INT. RUANGAN SERBAGUNA ASRAMA. PAGI
Pak Sidik membukakan pintu untuk Ibu Cynthia. Ibu Cynthia perlahan mendekati Bening yang sedang duduk di sebuah sofa.
Ibu Cynthia melihat dengan wajah yang iba, sementara Bening memandang ibunya dengan wajah dingin. Ada sedikit keterkejutan di mata Bening ketika melihat ibunya datang.
Ibu Cynthia mengambil tempat duduk tepat di samping Bening. Dia langsung memegang tangan Bening.
Bening mearik tangannya secara perlahan dari genggaman Ibu Cynthia, yang diikuti dengan memindahkan posisi duduknya menjauh dari Ibu Cynthia.
Ibu Cynthia memandangi bening dengan seribu pertanyaan di benaknya. Bening tidak membalas pandangan mamanya. Dia memilih untuk membuang muka.
Dalam hening, kita bisa melihat jarak di antara mereka.
CUT TO:
EXT/INT. LAPANGAN PARKIR DEKAT ASRAMA/ MOBIL BAYU. PAGI
Bayu terlihat sedang menundukkan kepalanya. Memandangi sesuatu yang sedari tadi dia pegang. Matanya nampak membesar, nafasnya terdengar cepat.
Mesin sedan tuanya juga belum dimatikan. Sesekali dia mengarahkan matanya, ke depan, ke kaca spion dan ke samping.
Dia lalu memasukkan sebuah plastik hitam yang membungkus sesuatu ke dalam laci mobilnya. Dia mendorong plastik itu dengan sekuat tenaganya agar dia bisa masuk ke bagian yang paling dalam dari laci.
Lalu tiba-tiba telponnya berdering. Panggilan itu dari Pak Sidik. Bayu langsung mengangkatnya.
BAYU
Ya Pak Sidik?
INTERCUT
INT. LORONG. ASRAMA
Pas Sidik menelpon Bayu sambil berjalan ke kanan dan ke kiri berulang-ulang.
SIDIK
Yu, cepat ke sini.
Saya ada kerjaan tambahan buat kamu.
BAYU (O.S.)
Wah, kalau kerjaan tambahan
berarti dapet tambahan juga donk!
SIDIK
Alah, kamu nih mikirnya duit mulu. Kerja dulu.
Kamu cepet ke sini ya!
Pak Sidik langsung menutup telponnya.
INTERCUT
EXT/INT. LAPANGAN PARKIR ASRAMA/ MOBIL BAYU. PAGI
Bayu memegangi telponnya sambil menyunggingkan senyuman tipis di bibirnya.
CUT TO:
EXT PINTU DEPAN ASRAMA. PAGI
Mobil sedan tua Bayu sudah terparkir di depan asrama. Pak Hermawan, Ibu Cynthia, Pak Sidik, dan Bening sudah ada di depan pintu asrama.
Bening langsung masuk ke dalam mobil Bayu.
Raut wajah Pak Hermawan terlihat cemas.
PAK HERMAWAN
Pak, ini beneran aman?
Soalnya mobilnya....
Pak Sidik tersenyum kepadanya.
PAK SIDIK
Tenang aja pak.
Mobilnya gk seburuk yang bapak lihat.
Ibu Cynthia nampak menasihati bening melalui jendela mobil yang terbuka.
IBU CYNTHIA
Nak, nanti kasih kabar ya kalau udah sampe.
Bening nampak tidak menggubris perkataan mamanya. Giliran Ibu Cynthia yang menasehati Bayu.
IBU CYNTHIA
Hati-hati ya Mas Bayu. Tolong kasih kabar!
BAYU
Ok bu. Pasti.
Pak Sidik memberikan jempolnya ke Bayu.
BAYU
Jangan lupa tambahannya yang banyak ya pak!
Pak Sidik terlihat kesal.
PAK SIDIK
Udh sono-sono.
Bayu tertawa mendengar selorohan Pak Sidik.
Wajah Ibu Cynthia masih terlihat cemas ketika melihat Mobil Bayu pergi menjauh, namun Pak Hermawan mengelus-elus pundak istrinya.
PAK HERMAWAN
Tenang ma. Bening pasti kembali. Papa Janji!
Ibu Cynthia memandangi wajah suaminya.
CUT TO:
EXT. JALANAN MENUJU LEMBANG. SIANG
Nampak Mobil sedan tua Bayu melaju dengan cepat. Di papan direktori jalan, kita bisa melihat tulisan Lembang.
CUT TO:
EXT/INT. JALANAN MENUJU LEMBANG - MOBIL BAYU. SIANG
Wajah Bening menatap ke samping sambil melamun. Sementara Bayu menatap lurus ke depan. Mereka duduk sambil menyandar ke pintu. Di bawah panas matahari yang terik, jarak di antara mereka masih lebar.
CUT TO:
EXT/INT. GERBANG TOL - MOBIL BAYU. SORE
Bayu membuka kaca jendela mobil dengan memutar sebuah knob. Dia menyodorkan uang kepada penjaga gerbang tol, lalu Bayu menerima struk dan membuangnya di sebuah ceruk di bagian pintu mobil.
Di ceruk tersebut banyak terdapat kertas struk serupa yang berceceran.
Bayu memberanikan diri untuk membuka pembicaraan.
BAYU
Kamu pasti tegang ya? Ada di Grand final?
Bening tidak mengacuhkan perkataan Bayu. Dia tetap melihat ke samping dengan tatapan mata kosong.
BAYU
Oh ya. Aku lupa kalau suara kamu hilang.
Ucapan Bayu memancing reaksi Bening. Bening menatap Bayu dengan tajam yang membuat Bayu merasa bersalah.
BAYU
Maaf. Aku gk bermaksud untuk menyinggung.
Bening kembali menatap ke samping dan menghiraukan Bayu.
CUT TO:
EXT. JALANAN MENUJU LEMBANG. SORE
Langit mendung dan rintik-rintik hujan pun turun menerpa kaca depan mobil sedan tua Bayu.
CUT TO:
EXT/INT. MOBIL BAYU. SORE
Suara air hujan yang menerpa kaca depan mobil nampak ritmik namun begitu berisik dan keras. Bayu menyalakan wiper mobilnya.
Dia juga berinisiatif untuk menyalakan tape dan memutar lagu cinta yang akan dinyanyikan Bening di malam Grand Final.
BAYU
Itung-itung latihan ya, ning.
Bening dengan segera mematikan tape mobil. hal ini membuat Bayu heran.
BAYU
Kenapa? Ada yang salah lagi?
Bening memalingkan kepalanya lagi dari Bayu.
BAYU
Ada apa sih sebenarnya?
Kasih tahu deh, biar aku ngerti.
Bening mengambil ponselnya lalu mengetikkan sesuatu : “Lagi gk mood!”
Ponsel Bayu berbunyi karena ada pesan masuk. Pesan itu dari Bening.
BAYU
Ok. Fine.
Bayu menganggukan kepalanya.
CUT TO:
EXT. JALANAN - HALAMAN RUMAH MAKAN. SORE
Mobil Bayu nampak menepi dan masuk ke halaman sebuah rumah makan.
CUT TO:
EXT/INT. MOBIL BAYU. SORE
Bening nampak sedikit terkejut ketika mereka mulai menepi. Dia memandangi Bayu dengan pandangan penuh tanda tanya.
Bayu mengerti apa yang ada di pikiran Bening.
BAYU
Mau makan dulu. Laperr!
Dari pagi belum keiisi.
Bayu membuka pintu sementara Bening masih terlihat bingung. Bayu menutup pintu membiarkan Bening dalam keadaan bingung.
Bayu kembali membuka pintu mobilnya.
BAYU
Emang kamu gk laper?
Bening dengan enggan melepaskan seat beltnya.
CUT TO:
INT. RESTORAN. SORE.
Seorang pelayan lewat mengantarkan makanan ke meja lain, melewati Bening yang sedang memakai kacamata hitam dan kelihatan cemas.
Piring makan Bening masih utuh sementara piring makan Bayu sudah kosong.
BAYU
Ngapain juga pake kacamata hitam?
Bening masih melirik ke kanan dan ke kiri. Bayu lalu mengetikkan sesuatu di Whatsappnya : “Sok artis banget sih!”
Bening terlihat tersinggung dengan pernyataan Bayu. Dia lalu mengetikkan sesuatu di Whatsappnya : “Siapa juga yang ngaku artis?”
Bening menambahkan : “Aku pake ini supaya gk diliatin fans. Risik tahu.”
Bayu menaikkan alisnya, : “Masih untung punya fans yang mau ngerubungin kamu, daripada laler! Gak ada fans, kamu gk akan sampe final kali.”
Bening kembali mengetikkan sesuatu di pesan Whatsappnya. “Emang kamu pikir, fans semata-mata ada di sana cuman buat aku? Buat mereka juga kali.”
Bayu membalas Bening. “Ya yang paling banyak diuntungkan kan kamu. Fans mah cuman bisa berandai-andai.”
Bening tidak membalas. Dia merenungkan kata-kata Bayu sementara Bayu memilih membuka sosial medianya untuk melihat beberapa video.
Bening nampak mengaduk-aduk piring makanannya. Dia terlihat tidak nafsu makan. Sementara Bayu semakin larut dengan keasyikkannya sendiri yang membuatnya senyum-senyum sendiri.
Terdengar suara musik upbeat dari perangkat headset yang tertancap di telinga Bayu. Hal ini membuat Bening penasaran.
Bening melongok, mengintip apa yang sedang ditonton oleh Bayu. Rupanya itu artis K pop yang sedang menyanyi dengan lip sync.
Giliran Bening yang kini tersenyum tanpa suara. Bayu terlihat tersinggung. Bayu mengetikkan sesuatu di whatsappnya : “ada yang lucu?”
Bening membalas : “Malu sama kerjaan woy. Guru vokal kok nontonnya orang dance-dance doank. Lip sync pula.”
Bayu membalas mengetikkan sesuatu : “Emangnya ada yang salah?”
Bening tidak mau kalah : “Penyanyi yang gak nyanyi pake suaranya sendiri ya bukan penyanyi kan?”
Bayu semakin geram : “Hey, itu suara mereka juga kali. Emang kamu bisa nyanyi sambil ngedance? Ngos-ngosan iya!”
Bening semakin terpancing : “Berarti mereka itu bukan grup musik tapi grup dance yang cuman jual muka sama bodi!”
Muka Bayu terlihat merah : “Mereka itu profesional. Lagipula industri hiburan sudah bergeser. Suara bukan lagi nomer satu, tapi semuanya harus jadi satu package. Dance, musik, suara sama appearance.”
Bayu masih belum puas : “Lagian apa yang mereka lakukan ini menghasilkan keuntungan yang besar. Devisa buat negaranya. Jadi jangan nge-judge. Mereka itu dicintai oleh fans sama seperti mereka mencintai dan percaya sama fans mereka! Gak kayak kamu!”
Mendengar itu, Bening tersentak dan menaruh ponselnya di meja sambil melipat tangannya di dada.
CUT TO:
EXT. JALANAN DEKAT LEMBANG. MAGHRIB
Mobil tua Bayu melesat maju memasuki area berkabut yang dingin.
CUT TO:
EXT/INT. MOBIL BAYU. MAGHRIB
Hawa dingin merasuk ke dalam mobil Bayu. Nampak AC bayu mengeluarkan udara berwarna putih. Bayu dan Bening pun mengenakan pakaian tebal mereka.
Mereka duduk sambil menyender ke pintu mereka masing-masing. Mereka saling memalingkan wajah. Hubungan mereka menjadi dingin dan kaku.
Lalu ponsel Bening berbunyi. Sebuah pesan Whatsapp masuk dan itu berasal dari ibunya, : “Sudah sampe belum, nak?”
Bening melihat ke layar ponselnya, lalu tidak memedulikan pesan tersebut. Dia balik memandangi pemandangan melalui jendela mobilnya sambil memikirkan sesuatu.
Beberapa saat berselang suara deru motor CBR, dengan mesin besar nampak menggema hingga ke dalam mobil Bayu, membangunkan Bening dari lamunannya.
Rupanya ada konvoi motor CBR di jalanan oleh anak-anak muda. Salah seorang dari anggota konvoi nampak mengendarai motornya tepat di samping mobil Bayu.
Dia mengatakan sesuatu yang membuat Bayu membuka kaca jendelanya. Suara pemotor sayup-sayup terdengar.
PEMOTOR CBR
Mobil lu antik.
Sudah bisa masuk museum!
Pemotor itu lalu mendahului mobil Bayu dengan mudah sambil menyemburkan asap putih ke mobil Bayu yang membuat mobil Bayu sedikit oleng.
BAYU
Dasar orang kaya!
Nyombongin harta bapak lu aja bisanya!
Bayu kembali fokus, namun laju mobilnya sudah keburu oleng. Bayu tidak bisa menstabilkan laju mobilnya. Badan mobil sebelah kiri menabrak bahu jalan.
Bayu memukul setirnya kencang-kencang. Dia lalu membuka pintu mobilnya.
CUT TO:
EXT. BAHU JALAN. MAGHRIB
Nampak pintu mobil bayu yang sebelah kiri lecet. Bemper mobilnya yang sebelah kiri juga penyok. Bayu mengusap wajahnya sendiri dengan tangannya.
CUT TO