33. INT – Gedung Olahraga – Sore
Cast. Kinan, Hema, Zeka, Devan, Tim Dazel, Tim Groge dan Grace bersama Gengnya.
[Sesampainya di parkiran, Hema dan Kinan berjalan menuju ke Gedung Olahraga yang sudah dipenuhi oleh penonton. Kebisingan memenuhi Gedung sore itu.]
Penonton
Penonton
[Teriakan penonton benar-benar memenuhi Gedung.]
Kinan
Hema
Kinan
[Hema mengajak Kinan duduk tepat di barisan paling depan.]
Hema
[Kinan mendengus kesal menatapi Hema.]
Kinan
Hema
Kinan
Hema
Kinan
Hema
[Kinan memutar pandangannya.]
Kinan
Hema
Pelatih Tim Dazel
Hema
Kinan
Hema
Kinan
Hema
[Kinan tertawa mendengar perkataan Hema.]
Hema
Kinan
Hema
Kinan
Hema
Kinan
Hema
Kinan
Hema
(Ekspresi berubah kesal)
Kinan
Hema
(Mengulurkan tangan)
Kinan
(Menatap penuh curiga)
Hema
Kinan
Hema
[Kinan berdiri dan berjalan mendekati Hema. Mereka menunjukkan tos khusus yang bisa dibilang cukup heboh. Hari itu Hema membuat akhiran tos dengan menarik Kinan ke arahnya dan membuat mereka berpelukan.]
Kinan
Hema
(Memeluk erat Kinan)
Penonton 1
Penonton 2
Kinan
(Berontak nya terhenti)
Helena (Teman Grace)
(Menunjuk ke arah Kinan dan Hema)
Grace
Helena (Teman Grace)
Grace
Helena (Teman Grace)
[Hema langsung kembali ke backstage untuk bersiap-siap karena turnamen akan dimulai. Beberapa menit kemudian, pertandingan dimulai. Tim Dazel (SMA TI) mulai memasuki lapangan. Kinan memberikan tepuk tangannya ketika melihat Zeka dan Hema yang berdiri belakangan, kemudian disusul oleh Tim Groge (SMA ALI) yang membuat Kinan langsung terdiam ditempat.]
Kinan
Penonton
(Teriakan histeris)
Kinan
[Saat tim Groge memasuki lapangan, tatapan Hema langsung terarah ke Kinan yang sesuai dugaannya. Mata Kinan terarah ke Devan, seorang laki-laki yang mereka temui di belakang sekolah tadi.]
Hema
Penonton di belakang Kinan
Helena (Teman Grace)
Wasit
(Menunggu di tengah garis lapangan dengan bola basket di tangannya.)
[Zeka perwakilan dari Tim Dazel dan Devan perwakilan dari Tim Groge maju mendekati garis tengah. Tatapan sengit terlihat diantara kedua tim, termasuk Hema yang masih saja menatap sadis kearah Devan.]
Hema (VO):
Jelas-jelas masih gantengan gue.
[Kinan membeku terdiam menatapi Zeka dan Devan saling berhadapan.]
Kinan
(Tersenyum malu)
Wasit
[Bola dilambungkan, menandakan pertandingan dimulai. Zeka berhasil mendapatkan bola dan menggiringnya ke tempat lawan. Zeka mengoper ke Hema yang kemudian langsung dikejar oleh Devan dan teman tim nya]
Hema (VO): (tersenyum miring mengejek)
Tuhkan? Gantengan dan cepetan gue.
[Hema melompat dan langsung melempar bola basket itu sampai masuk ke ring lawan.]
Penonton
(Sambil berjoget riang)
[Beberapa menit berlalu, Pertandingan berlangsung sangat sengit. Skor akhir menunjukkan kesamaan yaitu 120 : 120. Sebelum melaksanakan pertandingan final, semua tim dibiarkan untuk istirahat sebentar. Tempat istirahatnya berada dibawah tempat penonton.]
Devan
Pelatih Tim Groge
Kinan
(Menunduk ke bawah)
[Hema yang sedang minum air langsung tersedak ketika menoleh ke arah atas dan melihat wajah Kinan yang tertekuk sangat jelek.]
Hema
[Tiang pinggir yang tinggi membuat Kinan sedikit menjinjit.]
Kinan
Hema
[Kinan yang tidak mendengar suruhan Hema itu, semakin menjijit. Grace dan teman-temannya menatapi Kinan dari tempat duduk mereka.]
Kinan
Helena (Teman Grace)
Grace
(Menatap kesal, kemudian berdiri)
Kinan
Hema
Pelatih Tim Dazel
[Hema pergi mendekati timnya yang sedang berdiskusi itu sehabis melambaikan tangannya ke Kinan. Sedangkan tatapan Kinan langsung terarah ke Devan yang berjalan memasuki lorong dibawah tempat Kinan berada.]
Hema
Kinan
[Saat hendak duduk kembali, dari belakang Grace berjalan secara perlahan mendekati Kinan. Secara sengaja dia mendorong Kinan dan membuatnya tergelincir jatuh kebawah. Bertepatan saat itu semua tatapan langsung terarah ke Kinan yang berteriak termasuk Hema dan Zeka yang kaget.]
Kinan
Penonton Seberang
[Jarak tinggi antara tempat duduk penonton dan lapangan membuat seseorang yang jatuh dari sana akan berakibat fatal. Kaki Kinan terkena ujung dinding. Devan yang hendak pergi ke toilet langsung membatalkannya. Dia secara cepat langsung berlari ke arah Kinan dan menyelamatkan Kinan sampai tangan kanannya terkilir. Kinan secara tidak sadar langsung memeluk leher Devan dan memejamkan matanya. Kinan terlihat syok.]
Hema
Penonton
Devan
[Tubuh Kinan bergetar, Devan menenangkannya dengan menepuk pelan punggung Kinan yang masih berada dipelukannya itu. Kinan dengan gemetaran memeluk Devan semakin erat. Hema yang hendak menghampiri Kinan diberhentikan oleh pelatihnya.]
Pelatih Tim Dazel
[Hema memberontak. Tetapi tetap dipaksa oleh pelatihnya yang memberikan tatapan tajam.]
Pelatih Tim Dazel
[Hema melepaskan cengkraman pelatihnya itu.]
Hema
[Hema langsung berlari mendekati Kinan dan Devan]
Pelatih Tim Dazel
Zeka
Hema
[Panggilan Hema itu membuat Kinan membuka matanya secara perlahan. Dia menatap Devan yang sekarang berada di hadapannya. Tatapan takutnya membuat Devan juga ikut khawatir dengan keadaannya.]
Devan
(Mengubah pengucapannya)
Kinan
(Mengangguk pelan)
[Devan menurunkan Kinan secara perlahan. Hema memegang pundak Kinan dengan rasa khawatir.]
Hema
Kinan
(Tersenyum lebar)
[Tatapan Devan langsung mengarah ke tangan Kinan yang sangat gemetaran. Dia menatapi Kinan yang berusaha menyembunyikan ketakutannya itu dengan wajah yang ceria.]
Hema
Kinan
[Tolehannya langsung terarahkan ke Devan. Dengan senyum cerianya dia menatapi Devan.]
Kinan
Hema
Kinan
Devan (VO): (mengangguk pelan)
Kalau takut kenapa nggak bilang aja sih? Terlalu menyedihkan ngeliat lo berbohong seperti ini. Padahal jelas banget kalau lo ketakutan.
Hema
Kinan
Devan
[Tatapan Hema langsung terarah ke Devan setelah dia mengatakan hal tersebut. Dia menoleh ke atas dan melihat keberadaan Grace beserta gengnya.]
Kinan (VO):
Gue nggak yakin. Gue rasa ada seseorang yang dorong gue dari belakang.
Kinan
(Tersenyum kecil)
Hema
Kinan
(Mengelus bahu Hema)
Hema
Kinan
Devan
[Ucapan Devan itu membuat Hema menatapnya sinis.]
Kinan
[Kinan tersenyum pergi dengan kaki yang sedikit terkilir. Setelah memastikan Kinan pergi, mereka berdua kembali kedalam lapangan untuk lanjut bertanding karena jam istirahat selesai.]