INT . STUDIO REKAMAN — SIANG HARI
Gea dan Igo kembali sibuk berlatih nyanyi bersama. Di ruang rekaman keduanya menyanyi lagu duet mereka yang lain diiringi full band. Di ruang mixer ada Hema dan sound engineer yang membantu mengarahkan mereka. Hema menyalakan mic di mesin mixer.
Hema memberikan jempolnya ke arah Gea dan Igo, lalu dibalas jempol juga oleh keduanya.
INT. STUDIO TV TALK SHOW LAIN — PAGI HARI
Gea dan Igo berada di talk show tv lain. Kali ini mereka sedang mengikuti segmen kuis seru. Mereka melakukan kuis tebak lagu, dimana Igo yang memperagakan tanpa bersuara, sedangkan Gea yang menebaknya. Segmen ini begitu lucu dan seru. Beberapa kali gerakan-gerakan Igo membuat host dan para penonton tertawa terbahak-bahak. Pada akhirnya Gea dan Igo tidak memenangi kuis, dimana mereka berakhir di posisi ke 3 dari 4 pasangan yang bermain kuis itu. Tapi mereka tetap menikmati acara talk show tersebut.
INT. COFFEE SHOP IGO — SORE HARI
Coffee shop sore itu begitu ramai. Ada banyak anak muda dan orang dewasa nongkrong disana sambil menunggu matahari turun.
Hema berada di salah satu meja pelanggan, sibuk dengan laptopnya sambil ditemani Meri disana.
Sedangkan Gea dan Igo berada di belakang bar kopi sedang membicarakan sesuatu.
Igo pun memakaikan Gea celemek barista. Gea membelakangi Igo dan Igo menalikan belakang celemek tersebut.
Gea berbalik kembali ke arah Igo, lalu berpose layaknya seorang barista profesional.
Gea mengusir Igo dari bar coffee shop nya sendiri. Dengan berat hati Igo meninggalkan Gea lalu duduk di meja Hema dan Meri.
Hema langsung menghentikan pekerjaannya di laptop.
Sekelompok remaja wanita mendekati meja mereka.
Igo baru saja ingin menjawab tapi langsung disambar duluan oleh Meri.
Sekelompok remaja itu pun langsung mendekat ke sebelah Igo. Igo dengan senyuman terbaiknya terus melayani penggemar-penggemarnya yang ingin foto bareng.
Coffee shop Igo sudah sepi malam itu. Hanya tinggal Igo, Gea, Hema, dan Meri duduk di meja yang sama. Ada beberapa karyawan juga yang sedang bersih-bersih disana.
Meri sedang memijat-mijat pundak Gea dan Gea sendiri terlihat kecapean.
Hema tertawa sendirian melihat layar laptopnya. Meri menghampiri Hema dan ikut melihat ke layar laptop Hema, seketika Meri pun ikut tertawa.
Beberapa karyawan yang mendengar itu ikut tertawa juga, beberapa mencoba menahan ketawanya.
Gea langsung mendekati Hema dan melihat laptopnya. Gea dengan muka murung langsung mengotak-atik laptop Hema.
EXT. PARKIRAN LUAR COFFEE SHOP IGO — SIANG HARI
Igo menunggangi motor fairing (ninja) miliknya, sedangkan Gea berdiri di sampingnya menatap keseluruhan motor tersebut.
Igo memberikan helm kepada Gea. Dengan ragu Gea menerimanya dan hanya memegangnya.
Gea akhirnya memasang helm tersebut ke kepalanya. Dengan hati-hati Gea menaiki motor Igo.
Mereka pun meninggalkan parkiran.
EXT. HALAMAN DEPAN SEKOLAH SMP NEGERI — SIANG HARI
Gea dan Igo memasuki sebuah halaman sekolah.
Keduanya tersenyum.
INT. SEKOLAH NEGERI SMP — SIANG HARI
Gea dan Igo berjalan di sepanjang lorong sekolah.
Kini keduanya berada di depan pintu dari sebuah ruangan yang tertutup. Igo memegang kenop pintu siap untuk membukanya.
Gea mengangguk semangat. Seketika Igo langsung membuka pintu tersebut. Keduanya masuk ke dalam sebuah ruangan.
Gea dan Igo melihat seluruh isi ruangan itu. Mata Gea berbinar-binar senang, Igo yang melihat pemandangan itu pun ikut senang.
Di paling dalam ada sebuah panggung permanen yang cukup besar tapi tidak terlalu tinggi. Di sekitarnya ada banyak bangku yang disusun rapi.
Keduanya berjalan berdampingan menuju panggung tersebut.
Ketika sudah berada di depan panggung keduanya berpisah. Gea menaiki panggung dari sebelah kanan, dan Igo dari sebelah kiri. Lalu keduanya berjalan ke tengah panggung.
Keduanya duduk di pinggiran panggung. Keduanya terdiam sebentar, mencoba menikmati nuansa saat ini.
Keduanya saling menatap. Gea memicingkan matanya sambil menahan senyum, sedangkan Igo sekuat tenaga menahan tawanya. Gea langsung menoyor Igo sekenanya, tapi Igo menghindar.
Keduanya tertawa bersama.
Igo melihat ke sekitar panggung. Dia melihat ada sebuah gitar di pojokan, lalu mengambilnya dan kembali duduk di sebelah Gea.
Igo memainkan sebuah melodi gitar.
Igo terus memainkan gitarnya, lalu menyanyikan nada sekenanya dengan lirik sederhana yang keluar begitu saja dari mulut. Igo kembali mengulang nada yang sama.
Igo meminta Gea melanjutkan dengan liriknya sendiri. Dengan malu malu Gea ikut bernyanyi. Awalnya dia menyanyikan nada yang sama seperti Igo, tapi dengan lirik buatannya sendiri. Lalu Gea bernyanyi nada lain, berimprovisasi sendiri, lalu diikuti dengan Igo yang ikut bernyanyi saling bersahutan layaknya sebuah duet.
Dan sesi singkat itu pun selesai, dengan penuh senyum kepuasan dari keduanya.
Keduanya saling menatap, sambil senyum sumringah.
Igo memberi satu telapak tangannya ke arah Gea, meminta untuk bergandengan tangan. Tangan Gea langsung menyambut. Keduanya bergandengan tangan. Kedua wajah mereka semakin mendekat.
Tiba-tiba terdengar suara keras orang membuka pintu ruangan tersebut.
Seorang pria paruh baya muncul dari balik pintu sambil membungkukkan badan.
Penjaga sekolah keluar dari ruangan.
Igo melompat turun dari panggung yang tidak terlalu tinggi itu. Lalu dia memberi tangannya untuk membantu Gea turun dari panggung itu juga. Keduanya keluar dari ruangan tersebut.