50. EXT – Taman – Malam
Cast. Kinan dan Devan.
[Kinan duduk diam di taman sambil menatapi langit yang gelap di depannya. Devan yang habis membeli makanan, melihat keberadaan Kinan dan menghampirinya.]
Devan
Kinan?
Kinan
(Menoleh)
Eh? Loh, ngapain disini?
Devan
(Menunjuk kantong belanjaan)
Habis menguras uang.
Kinan
Ikan hiu lagi berantem, hmmm.
[Devan duduk disebelah Kinan dan meletakkan kantong belanjaannya dibawah.]
Devan
Lagi ngapain disini?
Kinan
Mencari udara segar.
Devan
Ada masalah dirumah?
[Kinan menoleh sebentar.]
Kinan
Kok bisa nebak gitu!?
Devan
Asal aja. Berarti tebakan gue benar? Ada masalah?
Kinan
Nggak kok. Sebenarnya malam ini gue lagi bahagia.
Devan
Bahagia? Ada hal membahagiakan apa?
Kinan
Buku gue, diterima dan akan diterbitkan.
Devan
(Berdiri kaget)
HA? YANG BENAR?
[Reaksi Devan membuat Kinan kaget sekaligus bingung. Reaksi itu adalah reaksi yang diinginkan Kinan saat memberi tahu Hema mengenai penerbitan buku ini. Tetapi malah Devan yang bereaksi heboh dan berhasil membuat Kinan tersenyum bahagia, karena mengetahui ada orang lain selain Hema yang ikut senang dan mendukungnya.]
Kinan
Heh? Apaan sih? Heboh banget, malu gue.
Devan
Nggak bisa! Ini harus dirayain! Sebentar tadi gue ada beli roti, tapi nggak beli lilin.
[Kinan tersenyum bahagia menatapi Devan yang habis heboh memeriksa kantong belanjaannya langsung diam kebingungan mencari alternatif lilin. Dia membuka ponselnya dan mendownload aplikasi lilin. Kemudian dia membuka roti yang dibelinya dan mengarahkan ponselnya beserta roti kearah Kinan.]
Kinan
Ngapain?
Devan
Tiup. Eh, tapi sebelum tiup lilinnya, Tell what your wish…
[Ucapan Devan itu membuat Kinan menatapinya dengan mata sedikit berair.]
Devan
Wish nya dalam hati aja. Tapi, kalau bisa selipin nama gue.
Kinan
Kenapa harus nyebut nama lo?
Devan
Supaya cepat terkabul.
Kinan
Emang ngaruh?
Devan
Nggak sih. Ya, supaya nama gue ada di doa lo aja.
[Suasana mendadak menjadi canggung. Devan memutar otak, sambil sesekali menatapi Kinan yang tersenyum ke arahnya.]
Devan
Hm, buruan nanti lilinnya cair.
Kinan
Mana bisa cair, lilinnya aja dari handphone.
Devan
Eh? Jangan diremehin. Coba tiup, nanti dia mati.
[Kinan tersenyum lagi. Kemudian dia menutup matanya dan mulai berdoa. Devan menatapinya dengan senyuman kecil. Kinan membuka matanya dan meniup lilin yang ada di ponsel Devan. Lilin itu mati membuat Kinan kaget.]
Kinan
Loh? Kok lilinnya mati?
Devan
Itulah magic. Ini rotinya, lo makan aja.
[Devan memberikan roti yang ada di tangannya ke Kinan.]
Devan
Kenapa diliatin gitu banget? Tenang aja, nggak beracun kok. Kadaluarsanya juga masih lama.
Kinan
Gue nggak bilang apa-apa ya.
Devan
Ya udah, dimakan. Enak loh itu.
Kinan
Makasih.
[Sambil merapikan belanjaannya, devan melihat bunga kecil yang tertanam didekat pohon. Dia berjalan dan mengambil bunga itu.]
Devan
Nih
[Dia memberikan bunga kecil yang indah itu ke Kinan sambil tersenyum gemas.]
Kinan
Apa.
Devan
Nggak bisa lihat ini apa?
Kinan
Maksud gue, kenapa tiba-tiba kasih bunga?
Devan
Nggak ada apa-apa. Karena bunganya cantik aja, jadi keinget lo.
[Kinan tersenyum melihat tingkah Devan dan mengambil bunga kecil itu dari tangan Devan.]
Devan
Terus, kalau ini hari bahagia lo, kenapa diam sendirian disini? Mana wajah ditekuk banget?
Kinan
Lagi ada masalah sama sahabat aja.
Devan
Sama Hema?
Kinan
Lo kenal dekat dengan Hema?
Devan
(Menggeleng)
Nggak dekat banget. Cuma kenal doang perkara basket.
Kinan
Oh…
[Suasana mendadak hening. Devan sesekali menatapi Kinan yang mulai diam kembali.]
Devan
Kalau lo sendiri, sudah lama sahabatan sama Hema?
Kinan
Awal masuk sekolah. Dekat dan nyaman di sebelah dia, kalau ada dia merasa aman aja.
Devan
Kalau nanti seandainya kalian pisah jalan setelah lulus, gimana? Apa lo akan terbiasa tanpa kehadiran dia?
Kinan
(Menggeleng)
Gue nggak tau. Gue udah anggap dia sahabat terbaik gue. Mungkin sulit buat melepas dia pergi.
Devan
Lo suka sama dia?
Kinan
Suka.
Devan
Sebagai cowok?
Kinan
Sahabat.
Devan
Gue mau nanya lagi.
Kinan
Apa? Nggak perlu izin. Dari tadi juga lo nanya nggak ada izin.
Devan
(Terkekeh malu)
Hehe, gimana kalau seandainya, ada orang yang suka salah satu di antara kalian. Maksud gue misal ada cewek yang tertarik sama Hema dan sebaliknya ke lo. Kalian akan saling dukung atau melarang?
Kinan
Haha? Melarang? Buat apa?
Devan
Ya, misalnya aja.
Kinan
Hmm, gue bakal ngelepas Hema kalau dia udah nemuin kebahagiaannya. Hema itu udah jadi sosok yang berharga dalam hidup gue. Sangat berharga.
Devan
Kalau lo yang suka sama orang lain? Apa Hema bakal ngelepas lo juga?
Kinan
Hema itu pribadi yang keras kepala. Dia sangat-sangat agresif saat gue suka sama orang lain atau ada orang yang suka sama gue. Dia biasanya akan memastikan apakah cowok itu cukup baik dan cocok buat gue.
Devan
Ternyata persahabatan kalian lebih erat dari yang gue kira ya.
Kinan
Iya, erat banget. Gue suka lihat Hema bahagia.
Devan
Lo sendiri? Apa pernah merasa bahagia?
[Kinan tersentak mendengar pertanyaan yang dilontarkan Devan.]
Devan
Eh? Kalau pertanyaan gue menyinggung, nggak perlu dijaw-
Kinan
Kebahagiaan rasanya nggak pernah berpihak ke gue.
[Jawaban Kinan membuat ucapan Devan terhenti. Dia menatap Kinan yang perlahan tersenyum kecil ke arahnya.]
Devan
Kok bicara gitu sih?
Kinan
Karena nyatanya emang gitu. Ya, kali gue harus bohong?
Devan
Tapi, kalau gue mau buat lo bahagia, boleh?
[Kinan menoleh bingung.]
Kinan
Ha? Apa sih?
Devan
Iya, gue mau di hari-hari bahagia lo selalu ada gue dan sebaliknya disaat gue bahagia lo ada di sebelah gue.
Kinan
Haha, iya. Ayo jadi sahabat gu-
Devan
Sebagai cowok. Bukan sahabat.
[Kinan tersentak kaget.]
Kinan
Van? bercanda?
Devan
Nggak. Gue akan berusaha buat dapetin lo, walaupun sahabat lo rintangannya.
Kinan
Sebentar, maksud lo apaan sih?
[Mereka berdua saling menatap satu sama lain.]
Devan
Lupain aja. Eh, ini udah malam. Ayo pulang, gue anter.
Kinan
Nggak perlu, gue bisa pulang sendiri kok.
Devan
Maaf, seorang Devan nggak menerima penolakan.
Kinan
Cih, dasar.
[Kinan menatapi bunga kecil ditangannya.]
Kinan
Lain kali, kasih bunga yang besar dong. Ya kali, bunga liar lo kasih ke gue.
Devan
Walaupun itu bunga liar, tapi cantik seperti orang yang nerima bunganya.
Kinan
Tolong. Ada buaya berkeliaran.
Devan
Heh.
[Sambil tertawa, mereka berjalan pulang menuju ke rumah Kinan.]