UP & DOWN
1. BABAK I - Part 1

INT. RUMAH DIMAS - PAGI

Rumah yang sederhana. Di rumah itu ada ruangan kecil tempat menjahit. Ada mesin jahit sederhana, baju-baju jahitan yang tergantung.

Di Dapur terlihat seorang Ibu sedang memasak. Ibu Dimas. Ada beberapa butir telur di dalam mangkuk di atas meja, irisan bawang merah, dan nasi putih. Sang Ibu ingin membuat nasi goreng untuk sarapan. Sang Ibu memecah 2 butir telur ke dalam mangkok, dan mengocok telur tersebut.

INT. RUMAH DIMAS - KAMAR DIMAS - PAGI

Kita melihat ke cermin. Disana ada seorang pemuda bercermin. Ia mengenakan kemeja rapi. Pemuda ini adalah Dimas Wijaya (25 th).

Dimas adalah penderita Down Syndrome, sebuah penyakit kelainan genetik kromosom 21. Fisiknya telihat berbeda. Kepala sedikit lebih besar daripada orang kebanyakan. Dia terlihat kesulitan dalam mengekspresikan dirinya bahkan untuk pemuda berumur 25 tahun. Bercermin pun terlihat kikuk.

Dimas sedang merapihkan rambutnya. Ada gel rambut di dekatnya. Ia ambil sedikit gel rambut dan mengoleskannya ke rambut. Ia acak-acak rambutnya. Ia melihat ke cermin, tampak tidak puas dengan hasilnya.

DIMAS

(tampak kesal, tidak tahu rambutnya harus dirapihkan seperti apa)

ARRRRGGHHH....

INT. RUMAH DIMAS - RUANG MAKAN - PAGI

Ibu Dimas merapikan meja makan. Meletakkan 2 piring nasi goreng dan 2 cangkir teh hangat.

Dimas keluar dari kamarnya

DIMAS

Nasi goreng??

(memutar-mutar pergelangan tangannya, senang)

IBU DIMAS

(tersenyum)

Dimas suka kan?

Dimas mengangguk berkali-kali dengan aktif sambil berjalan dan duduk di kursi makan.

Dimas mulai sarapan. Ibu tersenyum sambil melihat Dimas, lambat laun air muka Ibu berubah khawatir, apa Dimas akan baik-baik saja?

INT/EXT. RUMAH DIMAS - TERAS RUMAH - PAGI

Dimas sedang bersiap-siap untuk berangkat.

IBU DIMAS

Kamu kalau ada apa-apa, telepon Ibu, ya.

DIMAS

Iya, Bu.

IBU DIMAS

HP-nya gak ketinggalan kan? Nanti kayak waktu itu. Ibu teleponin kamu tapi ga diangkat. Eh ternyata HP kamu di rumah. Ibu kan khawatir.

DIMAS

(mengambil HP dari ransel dan menunjukkan HP miliknya ke Ibu)

Ini.

(memasukkan kembali HP ke dalam ransel)

Enggak lupa, kok.

(tersenyum)

Ibu tersenyum kecut, kita melihat wajah sang Ibu masih mengkhawatirkan anaknya

DIMAS

Dimas berangkat. Assalammualaikum.

IBU DIMAS

Waalaikumsalam.

EXT. JALANAN PERUMAHAN - PAGI

Pagi yang tenang. Terlihat beberapa warga sedang beraktifitas. Ada pemuda yang sedang memanaskan motor, seorang bapak yang sedang menyapu halaman, seorang ibu yang pulang dari pasar. Orang-orang bersiap untuk memulai hari.

TETANGGA #1

Eh, Dimas. Selamat pagi!

DIMAS (O.S)

Pagi, pak

TETANGGA #2

Wah, udah berangkat, nih.

DIMAS (O.S)

Iya, takut telat.

TETANGGA #3

Dimas masih pagi pun sudah semangat ya.

DIMAS (O.S)

Hehehe, iya... Bu...

(tertawa kikuk)

ANAK MUDA #1

Pagi Bang Dimas!

Anak Muda #1 mengulurkan high five dengan Dimas. Dimas membalas high five tersebut.

IBU DIMAS #1

Sudah berangkat, toh. Eh, ini. Tadi Ibu beli kue pasar. Lumayan buat ngemil.

Ibu #1 mengeluarkan satu plastik mika berisi jajanan pasar.

DIMAS (O.S)

Buat Dimas? Makasiiihh....

Dimas menerima pemberian Ibu #1.

TETANGGA #4

Hati-hati di jalan, ya, Dimas

DIMAS (O.S)

SIAP!!

Dimas tersenyum. Para tetangganya sangat mengerti kondisinya. Mereka tidak mengucilkan Dimas. Dimas merasa diterima di lingkungan rumahnya. Mereka pun sudah terbiasa dengan kondisi Dimas. Dimas merasa orang-orang di luar pun akan mengerti kondisinya. Dimas SIAP menghadapi hari.

EXT. JALANAN PERUMAHAN - PAGI

Dimas menelusuri jalanan perumahan di blok yang berbeda. Dari kejauhan, nampak sekumpulan pemuda yang sedang berkerumun, duduk-duduk. Mereka tampak seperti pemuda iseng yang suka mengganggu orang.

PEMUDA #1

Pagi-pagi udah pada ngumpul aja lu pada. Tumben.

Pemuda #1 berjalan menuju geng-nya, bergabung dan duduk bersama teman-temannya.

PEMUDA #2

Yaelah, ngapain lagi.

PEMUDA #3

Sok punya kegiatan lu.

PEMUDA #1

Ya kagak. Makanya kemari.

PEMUDA #2

Lu semalem kemana dah. Gak ngumpul.

PEMUDA #1

Anjir, gua ga gabut-gabut amat kayak lu pada ya. Kerjaan lu nongkrong doang.

(mencemooh)

PEMUDA #2

Trus lu ngapain?

PEMUDA #1

Bacot ye!

Dimas menghentikan langkahnya. Ia ragu untuk melewati preman itu. Dimas menengok ke belakang. Terlampau jauh jika harus mengambil jalan yang memutar. Mau tidak mau harus lewat jalan ini. HARUS.

Dimas melangkah kecil sambil menunduk. Ragu. Takut. Tapi dia harus terus melewati sekumpulan pemuda tersebut. Semoga tidak terjadi apa-apa.

PEMUDA #1

Rokok mana, rokok? Bagi dong

(berbicara ke teman sekumpulannya)

PEMUDA #3

Abis. Beli gih!

Pemuda #1 kesal. Ia melihat Dimas hendak berjalan melewati mereka.

Dimas berjalan hati-hati. Matanya tak sengaja menatap mata Pemuda #1. Ia langsung memalingkan wajahnya, menunduk. Habis sudah...

PEMUDA #1

Heh, kenapa lu jalan nunduk gitu?

(membentak)

Dimas tersentak. Ia menghentikan langkahnya. Perlahan menatap wajah Pemuda #1. Dimas ketakutan.

PEMUDA #2 (O.S)

Hahahaha, liat! Ketakutan tuh dia.

Dimas meringis. Ia mengeluarkan suara-suara aneh. Ia takut dan tidak nyaman.

PEMUDA #1 (O.S)

Siapa yang nyuruh berhenti jalan? Kenapa malah diem disini?

Dimas menggerak-gerakkan kepalanya tak beraturan, ia tak nyaman. Ia mulai berjalan ragu, meneruskan langkahnya. Oke, aman. Aku baik-baik saja. Dimas berjalan mantap.

PEMUDA #1

Ini, anak! Ditanya malah kabur.

Dimas berhenti. Ia kembali berbalik dan menatap wajah PEMUDA #1. Aduh, apalagi nih?

PEMUDA #1

Gua tadi tanya, kenapa lu jalan nunduk?

(membentak sambil menunjuk-nunjuk Dimas)

Diam. Dimas semakin takut dan tidak nyaman. Ia harus keluar dai situasi ini.

DIMAS

Saya harus berangkat sekarang. Gak boleh telat, gak boleh.

PEMUDA #1

Ya lu jalan jangan nunduk. Liat ke depan! Apa sih yang diliatin di bawah?

Diam.

PEMUDA #1 (CONT'D)

Lu takut, hah?

PEMUDA #2 (O.S)

Dih, takut kenapa dah?

PEMUDA #3 (O.S)

Jalan sampe nunduk begitu. Kenapa dah.

PEMUDA #1

(berbicara ke Dimas)

Udah, sana lu pergi. Dasar, idiot!

Dimas sontak tidak terima dibilang idiot. Ia marah. Kini ketakutannya berubah menjadi kekesalan.

DIMAS

Saya DOWN SYNDROME, BUKAN IDIOT!!

Dimas berlari kencang meninggalkan pemuda-pemuda tersebut. Ia masih kesal, tapi juga takut jika harus berlama-lama disana. Ia berlari sekencang mungkin.

DIMAS

(berbicara sendiri, kehabisan napas)

Bukan. Idiot.

CUT TO:

EXT. PANTAI - SIANG

Kita flashback ke masa lalu Dimas.

Dimas kecil, umur 10 tahun, menangis tersedu-sedu di hadapan ibunya. Ibunya menggenggam kedua bahu Dimas, menabahkan Dimas agar tidak lagi menangis.

IBU DIMAS

Dimas memang berbeda. Tapi, ingat kata Ibu, Dimas itu anak yang cerdas.

Diam.

IBU DIMAS (CONT'D)

Dimas harus kuat.

DIMAS

(menangis)

Tapi tadi ada yang bilang Dimas idiot.

IBU DIMAS

Itu karena mereka gak mengenal Dimas. Kalau sudah kenal, pasti mereka sadar kalau Dimas anak yang cerdas.

Ibu Dimas memegang kedua bahu Dimas, menguatkan Dimas untuk berdiri tegak. Dimas harus kuat.

CUT TO:

EXT. JALANAN PERUMAHAN - PAGI

Kembali ke Dimas yang sedang berjalan.

Setelah tadi sempat melewati sekumpulan pemuda, Dimas meneruskan perjalanannya. Dia tidak boleh telat.

Di belakangnya ada sekitar 3 orang bocah yang sedang berjalan menuju suatu tempat. Arah mereka sama dengan arah yang akan oleh Dimas.

BOCAH #1

Main mulu, ih.

BOCAH #2

Enggak melulu kok. Sebentar doang. Ayolah, mampir ke rumahku sebentar.

BOCAH #3

Emang game barunya apa?

BOCAH #2

Game bola

BOCAH #3

Ah, biasa bangeeeett....

Melewati salah satu rumah, terdengar seekor anjing menyalak lantang. Kita tidak melihat anjingnya, hanya mendengar suaranya saja.

Dimas kaget hingga tak sengaja ia sontak berteriak.

BOCAH #1

Ih, kenapa tuh om-om?

Dimas menoleh ke belakang ke arah kumpulan bocah itu. Tingkahnya kikuk.

DIMAS

Hahahaha. Ada anjing. Itu ada anjing. Hahahaha.

Dimas kembali berjalan. Kemudian anjing tadi menyalak lagi. Sekarang diikuti dengan gonggongan anjing di rumah sebelahnya.

Dimas kaget (lagi), ia berhenti berjalan. Sekumpulan bocah itu pun ikut berhenti di belakang Dimas. Ada yang aneh dengan om ini.

DIMAS

(menengok ke belakang ke bocah-bocah)

Hahaha. Gak papa. Cuma anjing. Hahahaha. Gak usah takut.

Dimas kembali berjalan. Tapi sepertinya, bocah-bocah tersebut tidak lagi berjalan di belakangnya. Dimas menengok ke belakang. Para bocah tersebut masih diam disana, keheranan. Apa mereka ketakutan karena anjing-anjing itu? Ah, mereka lucu sekali, takut karena gonggongan anjing.

DIMAS

(meledek)

Takut anjing yaaa??

Bocah-bocah itu melihat heran dan aneh ke arah Dimas.

DIMAS (CONT'D)

Hahahaha. Lucu, takut anjing. Anjing mah baik. Ayok, jalan lagi. Ayok!

BOCAH #1

(ke temannya)

Om itu rada-rada ga sih?

BOCAH #2

(menanggapi temannya)

Gangguan jiwa ya? Aneh banget.

BOCAH #3

Orang gilaaa.... Orang gilaaa....

BOCAH (ALL)

Orang gilaaa... orang gilaaaa....

Dimas kesal, tapi ia mencoba meredam emosinya. Bocah-bocah tersebut terus menerus meneriaki Dimas "orang gila".

DIMAS

Saya enggak gila.

Dimas kesal. Para bocah tak henti-hentinya mengejek Dimas.

DIMAS (CONT'D)

Saya bukan orang gila.

Dimas melanjutkan langkahnya. Padahal tadi bocah-bocah itu takut dengan anjing, kenapa sekarang malah mengolok-olok Dimas?

Para bocah mengikuti Dimas dari belakang sambil tetap mengolok-olok Dimas "orang gila". Makin lama, Dimas makin emosi.

Dimas membalikkan badannya. Ia murka.

DIMAS

(mengamuk)

Dibilangin saya bukan orang gila!! PERGI! HUSH! SANA PERGI!

Para bocah pun berlari-lari kecil melewati Dimas, sambil tetap mengolok-olok Dimas.

DIMAS

SALAH! SAYA DOWN SYNDROME, BUKAN GILA!

CUT TO:

EXT. PANTAI - SIANG

Flashback saat Dimas masih kecil, saat dia berumur 10 tahun.

Dimas sedang bermain di pantai. Bersenang-senang. Ia berlari-lari menghindari ombak, bersama ibunya. Mereka berdua saling berpegangan tangan. Keduanya terlihat bahagia.

CUT TO: Terlihat beberapa pengunjung pantai memandang jijik ke arah Dimas, karena Dimas terlihat berbeda.

EXT. PANTAI - SIANG

Kita masih berada di flashback yang sama.

Terlihat ada beberapa anak yang ingin menghampiri Dimas untuk mengajak bermain bersama di pantai. Tapi, orang tua mereka melarang mereka.

ORANG TUA #1

Mau kemana kamu?

ANAK #1

Aku mau main sama anak itu, Ma.

ORANG TUA #1

Jangan. Enggak boleh. Kamu main disini aja. Jangan kesana. Dia orang gila.

EXT. PANTAI - SIANG

Pengunjung lain.

ANAK #2

Kenapa gak boleh main sama dia, Pa?

ORANG TUA #2

Dia itu anak idiot. Jangan deket-deket sama orang kayak begitu. Nanti nular ke kamu.

EXT. PANTAI - SIANG

Ibu Dimas tengah duduk di pasir pantai. Tatapannya ke arah Dimas yang sedang bermain pasir. Walau ia menatap Dimas, tapi telinganya fokus mendengarkan komentar pengunjung pantai.

PENGUNJUNG #1 (V.O)

Eh, itu anak gangguan jiwa bukan sih?

PENGUNJUNG #2 (V.O)

Kayaknya anak idiot deh.

PENGUJUNG #1 (V.O)

Ih, sama aja bukannya?

Sesaat Ibu Dimas merasa goyah. Ia kini tersenyum melihat Dimas. Apapun yang dikatakan orang, Dimas berhak bahagia.

EXT. PANTAI - SIANG

Masih di flashback yang sama.

Segerombolan anak bermain di sekitar Dimas.

ANAK #1

Eh, agak kesinian mainnya. Kata mamaku, dia orang gila. Ga boleh deket-deket.

(menunjuk ke Dimas)

ANAK #2

Kata papaku dia idiot, tauk!!

ANAK #3

Orang gila sama aja orang idiot. Gak ada bedanya.

Dimas mendengar percakapan anak-anak di sebelahnya

DIMAS

(murka)

AAARRGGHHHHH.......

Dimas berlari ke kumpulan anak-anak tersebut, menyerang mereka. Ia melemparkan pasir, mengamuk. Dimas mendorong salah satu anak.

Anak-anak itu berlarian menjauh. Ada yang ketakutan melihat Dimas bertindak agresif seperti itu, ada juga yang menangis.

Ibu Dimas sontak bangkit dari duduknya, mencoba menahan Dimas dari amarahnya. Raut mukanya pilu melihat Dimas bertindak demikian. Ia memeluk Dimas.

IBU DIMAS

Sudah, Dimas, sudah.

Dimas mengerang, mencoba kabur dari pelukan ibunya.

IBU DIMAS (CONT'D)

Gak papa, nak. Ibu disini. Ibu disini sama Dimas. Tenang ya nak.

Dimas masih menangis tersedu-sedu di hadapan ibunya. Ibunya menggenggam kedua bahu Dimas, menabahkan Dimas agar tidak lagi menangis.

IBU DIMAS (CONT'D)

Dimas tadi kenapa?

DIMAS

K..kata mereka, Dimas g...gila, i...idiot...

IBU DIMAS

Teruuuss?? Dimas kesal ya? Marah?

DIMAS

Iya. Marah.

IBU DIMAS

Dimas boleh marah. Tapi tidak boleh sampai membahayakan orang.

DIMAS

Tapi Dimas enggak gila! Enggak idiot!

Dimas mulai memberontak ke Ibunya.

IBU DIMAS

Iya, iya. Ibu tau, Dimas tenang, ya-- Dimas tahu kan, kenapa Dimas berbeda?

DIMAS

Dimas penderita Down Syndrome.

IBU DIMAS

Apa itu Down Syndrome?

DIMAS

Kelainan genetik kromosom 21.

IBU DIMAS

Betul, kelainan genetik. Terus, apa Dimas sedih karena mengidap Down Syndrome?

DIMAS

Dimas kesal karena diejek orang gila, orang idiot. Bukan karena Down Syndrome.

Amarah Dimas kembali naik.

Ibu Dimas memegang bahu Dimas dengan erat, mencoba menabahkannya.

IBU DIMAS

Dimas memang berbeda. Tapi, ingat kata Ibu, Dimas itu anak yang cerdas.

Diam.

IBU DIMAS (CONT'D)

Dimas harus kuat.

DIMAS

(menangis)

Tapi tadi ada yang bilang Dimas idiot.

IBU DIMAS

Itu karena mereka gak mengenal Dimas. Kalau sudah kenal, pasti mereka sadar kalau Dimas anak yang cerdas.

Ibu Dimas memegang kedua bahu Dimas, menguatkan Dimas untuk berdiri tegak. Dimas harus kuat.

IBU DIMAS (CONT'D)

Dengerin Ibu, ya nak. Dimas bisa melakukan apa saja yang Dimas mau. Walaupun Dimas berbeda, tapi Ibu yakin Dimas bisa seperti orang lain. Ibu bisa bantu Dimas melakukan yang Dimas mau, tapi Dimas juga harus bantu Ibu. Ibu akan bantu kamu jadi anak yang mandiri. Ibu akan selalu bantu Dimas sampai Dimas bisa mandiri.

CUT TO:

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar