1. INT. KAMAR DANICA — MALAM HARI
(ESTABLISH RUMAH DANICA)
Semua anggota keluarga itu sudah tidur, malam itu sangat sepi bahkan suara tangis Danica Aindrila yang baru saja ditolak di perguruan tinggi impiannya, sama sekali tidak terdengar.
Danica Aindrila (17 tahun)
(Berbicara dalam hati sambil menangis)
Apa aku kurang belajar ya? Di bagian mana yang aku terlewat? Aku harus apa sekarang? Oh Tuhan, aku bisa gila memikirkan bagaimana masa depanku. Jangankan masa depan, bangun besok pagi aja aku takut. Aku ga tahu apa yang harus kulakukan....
(Tertidur, masih dengan air mata yang belum kering)
2. INT. RUANG MAKAN — PAGI HARI
Masih dengan wajah lelah, Danica Aindrila sudah duduk di ruang makan, memakan roti sambil tetap fokus menatap layar laptopnya.
Mama Iris (40 tahun)
Kamu ngapain? Masih pagi loh.
(Sambil menuangkan air ke dalam gelas dan minum)
Danica Aindrila
Ini Ma, Nica mau apply lagi ke tempat lain
(Sambil mengetikkan sesuatu di laptopnya)
Mama Iris
Oh jadi kamu mau lamar kemana lagi? Baru aja kemarin loh pengumuman yang ditolak. Kamu gak mau istirahat dulu? Supaya gak teledor kayak sebelumnya.
Danica Aindrila
Nica mau lamar ke Universitas Arlando Ma, masih dengan jurusan yang sama.
Mama Iris
Kamu kalau mau kuliah, cari jurusan yang prospek kerjanya ga butuh penampilan. Kebanyakan pekerjaan sekarang butuh yang berpenampilan menarik, yang cantik, tinggi.
(Lalu pergi meninggalkan ruang makan)
Danica Aindrila
(Menangis sambil berkata dalam hati)
Jadi menurut mama aku setidak menarik itu? Aku gak boleh nyerah. Kali ini aku harus bisa lolos.
3. EXT. HALAMAN RUMAH DANICA—DAPUR—RUANG TAMU — SORE
Danica menyiram tanaman dan masih saja memikirkan tentang perkuliahannya. Padahal dia sudah berhasil apply ke Universitas Arlando, tapi tetapi saja ada yang membuatnya khawatir dan mengingat satu perkataan yang pernah Mamanya katakan.
CUT TO
FLASH BACK
Mama Iris di dapur sambil memotong sayuran.
Mama Iris
Jadi perempuan itu setidaknya menjadi pintar atau cantik. Kalau bisa sih keduanya. Kalau kamu tidak cantik, jadilah pintar agar dunia punya alasan untuk menerima kamu. Kalau kamu tidak pintar, maka pastikan kecantikan dapat menolongmu. Kalau kamu tidak termasuk keduanya, siap-siap tidak memiliki tempat di dunia.
CUT BACK TO DANICA DI TAMAN
Danica Aindrila
(Berbicara dalam hati dan tatapan kosong)
Mama sudah memberi jawaban bahwa aku bukan perempuan cantik. Tapi, kegagalan kemarin membuat aku merasa bodoh. Aku juga gagal menjadi perempuan pintar. Apa dunia akan segera menolakku? Oh tidak, bukannya aku udah ditolak dari dulu ya? Kenapa aku harus takut?
Lamunan Danica terhenti karena tiba-tiba...
Papa Zaki
Nica, awas kena tetangga (sedikit berteriak). Kamu lagi lamunan apa hayo... (dengan tatapan menggoda anaknya) Jangan ngelamun terus ah. Udah sore nih.
Danica Aindrila
Ma, maaf Pa. Nica keasikan ngelamun hehehe. Papa baru pulang? Ada bawa makanan gak? (tersenyum, berusaha menyembunyikan sedihnya)
Papa Zaki
Ada dong sayang. Nanti kita makan sama-sama yah. Oiya, kamu sudah menentukan pilihan mau lanjut kemana? Kemaren gagal, bukan berarti kamu berhenti kan?
(Danica meletakkan selang dan ikut Papanya masuk rumah)
Danica Ainrila
Oh, enggak nyerah dong Pa. Nica udah daftar lagi ke Universitas Arlando, jurusan Psikologi Pa.
Papa Zaki
Woah, Papa suka ambisi kamu. Kalau gagal, coba lagi. Jatuh bangkit lagi. Itu baru anak Papa. (Sambil mengenggam bahu anaknya). Papa tahu kemarin kamu sedih, Papa senang kamu sekarang memilih untuk move on. Janji sama Papa, kegagalan apapun yang kamu hadapi, kamu harus move on yah. Entah harus mencoba hal baru atau mencoba lagi dengan strategi berbeda.
Danica Aindrila
Siap Kapten! (Sambil meniru sikap hormat prajurit). Yuk Pa, makan bareng oleh-oleh Papa.
(Sambil menggandeng Papa masuk ke dalam rumah)
Sambil mendengar Papanya bercerita, Danica Aindrila bersyukur dalam hati.
Danica Aindrila
Oh Tuhan, terima kasih untuk Papa yang luar biasa. Kata-kata Papa tadi membuat ambisiku untuk melajutkan kuliah bangkit lagi. Cuma Papa yang bisa mengalahkan insecurity yang tadi menyerangku. Kalau sama Papa, aku merasa menjadi anak perempuan yang cantik dan juga pintar. Aku jadi percaya diri. Kali ini aku pasti bisa.
4. INT. RUANG TEST — PAGI
(ESTABLISH GEDUNG TEST)
Seminggu kemudian, Danica Aindrila sedang berada di ruang ujian bersama peserta ujian lainnya. Pesertanya sekitar 40 orang dalam satu ruangan dan masing-masing mendaftar di Universitas Arlando untuk jurusan yang beragam.
Narendra
Maaf Mbak, ini kursi 17 ya? Saya no 17
(sambil menunjukk nomer yang tertera ditempat Danica sekarang duduk)
Danica Aindrila
Oh maaf-maaf, tadi harusnya duduk di 18
(Sambil berpindah ke kursi sebelahnya)
Narendra
Pasti gugup ya, santai aja mbak. Kalau udah jodohnya, pasti keterima kok.
Danica Aindrila
Iya mas, saya takut ga bisa jawab. Ini kesempatan saya yang kedua, kalau ini gagal, saya pusing harus ngapain. Eh, maaf jadi kejauhan ceritanya.
Narendra
Gapapa, kamu pasti baru lulus SMA ya?
Danica Aindrila
Loh, emang masnya enggak?
Narendra
Aku udah lulus tahun lalu, sebenarnya udah kuliah juga di Universitas Arlando. Tapi kayanya salah jurusan, jadi mau coba lagi jurusan baru.
Danica Aindrila
Hah? emang bisa gitu? Kenapa gak pindah jurusan aja?
Narendra
Lah ini, mau pindah jurusan. Kalau mau pindah tetap harus ikut test lagi. Oiya, kenalin, Narendra.
(sambil mengulurkan tangannya)
Danica Aindrila
Danica Aindrila (berjabat tangan). Jadi kali ini daftar di jurusan apa?
Narendra
Teknik Informatika, kamu?
Danica Aindrila
Aku Psikologi
Narendra
Apa? Aku jug...
Kalimat yang ingin diucapkan Narendra terhenti karena pengawas test masuk ke ruangan, membagikan soal ujian sembari memeriksa kelengkapan berkas semua peserta.
Semua peserta mengerjakan tes dengan sangat serius, termasuk Danica.
5. EXT. HALAMAN GEDUNG TEST — SIANG
Semua peserta telah selesai mengerjakan test, tetapi sepertinya belum ada yang berniat pulang. Ada yang orangtuanya datang menjemput sambil bercerita tentang ujian tadi. Ada juga yang hanya berbicang dengan peserta lainnya, seperti Danica dan Narendra.
Narendra
Gimana tadi? Lancar?
Danica Aindrila
Semoga ya. Kamu gimana? Eh aku manggilnya kakak aja apa yak? Kan kamu sebenarnya senior. Eh kak. Aduh gimana sih?
Narendra
(Tersenyum) Santai aja kali Ain, panggil Narendra aja. Tapi, nih ya kalau kita ketemu lagi di Universitas Arlando sebagai senior dan junior, kamu wajib panggil aku "Kak Narendra". Tapi kalau kita ketemu sebagai teman seangkatan ya panggil Narendra aja selamanya.
Danica Aindrila
Semoga kita beneran ketemu Universitas Arlando ya. But, tadi apa ya? Ain? (sambil merengutkan keningnya)
Narendra
Duh sorry, susah nama kamu tuh. Lebih mudah panggil Ain.
Danica Aindrila
Nama kamu juga susah, Narendra, banyak R nya hahahaha.
Narendra
Terserah kamu mudahnya gimana, panggil Ren boleh, panggil Naren juga boleh, panggil Rendra, Ndra, terserah. Asalkan jangan panggil sayang aja, belum waktunya hahahaha.
Danica Aindrila
Hahahaha, ternyata mahasiswa Universitas Arlando bisa bercanda juga ya.
Narendra
Bisa dong, masa enggak. Ini kamu langsung pulang, atau ada yang jemput atau gimana?
Danica Aindrila
Kayanya mau cari makan dulu deh, di depan kayanya ada warung makan. Kalau langsung pulang, keburu pingsan hahahaha.
Narendra
Ya udah bareng aja, aku juga mau makan. Tahun lalu sih, sekitar sini ada tempat makan enak.
Danica Aindrila
Lah, tahun lalu? Emang sekarang udah enggak?
Narendra
Iya tahun lalu pas aku ujian disini juga. Makanya yuk kita lihat dulu warungnya.
Mereka pun pergi meninggalkan area lokasi test dan berjalan menuju tempat makan yang disebutkan Narendra.
6. INT.WARUNG MAKAN — SIANG
Danica dan Narendra makan siang di sebuah warung makan kecil di pinggir jalan, tidak jauh dari gedung test tadi.
Narendra
Mbak, nasi ayam kremes satu sama es teh manis satu ya. Kamu pesen apa Ain?
Danica Aindrila
Kayanya, aku mau nasi goreng deh. Mbak, aku nasi goreng satu, jangan dikasih kol sama timun ya, kalau bisa ganti jadi sawi sama tomat aja. Minumnya es teh manis juga.
Penjual
Ya, ditunggu ya.
(Danica dan Narendra mengambil tempat duduk dekat kipas angin)
Danica Aindrila
Kamu kenapa ngerasa salah jurusan?
(Danica memulai pembicaraan)
Narendra
Dulu aku berambisi untuk menjadi mahasiswa teladan dengan nilai sempurna. Tapi pada kenyataannya, aku gak benar-benar bisa menikmati pembelajaran di jurusanku. Lebih tepatnya, gak semudah yang aku bayangkan.
Danica Aindrila
Oya? berarti Teknik Informatika lebih mudah?
Narendra
Gak juga sih. Dulu aku bercita-cita jadi seorang yang ahli dibidang IT. Tapi karena insecurity dan banyak suara dari orang-orang, aku memilih untuk mengubur dalam-dalam kuliah dibidang teknik dan putar haluan ke bidang lain.
Danica Aindrila
Terus, sekarang ambisinya jadi ahli IT udah bangkit lagi dong.
Narendra
Oh pasti berambisi dong, tapi insecurenya juga masih hahahaha. Aku gak akan pernah tahu hasilnya gimana kalau aku gak pernah nyoba. Kalau ambisi sama insecure tu bakal ada terus Ain ga ada habisnya.
Danica Aindrila
Iya sih, aku juga kemarin gagal di Universitas impian aku dari dulu. Tapi aku memilih nyerah aja karena aku mau memperjuangkan psikologinya. Kalau udah ditolak mau gimana lagi, aku harus cari yang lain yang mau menerima aku jadi mahasiswanya.
Narendra
Hahaha, percaya sama aku Ain, kita pasti ketemu di Arlando.
Danica Aindrila
Aminnnn
Penjual
Permisi, nasi ayam, nasi goreng, es teh manis 2. Udah semua ya?
Narendra & Danica Aindrila
Udah mbak, makasih ya...
(Keduanya mulai menyantap makanan mereka)
Narendra
(Memberikan ponselnya pada Danica)
Instagram kamu?
Danica Aindrila
(Menerima ponsel Narendra dan mengetikkan nama Instagramnya "@ainicadrila")
Kabar-kabar ya hasilnya gimana. Jangan sombong ntar kalau udah di Arlando
(sambil memberikan kembali ponsel Narendra)
Narendra
(sambil menerima ponsel) Pasti dong. Udah aku follow ya. Jangan lupa follow balik.
Danica Aindrila
Udah nih
(Sambil menunjukkan ponselnya pada Narendra)
Narendra
Eh, kamu suka bola? Jarang-jarang loh, cewek posting foto pakai baju club bola.
Danica Aindrila
Suka, dulu karena Papa juga suka. Tapi beda, dia suka MU. Kalau aku cuma suka Neymar.
Narendra
Woah, sejak kapan? Biasanya cewek tu suka Korea loh.
Danica Aindrila
Tepatnya sih dari Piala Dunia 2014 yang di Brazil tapi kalah itu loh. Ga tau kenapa, suka aja sama Neymar.
Narendra
Wow! Berarti kita sahabatan dong, Aku fans beratnya Messi. Nanti kalau udah di Arlando, kita nonton bareng ya.
Danica Aindrila
Siapa takut! Kita buat fans club lawan insecure hahahha.
Begitulah pertemuan Danica Aindrila dengan Narendra yang tidak terduga. Untuk dua orang yang baru saling mengenal, mereka termasuk yang cepat sekali akrab.
7. INT.RUMAH DANICA—DAPUR—KAMAR DANICA — SIANG
Sebulan sudah berlalu dan hari ini pengumuman hasil test akan diumumkan secara online. Sambil makan siang, Danica Aindrila sudah standby membuka website pengumuman melalui laptopnya.
Mama Iris
Kata Papa, kamu hari ini pengumuman Universitas Arlando ya?
Danica Aindrila
Iya Ma, jam 3 sih sih. Cuma biasanya webnya eror kalau banyak yang akses. Makanya aku standby terus dari tadi biar nanti gak susah bukanya.
Mama Iris
Gitu ya. Oiya, ternyata kakak sepupu kamu, Carla juga kuliah di Universitas Arlando. Cuma kayanya bukan fakultas Psikologi deh.
Danica Aindrila
Serius Ma? Aduh, kalau ketrima nanti Nica bakal langsung hubungin kak Carla deh.
Mama Iris
Nica, emangnya kamu masih belum yakin bisa keterima? Bentar lagi udah pengumuman loh.
Danica Aindrila
Ya kan, ada banyak kemungkinan yang bisa terjadi Ma.
Mama Iris
Pikirin hal yang bisa menguntungkan kamu dong.
(Danica terdiam)
Kamu udah ada kenalan di Arlando?
Danica Aindrila
Itu tadi, kak Carla
Mama Iris
Maksud Mama teman yang lain, ada ga?
Danica Aindrila
Ada sih Ma, ketemu waktu ujian. Dia udah satu tahu di Arlando dan kuliah di Universitas Arlando juga.
Mama Iris
Langsung hubungin dong, biar nanti di Arlando kamu udah langsung punya teman jadi udah ga susah. Ya udah, Mama siap-siap mau pergi ketemu sama ibu-ibu dulu ya, ada acara. Kamu jaga rumah sama adek ya.
Danica Aindrila
Iya Ma.
(Mama Iris, pergi)
Danica jadi teringat pada Narendra. Sejak berpisah di tempat makan itu, mereka sama sekali tidak ada komunikasi. Bahkan Narendra tidak pernah posting apapun di Instagramnya. Danica akhirnya memberanikan diri untuk mengirim pesan duluan.
Danica Aindrila
(Melalui pesan instagram)
Narendra, apa kabar?
Are you ready for the result?
(Sent)
Sampai hampir jam 3, tidak ada pesan baru yang masuk ke instagram Danica. Sesekali sambil melihat jam, memastikan website pengumuman tetap di refresh dan bolak-balik cek pesan instagram dari Narendra.
(Jam menunjukkan pukul 3)
Danica Aindrila
(Merefresh website pengumuman)
"SELAMAT ANDA DINYATAKAN LULUS DI PSIKOLOGI UNIVERSITAS ARLANDO"
Hah? Ini beneran? Thanks God...
Finaly, satu ambisi aku tercapai.
(Langsung mengambil ponselnya dan menelpon Papa)
Hallo Pa? Papa pulangnya masih lama?
INTERCUT
(Adegan telepon Papa Zaki dan Danica)
Papa Zaki
(Berjalan menuju parkiran)
Halo sayang, ini udah mau pulang sih. Kenapa kamu mau nitip sesuatu?
Danica Aindrila
Enggak Pa, Nica cuma mau kasih kabar baik kalau NIca keterima di Universitas Arlando Pa.
Papa Zaki
Woah hebat anak Papa nih calon psikolog. Papa bangga sama kamu. Oke bentar, Papa bawa oleh-oleh ya sebagai hadiah atas kesuksesan kamu hari ini.
Danica Aindrila
Asik, makasih Pa. Nica tunggu ya, hati-hati pulangnya.
(Menutup teleponnya dan menelpon Mamanya)
(suara operator: "nomor yang anda tuju sedang sibuk")
Yah sedang sibuk lagi. Chat aja deh
(mengetik pesan kepada Mamanya)
Ma, aku ketrima di Universitas Arlando
Danica sangat senang, dia kemudian membereskan semua buku soal yang dia punya dan semua benda-benda yang dia gunakan selama perjuangan masuk perguruan tinggi. Hingga dia ingat bahwa dia tadinya ingin menghubungi seseorang.
Danica Aindrila
(Menulis pesan untuk Narendra melalui instagram)
Hey, gimana hasilnya?
Jadi aku harus tetap manggil kamu Narendra atau kak Narendra nih?
(Sent)
Tiba-tiba ada telpon masuk dari Carla dan Danica mengangkatnya
INTERCUT (Adegan Telepon Danica dan Carla)
Danica Aindrila
Hallo kak Car, baru aja gue mau telpon loe kak
Carla
(Duduk sambil memegang sebuah buku terbuka di taman)
Iya, kemarin tante Iris bilang kalau loe daftar di kampus gue dek. Gimana hasilnya? Udah pengumuman kan?
Danica Aindrila
Udah dong kak dan syukur banget kak gue ketrima. Kalau enggak, udah gak tau gue.
Carla
Wah selamat adikku, loe jurusan apa? Biar ntar gue tanyain info-info dari temen yang sejurusan sama loe.
Danica Aindrila
Psikolgi kak.
Carla
Fiks ini adek gue calon mahasiswa ambis se Arlando.
Danica Aindrila
Ya elah kak, Mahasiswa ambis tapi insecure-an maksud loe?
Carla
Manusia kaya loe insecure juga dek?
Danica Aindrila
Ya mau gimana kak, namanya juga manusia.
Carla
Hahahha, bisa aja. Loe kabarin kalau udah mau berangkat Arlando ya. Ntar gue jemput. Loe tinggal sama gue aja, Gue tinggal di rumah kok disini. Bareng gue ya.
Danica Aindrila
Siap kak sist
Carla
Ya udah kita lanjut nelponnya lain kali ya, ini gue mau rapat dulu.
Danica Aindrila
Hah? Rapat? Rapat apaan?
Carla
Rapat penyambutan loe, penyambutan mahasiswa baru, ospek, ospek.
Nemenin temen gue sih tapi abis itu kita mau lanjut rapat UKM.
Danica Aindrila
Oh, oke kak, bye.
(Menutup telpon)
(Terdengar suara ketukan pintu)
Danica Aindrila
(Menuju pintu dan membukanya)
Papa....
Makasih ya Pa buat doanya, dukungannya, karena Papa aku jadi percaya untuk memilih move on dari Universitas impian aku
Papa Zaki
Sama-sama dong sayang. Papa juga harus berterima kasih sama kamu karena sudah memilih untuk semangat dan move on meskipun kamu punya pilihan untuk sedih. Papa bangga sama kamu.
Danica Aindrila
Nica jadi terharu...
(Memeluk Papanya)
Terdengar suara ketukan pintu lagi, kali ini Papa Zaki yang beranjak dari duduknya untuk membuka pintu
Papa Zaki
(Membuka pintu)
Ma, udah selesai acaranya? Yuk masuk, makan cemilan dulu.
Mama Iris
(Masuk rumah dan duduk)
Papa beli donat coklat lagi untuk Nica? Kan udah mama bilang pa, gak bagus, bikin gendut loh.
Papa Zaki
Mah, lupain dulu lah masalah gendut-gendutan. Ini hari bahagianya Nica loh yang baru lolos masuk perguruan tinggi negeri, di kota Arlando lagi, yang universitas-universitasnya terkenal yang paling bagus se-Indonesia loh.
Mama Iris
Kapan harus berangkat ke Arlando Nic? (sambil mengambil donat dan memakannya)
Danica Aindrila
Belum ada kabar Ma, tapi kayanya bulan depan deh. Tadi Nica juga udah ngobrol sama kak Carla.
Mama Iris
Bagus dong, jadi kamu punya waktu sebulan untuk siap-siap. Yang fokus persiapannya! Ini pertama kalinya kamu akan tinggal sendiri loh. Jakarta ke Arlando itu bukan jarak yang dekat. Si Carla aja jarang pulang tuh.
Danica Aindrila
Iya Ma,nanti aku siapin sebaik-baiknya.
Papa Zaki
Yang persiapan gak cuma Nica dong Ma, tapi kita juga. Kita juga harus bantuin Nica, emangnya Mama gak mau ikut nganterin Nica ke Arlando?
Mama Iris
Bukannya gak mau Pa, tapi biayanya itu loh. Kalau ada Carla juga pasti udah beres semua lah. Lagian Nica harus belajar mandiri dong.
Danica Aindrila
Iya Pa, Mama bener. Nica harus mandiri. Oiya Mama tadi belanja buat makan malam ga?
Mama Iris
Ada nih, ikan nila.
Danica Aindrila
Sini, biar Nica langsung masak
(Sambil mengambil belanjaan Mamanya, Nica pergi ke dapur)
8. EXT.BANDARA — PAGI
Kini sudah tiba saatnya Danica Aindrila akan berangkat ke Arlando. Dia diantar ke Bandara oleh Papa dan Mamanya. Koper besar, ransel dan beberapa barang lainnya sudah siap dia bawa.
Papa Zaki
Maaf ya sayang, Papa sama Mama cuma bisa ngantar kamu sampai di sini.
Danica Aindrila
Iya Pa, gapapa. Lagian sampai di sana udah ada kak Carla kok.
Mama Iris
Kamu hati-hati ya disana. Kabarin kalau sudah sampai.
Danica Aindrila
Oke Ma.
Papa Zaki
(Melihat jam tangan)
Kayanya kamu sudah bisa masuk, nanti terlalu terburu-buru.
Danica Aindrila
Oiya, udah jam segini. Ya udah Pa, Ma, Nica pamit ya.
(Memeluk Papanya lalu memeluk Mamanya)
Papa Zaki
Oke sayang, semangat ya kuliahnya.
Mama Iris
Yang rajin belajarnya yah.
Danica Aindrila
(Mengangguk sambil tersenyum, lalu berjalan meninggalkan kedua orangtuanya)
(Menoleh ke belakang lalu melambaikan tangan)
See you...
Papa Zaki & Mama Iris
(Melambaikan tangan)
(Pesawat yang di tumpangi Danica Aindrila mendarat di kota Arlando, kota yang dikenal dengan kota sejuta universitas)
Suara Dari Maskapai
Tamu kami yang terhormat, kami informasikan saat ini kita sedang proses pendaratan. Terima kasih sudah memilih terbang bersama kami dan selamat datang di kota Arlando.
Bersambung...