EXT/INT. JALANAN PANTURA. SIANG (H-2)
Sebuah bendera kecil yang tertancap di ujung kap mobil sedan tua, nampak berkibar karena ditiup oleh angin.
Kepala seorang gadis belia berusia 17 tahun,bernama BENING nampak menyembul keluar dari jendela yang terbuka. Gadis itu menutup matanya, menyunggingkan senyuman manis kala hembusan angin menerpa wajahnya.
Di kursi pengemudi nampak seorang lelaki muda berusia 25 tahun bernama BAYU. dia begitu serius memandangi jalanan yang ada di depannya sambil sesekali melihat ke kaca spion.
CUT TO:
EXT. JALANAN PANTURA. SIANG
Mobil sedan tua itu nampak melaju di jalanan yang sepi. Perjalanan mereka nampak lancar. Namun beberapa saat berselang, mobil sedan itu mulai berkurang kecepatannya dan menepi ke sebuah pom bensin.
CUT TO:
EXT. POM BENSIN. SIANG
Meteran bensin di mobil menunjukkan kalau bensin itu sudah habis.
Bayu duduk di kursi pengemudi menunggu sambil beberapa kali mengetukkan jari telunjuknya ke gagang setir. Raut wajahnya sedikit khawatir.
Terdengar suara pintu mobil dibuka yang diikuti dengan masuknya Bening ke dalam mobil. Bening menutup pintu mobil dengan pelan namun pintu mobil butut itu tidak mau menutup.
Sekali lagi dia berusaha mendorong pintu itu keluar untuk menciptakan momentum sebelum akhirnya dia menarik pintu itu kembali dengan sekuat tenaganya.
“Buk!” Pintu tertutup namun pembuka jendela pintu roboh. Sontak Bayu langsung menggelengkan kepalanya.
BAYU
Sial!
Bayu melihat kepala Bening yang terus menunduk.
BAYU
Jangan bilang....
Bayu memukul setir mobilnya.
BAYU
Apa yang harus kita lakukan sekarang?
Bening terdiam. Dia hanya bisa menggenggam erat buku notes yang berukuran sedang, yang selama ini dia gunakan untuk berkomunikasi dengan Bayu.
Kita bisa melihat wajah Bening begitu tegang dan keningnya mengernyit. Pikirannya melayang entah ke mana.
CUT TO:
EXT/INT. MOBIL SEDAN MEWAH BENING. MALAM (H-4)
Flashback
Terdengar suara dari televisi di dalam mobil. Presenter acara televisi sedang membacakan hasil dari acara semifinal kontes menyanyi brand internasional yang disiarkan di sebuah stasiun TV swasta.
PRESENTER ACARA TV 1(O.S.)
Tiga hari yang lalu,
Ajang menyanyi paling cetar se-Indonesia, Voice,
baru saja menghasilkan dua Grand Finalis.
Maya, yang berasal dari Surabaya
dan juga Bening, dengan suaranya yang luar biasa,
yang berasal dari Jakarta.
Pintu mobil mewah Bening dibuka oleh seorang supir pribadi, berpakaian rapi. Bening sendiri mengenakan gaun yang anggun namun tidak menghilangkan kesan remaja dalam dirinya.
Bening mengayunkan kaki kirinya yang jenjang ke lobby sebuah Hotel berbintang 5 di Jakarta.
CUT TO:
EXT. LOBBY HOTEL BINTANG LIMA. MALAM
Semua mata nampak memperhatikan Bening yang berjalan masuk dengan begitu anggun dan cantik. Mereka juga tahu siapa yang sedang berjalan masuk ke dalam hotel, grand finalis kontes menyanyi yang suaranya begitu indah.
CUT TO:
INT. RUANGAN VIP RESTORAN HOTEL. MALAM.
Bening yang masuk ke dalam ruangan segera disambut oleh pelukan dari mamanya, IBU CYNTHIA (46).
IBU CYNTHIA
Selamat ya, Nak. Akhirnya!
Mama gak nyangka.
Bening membalas pelukan itu dengan hangat dan senyum yang lebar di wajahnya.
BENING
Ya ma. Tapi ini bukannya kecepetan ya?
Belum juga juara, ma.
Ibu Cynthia mengantar anaknya yang tercinta ke meja yang disiapkan khusus untuk mereka bertiga.
Di atas meja sudah tersaji makanan-makanan yang menggugah selera.
IBU CYNTHIA
Halah.. mama yakin kamu pasti juara, Nak.
Wong, suara kamu itu
udh gak ada tandingannya gitu kok.
Di ujung ruangan, tepatnya di depan sebuah kaca yang mana kita bisa melongok untuk bisa mengamati para koki yang sedang memasak di dapur, berdiri PAK HERMAWAN (54) yang sedang berbicara lewat panggilan telepon dengan bawahannya.
Suaranya tenang namun terdengar manipulatif.
PAK HERMAWAN
Kamu bilang ke klien, kita selalu pakai lampu terbaik.
Bilang kalau kami selalu mengutamakan klien...
Kalau perlu beliin mereka sesuatu
biar amarah mereka mereda. Ok?
Pak Hermawan langsung menutup panggilan teleponnya lalu tersenyum lebar pada Bening, yang membuang pandangan dari bapaknya.
Pak Hermawan kembali ke meja makan dengan senyuman di wajahnya. Ibu Cynthia terlihat cemas.
IBU CYNTHIA
Papa beneran pakai lampu yang terbaik, kan?
PAK HERMAWAN
Ya gak lah. Kapan untungnya kalau begitu?
Wajah Ibu Cynthia nampak canggung. Mereka melanjutkan makan dalam keheningan dan kecanggungan.
Ibu Cynthia tersenyum pada Bening.
IBU CYNTHIA
Bening, kamu mau pesan apa lagi?
Kamu boleh order semau kamu.
Mama tahu di asrama kamu makannya terbatas.
Gk banyak pilihan.
Wajah Bening terlihat sumringah.
BENING
Beneran ma? Wahh asyik!
IBU CYNTHIA
Beneran lah! Ini hadiah dari mama dan papa
karena kamu masuk ke grand final. Ya kan pa?
Pak Hermawan menaruh cangkir wine, yang baru saja diminumnya, di atas meja.
PAK HERMAWAN
Tentu aja. Kamu boleh pesen apa aja yang kamu suka.
Supaya kamu kuat dan menang di final nanti.
Papa yakin sama kamu.
IBU CYNTHIA
Tuh kan, nak. Papa juga sama kayak mama.
Yakin kamu pasti menang!
Bening tersipu malu. Dia menunduk dan pipinya pun memerah.
BENING
Makasih ya pa, ma.
Seorang pelayan mendekati Bening dan memberikan buku menu kepada Bening. Bening membuka halaman demi halaman. Dan menunjuk setiap makanan yang dia mau.
BENING
Aku pesan ini, ini, ini dan ini.
Bening menyerahkan buku menunya kepada pelayan. Dia tersenyum kepada orang tuanya.
Di depan Pak Hermawan dan juga Bening sudah tersaji sepiring steak. Pak Hermawan mengambil kain putih yang membungkus pisau dan garpu.
PAK HERMAWAN
Oh ya, Bening.
Apa kamu sudah dihubungi oleh pihak recording?
Bening menggeleng sambil tangannya terus mengiris seluruh permukaan daging steak.
BENING
Mungkin karena industri musik
lagi gk bagus juga kan, pa ma?
Pak Hermawan memandangi istrinya.
PAK HERMAWAN
Ngomong-ngomong soal recording,
juara tahun lalu ingat gk siapa, ma?
IBU CYNTHIA
Marina?
Senyum di wajah Bening memudar. Dia sedang mengiris steaknya.
PAK HERMAWAN
Ya Marina!
Itu sampai sekarang belum ada album.
IBU CYNTHIA
Ya karena dia masih sekolah kan, pa.
PAK HERMAWAN
Jessie juga masih sekolah.
Dia juara lima lagi,
tapi mengapa dia bisa dapat album dulu?
Bening menaruh pisau dan garpunya dengan hentakan. Terdengar suara beling dan besi beradu.
BENING
Papa mau bilang kalau suara itu gk penting?
Kayak Jessie yang suaranya kadang fals
tapi bisa dapet rekaman karena dia seksi,
sementara Marina yang luar biasa suaranya, enggak.
PAK HERMAWAN
Jaman sekarang pasar tidak lagi mentingin suara, nak.
Yang penting itu look. Kemasan.
Trend juga bisa naik turun dengan cepet.
Ibu Cynthia memegang tangan Bening. Dia merasa sedikit keberatan dengan perkataan Pak Hermawan.
IBU CYNTHIA
Tapi anak kita juga cantik kok.
Fansnya juga banyak.
BENING
Papa cuma mau bilang kalau karir
di industri musik itu sia-sia kan?
Pak Hermawan memandangi Bening.
PAK HERMAWAN
Apa yang sebenarnya kamu cari di musik?
BENING
Saya ingin mengekspresikan diri saya sendiri.
PAK HERMAWAN
Bukannya sudah kan? Semua orang sudah tahu siapa kamu.
Dunia sudah tahu betapa hebat suaramu.
Apa itu gak cukup? Kamu mau apa lagi?
Bening masih memikirkan jawaban yang hendak dia lontarkan.
PAK HERMAWAN
Kamu hanya akan dikenal sementara lalu
setelah itu kamu akan dilupakan. Gak lagi dihormati.
Itu yang kamu mau?
Kamu tidak bisa hidup layak dengan menyanyi.
Tapi kamu bisa hidup dengan sangat layak
kalau kamu ikut saran papa.
Kamu kuliah bisnis lalu take over bisnis papa.
Percayalah dengan uang yang banyak,
kamu bisa dihormati dan dilihat oleh orang lain!
Bening menatap Pak Hermawan tajam.
BENING
Oh jadi karena ini kan papa ngajak aku makan malem,
bukan karena aku masuk grand final.
Raut wajah Ibu Cynthia terlihat gelisah.
BENING
Kalau gini aku mending gak dateng.
Bening menaruh kain taplak ke atas meja.
PAK HERMAWAN
Bening kamu ini udah 17 tahun lho. Kamu..
Bening melihat ada celah yang bisa dia eksploitasi.
BENING
Justru karena udah 17,
Bening merasa Bening berhak memilih ....
PAK HERMAWAN
Justru karena kamu baru tujuh belas,
kamu tidak tahu apa yang harus dilakukan!
Kamu masih naif!
Bening berdiri.
IBU CYNTHIA
Bening duduk, nak! Duduk!
BENING
Karena itu juga kan mama nikah sama papa.
Karena naif! Buktinya..
PAK HERMAWAN
Bukti apa? Mamamu membuat keputusan yang tepat.
Dia bahagia.
Bening melihat ke arah Ibu Cynthia.
BENING
Benar ma?
Ibu Cynthia nampak bingung dan kikuk. Dia menoleh ke arah Pak Hermawan dengan perasaan takut.
IBU CYNTHIA
Tentu saja nak. Mama bahagia.
Ibu Cynthia nampak memaksakan senyumannya. Bening menatap ke arah mamanya dengan tatapan tak percaya.
PAK HERMAWAN
Kamu dengar kan apa yang mamamu bilang?
Bening tidak menjawab, dia melengos ke pintu keluar.
PAK HERMAWAN
Kamu harus ingat nak, siapa yang sudah membesarkan kamu,
kasih kamu makan, pakaian, sekolah yang terbaik.
Mendengar itu, langkah Bening terhenti sejenak. Dia berbalik arah dan berjalan kembali mendekati meja makan.
Dia mengorek mulutnya dan memuntahkan daging steak yang dia sudah telan ke atas piring. Ibu Cynthia benar-benar syok melihat hal tersebut.
BENING
Papa puas?
Bening lalu pergi menuju pintu dengan langkah yang cepat.
IBU CYNTHIA
Bening! Bening!
Ibu Cynthia menaruh celemeknya dan mengejar Bening.
CUT TO:
EXT. LOBBY HOTEL. MALAM
Bening keluar dari pintu hotel dengan tergesa-gesa. Dia melangkah ke salah satu sisi lobby tempat taxi mewah berjejer.
Bening langsung masuk ke dalam salah satu taxi. Taxi yang ditumpangi Bening segera berlalu.
Ibu Cynthia yang baru saja sampai ke lobby langsung mencoba mengetuk kaca jendela taxi yang ditumpangi oleh Bening.
IBU CYNTHIA
Bening! Turun!
Taxi terus saja berlalu meninggalkan ibu Cynthia terengah-engah.
CUT TO: