KAKEK PERAMAL (V.O.)
Kau tidak akan bisa hidup dan kau juga tidak akan bisa mati.
CUT TO:
INT. KAMAR RORO JONGGRANG — PAGI
Jonggrang terbangun dari tidurnya lalu duduk di tepi tempat tidurnya.
RORO JONGGRANG
Mimpi itu lagi...
Jonggrang berdiri lalu berjalan menuju meja riasnya. Ia duduk dan menatap kotak yang berisikan kalung emas yang sangat cantik dengan batu berwarna biru di tengahnya.
Jonggrang hendak mengeluarkan kalung dari kotak. Tiba-tiba pintu kamarnya diketuk. Jonggrang reflek menutup kotaknya.
RORO JONGGRANG
Masuklah.
Kirana dan Saka masuk.
RORO JONGGRANG
(menghela nafas)
Ternyata kalian.
Jonggrang kembali membuka kotak dan mengambil kalungnya.
RORO JONGGRANG
Kangmas Bandung memberiku kalung ini saat terakhir kali kami bertemu.
KIRANA
Mengapa Gusti Putri tidak memakainya?
RORO JONGGRANG
Karena aku tidak ingin Kakanda curiga, tadinya. Tapi sekarang Kakanda sudah tahu semuanya.
Kirana dan Saka terkejut.
KIRANA
(tersenyum)
Boleh saya pinjam kalungnya, Gusti?
Jonggrang mengangguk. Kirana mengambil kalung di tangan Roro Jonggrang lalu terdiam sejenak.
RORO JONGGRANG
Apa ada sesuatu dengan kalung itu?
KIRANA
Kalung ini dilapisi sihir pelindung yang sangat kuat, yang melindungi siapapun yang memakainya. Dengan ini saya semakin yakin, Pangeran Bandung pasti sangat mencintai Gusti Putri.
RORO JONGGRANG
Bagaimana kau bisa tahu?
KIRANA
Saya pernah belajar sihir. Sayangnya saya tidak berbakat, jadi saya berhenti. Itu sudah lama sekali.
Kirana memakaikan kalung tersebut di leher Roro Jonggrang.
KIRANA
(tersenyum)
Kalung ini sangat cantik di leher Gusti Putri.
RORO JONGGRANG
Tapi sayangnya, hubunganku dengan Kangmas Bandung tidak secantik kalung ini.
(berdiri)
Apakah salah jika aku jatuh cinta?
KIRANA
Gusti Putri, tidak ada perasaan cinta yang salah. Hanya saja, terkadang, orang-orang jatuh cinta di waktu dan tempat yang salah.
Raut wajah Jonggrang berubah sedih.
SAKA
Lalu, apakah Gusti Putri akan menyerah begitu saja?
RORO JONGGRANG
Menyerah? Tentu saja tidak! Aku mencintai Kangmas Bandung, begitupun sebaliknya.
SAKA
Kalau begitu, Gusti Putri harus memperjuangkannya.
Saka menyerahkan sebuah gulungan kepada Jonggrang. Jonggrang menatap Saka, penasaran.
SAKA
Dari Gusti Pangeran Bandung.
Raut wajah Jonggrang berubah senang, lalu bergegas membaca isi gulungan.
Ketika selesai membaca, Jonggrang mendapati Saka dan Kirana sedang berbicara lirih.
SAKA
(berbisik)
Tidak perlu khawatir, aku akan baik-baik saja. Kamu yang harus berhati-hati.
KIRANA
Daripada keselamatanmu, aku lebih khawatir terhadap apa yang akan kamu lakukan.
SAKA
Aku akan-
Saka dan Kirana terdiam saat sadar Jonggrang sedang menatap mereka.
RORO JONGGRANG
(menatap curiga)
Hmm... Aku sudah lama curiga kalian memiliki hubungan khusus.
KIRANA
(salah tingkah)
T-Tidak, bukan seperti itu Gusti. K-Kami hanya...
SAKA
(salah tingkah)
Apa yang dikatakan Pangeran Bandung, Gusti?
RORO JONGGRANG
(kembali berseri)
Ah, iya. Kangmas Bandung ingin aku menemuinya besok malam!
SAKA
(terkejut)
Maaf Gusti Putri. Kalau boleh saya tahu, di mana lokasi pertemuannya?
CUT TO:
EXT. DEPAN RUMAH GURU — SORE
Jonggrang dan Saka yang mengenakan baju penyamaran berhenti tepat di sebuah rumah yang cukup jauh dari pemukiman warga.
RORO JONGGRANG
Sudah kubilang kau tidak perlu ikut. Tidak akan terjadi apa-apa.
SAKA
Saya hanya memastikan saja Gusti.
Tiba-tiba pintu terbuka. Seorang laki-laki tua berambut putih dan memakai cincin di tangan kirinya keluar dari rumah. Dia tersenyum pada Jonggrang dan Saka.
RORO JONGGRANG
Kakek Rakso!
KAKEK RAKSO
Dia sudah menunggumu sejak pagi, masuklah.
Saka menatap Kakek Rakso dengan tatapan waspada.
KAKEK RAKSO
Sepertinya kau membawa teman, siapa dia?
RORO JONGGRANG
Ini ajudanku, Kek. Saka namanya. Dia hanya ingin menemaniku saja.
KAKEK RAKSO
Oh, ajudan. Seharusnya kau tidak perlu ada disini, Saka. Majikanmu hanya ingin bertemu dengan kekasihnya.
SAKA
Sudah menjadi kewajibanku ada di sini.
Dengan wajah gugup, Jonggrang berjalan ke arah halaman belakang rumah. Saka mengikuti dari belakang. Tiba-tiba Jonggrang berhenti dan menatap ke arah Saka.
RORO JONGGRANG
Mau apa kau?
SAKA
Tugasku di sini adalah untuk-
RORO JONGGRANG
Mengganggu sepasang kekasih yang hendak melepas rindu? Iya?
SAKA
Bukan begitu-
Jonggrang menggambar garis di tanah dengan kakinya.
RORO JONGGRANG
Tugasmu untuk mengantarku selesai sampai di sini. Aku akan menemui Kangmas Bandung, sendirian. Dan kau tetap di sini.
KAKEK RAKSO
(merangkul Saka)
Temui dia, aku akan membuatkan teh untuk ajudanmu.
RORO JONGGRANG
Terima kasih, Kakek.
Jonggrang berjalan menuju halaman belakang rumah.
Saka menatap Kakek Rakso dengan tatapan tidak senang.
CUT TO:
EXT. HALAMAN BELAKANG RUMAH GURU - SORE
Jonggrang sampai di halaman belakang rumah Kakek Rakso yang cukup luas. Jonggrang mendapati halaman belakang itu kosong. Tidak ada Bandung di sana. Jonggrang melepas tudung jubahnya dan berjalan ke arah pohon seraya mencari sosok Bandung.
Tiba-tiba saja sesosok berjubah menyerang Jonggrang. Dengan sigap, Jonggrang menghindari serangan sosok itu lalu balas menyerang. Jonggrang mengeluarkan belati yang diam-diam selalu dia bawa di balik pakaiannya lalu kembali menyerang sosok itu. Mereka berhenti ketika belati Jonggrang tepat berada di leher sosok berjubah itu dan keris musuhnya berada tepat di lehernya.
RORO JONGGRANG
Sebenarnya aku mengharapkan kejutan yang manis, Kangmas Bandung.
BANDUNG BONDOWOSO
(angin membuka tudung jubah Bandung)
Kemampuanmu tidak berkurang, Jonggrang.
Mereka melucuti senjata mereka masing-masing. Bandung melepas jubahnya lalu memeluk Jonggrang dan menciumnya.
RORO JONGGRANG
Kakek Rakso mengajariku banyak ilmu beladiri dengan sangat baik.
BANDUNG BONDOWOSO
(melepaskan pelukan)
Hanya Kakek Rakso?
RORO JONGGRANG
(tertawa)
Baiklah. Kau juga mengajariku dengan baik.
BANDUNG BONDOWOSO
Bagaimana kabarmu sepeninggalanku ke Pengging?
RORO JONGGRANG
Aku baik...
(menunduk)
Tetapi kita tidak baik-baik saja.
BANDUNG BONDOWOSO
Apa maksudmu?
RORO JONGGRANG
(sedih)
Kakanda Karungkala sudah tahu hubungan kita Kangmas.
BANDUNG BONDOWOSO
(terkejut)
Apa yang kakandamu katakan?
RORO JONGGRANG
Tentu saja Kakanda ingin aku meninggalkanmu.
BANDUNG BONDOWOSO
Lalu, kau akan meninggalkanku?
RORO JONGGRANG
(menatap Bandung)
Kau tahu aku mencintaimu.
BANDUNG BONDOWOSO
Kalau begitu, jangan pergi, Jonggrang.
RORO JONGGRANG
Aku akan tetap bersamamu Kangmas. Aku percaya, suatu hari nanti, ketika kau menjadi raja di Pengging, kau akan membawa perdamaian di antara dua kerajaan ini. Dan Kakanda Karungkala tidak akan mempunyai alasan untuk menentang kita.
BANDUNG BONDOWOSO
Tapi jalan kita tidak akan mudah. Kau tahu ayahku tidak akan begitu saja menyerahkan kekuasaannya.
RORO JONGGRANG
Bukankah kau putranya. Tentu saja tahtanya akan diberikan kepadamu.
BANDUNG BONDOWOSO
Aku hanya anak seorang selir, Jonggrang. Di sisi lain, ayahku selalu meragukan kemampuanku.
RORO JONGGRANG
Kangmas, dengarkan aku. Kau adalah putra sulung seorang raja, dan kau satu-satunya putra mahkota. Kau adalah Bandung Bondowoso! Seorang kesatria Pengging, kesatria yang terkenal tak pernah kalah di medan perang. Tujuanmu adalah membawa perdamaian dan aku sangat yakin kau akan bisa mewujudkannya.
BANDUNG BONDOWOSO
(diam sejenak)
Kau benar. Aku harus segera merebut tahta ayahku dan menyelesaikan permusuhan di antara kerajaan kita. Tapi aku tidak akan bisa melakukannya tanpamu, Jonggrang.
Jonggrang memeluk Bandung.
BANDUNG BONDOWOSO
Berjuanglah bersamaku, Jonggrang. Jangan pernah tinggalkan aku.
RORO JONGGRANG
Tidak akan, Kangmas. Aku akan selalu di sini bersamamu.
Tiba-tiba saja di dalam rumah Kakek Rakso terdengar suara berisik. Bandung dan Jonggrang terkejut ketika mendengarnya.
INT. RUMAH GURU - SORE
Jonggrang dan Bandung membuka pintu belakang rumah Kakek Rakso untuk melihat sumber suara berisik yang tadi mereka dengar. Jonggrang dan Bandung terkejut dan heran ketika mendapati seluruh ruangan berantakan. Di salah satu sudut ruangan, Kakek Rakso terbaring di lantai dan di atasnya Saka mencengkeram baju Kakek Rakso dan satu tangannya lagi mengepal hendak memukul Kakek Rakso. Saka dan Kakek Rakso ikut terkejut ketika Jonggrang dan Bandung menatap mereka.
RORO JONGGRANG
Apa yang kalian lakukan?
Saka dan Kakek Rakso buru-buru berdiri.
KAKEK RAKSO
(panik)
Aku hanya mengetes temanmu, Nak. Aku ingin tahu seberapa hebat dia.
SAKA
(panik)
Iya, kami hanya latihan sedikit.
BANDUNG BONDOWOSO
Sampai membuat Kakek Rakso tersungkur ke tanah, hebat juga kau Saka.
SAKA
(salah tingkah)
Maaf, Pangeran... Saya tidak bermaksud-
RORO JONGGRANG
Apa kalian benar-benar tidak apa-apa?
KAKEK RAKSO
Tentu saja. Apakah kalian sudah selesai bicara?
BANDUNG BONDOWOSO
Kami sudah selesai bicara dan aku harus segera pergi lagi.
RORO JONGGRANG
Secepat itu, Kangmas?
BANDUNG BONDOWOSO
Maafkan aku, Jonggrang.
Bandung mencium kening Jonggrang. Saka dan Kakek Rakso menatap mereka dengan canggung.
Bandung menghampiri Saka.
BANDUNG BONDOWOSO
Tolong jaga Jonggrang.
SAKA
Tentu, pangeran.
Bandung memberikan sebuah gulungan kecil secara diam-diam kepada Saka.
BANDUNG BONDOWOSO
(berbisik)
Pastikan sampai ke tangan Karungkala.
(menoleh ke Kakek Rakso)
Terima kasih banyak, Kek. Saya mohon undur diri.
Kakek Rakso mengangguk. Bandung berjalan dengan wajah serius.
CUT TO: