoba menyelamatkan adiknya..

 

NURIL

(menatap Maria) Adik? Bapak punya adik?

 

MARIA

Ya..

 

NURIL

Aku enggak tau..

Nyelamatin adiknya dari apa?

 

MARIA

Anjing liar..

 

NURIL

Jadi itu luka gigitan anjing..

 

MARIA

(menggelengkan kepala)

Ada anjing liar nyerang Bapak kamu dan adiknya waktu mereka kecil..

Dia lari, lupa, ninggalin adiknya.. Adiknya di serang anjing liar itu.

Bapakmu sadar dia harus menyelamatkan adiknya, jadi dia berhenti.

–Dia takut-, Tapi dia memutuskan kembali, bawa batu. Warga mulai berdatangan, nyari cara buat menyelamatkan Adik Bapak.

Cuma Bapak yang lari ke anjing itu, dia lempar pake Batu. Sehingga Anjingnya mulai ngejar Bapak. Lalu Bapak jatuh, kepalanya bocor kebentur besi tajam.. dia pingsan.

Beruntung saat itu anjingnya ditembak warga.

Nuril terkekeh.

NURIL

(terkekeh) jadi Bapak nyelametin Adiknya?

 

MARIA

-Paling tidak dia sudah mencoba-

Tapi adiknya udah kehabisan banyak darah.

Adiknya, -paman kamu-, meninggal saat itu. Disitulah Ibu bertemu Bapak kamu. Kami takut dia ada trauma.

Dan.. satu-satunya perasaan yang mengganggu dia adalah perasaan bersalah karena enggak menyelamatkan adiknya lebih cepat.

Bapak bahkan enggak berani cerita yang sebenarnya ke Kakek Nenek kamu, karena dia takut mereka kecewa dia enggak bisa jaga adiknya.

Dia cuma berani cerita sama –Kakak-.. Begitu Bapakmu manggil Ibu, dulu. Itu jadi rahasia kami berdua sampai sekarang.

Nuril terdiam, merasa agak shock. Maria menatap Nuril yang masih terkejut akan cerita itu.

MARIA(CONT’D)

Setelah kejadian itu, Kakek Nenek kamu terlalu protektif sama Bapak.. Ibu khawatir.. Itu berpengaruh ke psikologisnya. Kalau dia agak keras sama kamu selama ini, Ibu rasa karena menyadari bahwa memanjakan kamu akan bikin kamu jadi anak yang lemah nantinya.

 

NURIL

Jadi itu kenapa Bapak enggak pernah mau bahas lukanya..

 

MARIA

-Setiap luka punya cerita-, kan?

Beberapa luka terdengar keren untuk diceritakan, beberapa hanya ingin dilupakan.

Mungkin.. itu yang membuat dia mendorong kamu untuk melawan. Karena jika sesuatu yang buruk terjadi sama kamu atau orang terdekat kamu, kamulah yang akan menyesal kemudian hari.  

CUT TO:

LAYAR MASIH HITAM

MARIA(V.O)

Ibu cerita begini.. berharap kamu bisa mengambil jalan tengahnya. Gimana kalau kamu diam, gimana kalau kamu melawan.

CUT TO:

INT. KAMAR ASRAMA NURIL – MALAM

Nuril masuk kamarnya. Dia membawa lukisan Bapaknya yang sudah jadi. Dia memasangnya di dinding, lalu berbaring di kasur sambil menatapnya.

Dia tersenyum.

NURIL(V.O)

Brengsek! Ternyata selama ini Bapak juga takut!

Ah.. Sialan!

Sekarang aku tahu gimana kekuatan  lahir dari ketakutan.

Terimakasih..

Tenang-tenang disana Pak..

Sekarang aku enggak takut untuk merasa takut..

 

TAMAT

ps: saya tidak bisa menyelesaikan dengan full format novel.

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar