37. INT – Ruang Tamu – Malam
Cast. Kinan, Tesa, Jeha, Bunda, dan Ayah.
[Setelah mengobati kaki Kinan dan mengantarnya pulang. Hema langsung pergi dari pekarangan rumah Kinan. Dari depan rumah terlihat sepi, tetapi saat masuk menuju ruang tamu, semua berkumpul.]
Tesa
Oh? Ini yang katanya habis kerja kelompok?
[Kinan tidak menggubris ucapan Tesa.]
Tesa
Kerja kelompok di café mana? Kasih tau dong~
Kinan
Kak!? Apaan sih? Bisa minggir nggak?
[Kinan berjalan melewati Tesa.]
Tesa
Hih~ galak banget yang habis kerja kelompok.
Kinan
Iya, aku habis kerja kelompok. Memangnya kenapa sih dari tadi disinggung terus? Mau ikut? Lain kali kuajak deh.
Tesa
Lo habis kerja kelompok atau habis mesra-mesraan sama cowok di GOR saat turnamen basket?
Kinan
(Membalikkan badan)
Apaan sih?
Tesa
Ups? Gue cuma nanya kok.
Kinan
Maksud Kakak barusan tadi apa?
Tesa
Ya, jawab aja. Pertanyaan gue, Bunda dan Ayah sama.
Kinan
Nggak ada yang perlu dijawab dari pertanyaan bodoh itu.
[Kinan kembali berjalan menuju ke kamarnya.]
Ayah
Tinggal jawab doang apa masalahnya sih? Dasar anak tidak benar.
[Langkahnya langsung terhenti. Tesa juga sedikit tersentak dengan ucapan Ayahnya itu. Jeha yang baru sampai rumah, dibuat bingung dengan situasi yang canggung dan terasa tegang.]
Jeha
Jeha pulang… Ada apa ini?
Bunda
Ayah kamu butuh jawaban. Ayo buruan jawab. Kamu tadi izin ke Bunda kerja kelompok bukan nonton pertandingan turnamen nggak jelas itu.
Kinan
Maaf, Kinan capek mau ke kama-
Ayah
Beruntung kamu bukan anak kandungku.
Tesa
Kinan bukan anak kandung Ayah dan Bunda? Tapi kenapa ada nama keluarga Ari di nama panjangnya? Tesa pernah nanyain hal ini, tapi dihentikan oleh Kak Jeha.
Jeha
Ayah!? Apaan sih!? Tesa hentikan pertanyaan bodohmu itu.
Ayah
Ayah hanya berbicara fakta. Kinan bukan anak kandung Ayah. Nama keluarga kita ada di dia itu hanya sebuah formalitas aja. Nanti akan Ayah urus untuk perubahan namanya.
Jeha
Ayah! Bisa stop nggak sih? Kinan kamu masuk kamar dulu aja ya.
Tesa
Memangnya kenapa sih, Kak? Kakak tau masalah ini?
Jeha
Tesa, tutup mulutmu.
Kinan
Iya benar, Kinan tadi bohong. Kinan bukan kerja kelompok tapi Kinan nonton pertandingan basket.
Bunda
Berani-beraninya ya kamu bohong sama Bunda!?
Tesa
Wah? Hahah! Bangga banget ya? Heh Kinan! Sadar diri dong. Lo itu cuma anak pungut yang jadi beban keluarga ini dengan mengatasnamakan nama keluarga Ari. Malu dikit dong! Nggak ada satu hal pun yang bisa dibanggain dari diri lo yang kayak sampah ini!
Jeha
TESA! BERHENTI BICARA!
Tesa
APA KAK! BUAT APA AKU BERHENTI BICARA, KALAU SIKAP BOCAH SIALAN INI SUDAH KETERLALUAN! Kakak tau nggak? Dia tadi di lapangan itu pelukan sama cowok dan hasil fotonya udah kesebar di website sekolah dan media sosial. Semua orang tau kalau dia dari keluarga Ari.
[Dengan mata yang sedikit berair, Kinan memunculkan senyum miringnya.]
Kinan
Memangnya dari awal siapa yang mau dikasih nama keluarga Ari yang sangat terhormat ini? Siapa yang minta? Kinan? Kinan nggak pernah minta nama yang ada unsur Ari. Kinan sadar diri kok! Kinan sadar kalau Kinan itu udah seperti bayangan ketika berada didekat kalian semua yang sering disebut keluarga bahagia ini!
[Ayah menggebrak meja yang membuat semua orang kaget, Kinan menatap dengan air mata yang tak dapat terbendung lagi.]
Ayah
Anak tidak tau diuntung! Sudah dibesarkan bukannya berterima kasih!
Kinan
Terima kasih, untuk Ayah, Bunda, Kak Tesa dan Kak Jeha. Terima kasih banyak sudah mau membesarkan Kinan sampai saat ini. Sekarang, apa lagi? Apa Kinan harus bersujud?
[Kinan langsung bersujud sambil menatap semua orang yang ada di ruang tamu. Jeha tanpa banyak bicara langsung mendekati Kinan.]
Jeha
Kinan cukup, ayo berdiri. KINAN! KAKAK BILANG BERDIRI!
[Kinan berdiri dibantu oleh Jeha yang tatapannya sangat sinis kepada semua orang.]
Jeha
Kamu masuk kamar sekarang! Masuk kamar!
[Kinan didorong pelan oleh Jeha kearah pintu kamar.]
Tesa
Kak, apaan sih? Kenapa terus-terusan nyuruh dia masuk kamar?
Jeha
TESA! KAMU! Kalau nggak tau apapun lebih baik diam aja! Jangan sampai Kakak tampar mulutmu itu!
Tesa
(Menatap Kesal)
Kakak kenapa selalu dukung dia sih? Dia itu selalu buat masalah di sekolah! Kakak sebagai peri sekolah yang punya citra baik harus tetap mempertahankannya dong? Sisi baik kakak dimata anak-anak sekolah bisa hancur sama tuh anak!
Jeha
Tesa, semua orang tau kamu adik kakak, tapi mereka nggak tau kalau Kinan adik Kakak juga karena Kinan nggak mau jadi pusat perhatian dan merasa dibanding-bandingin. Terus…
[Jeha mendekati telinga Tesa dan membisikkan sesuatu.]
Jeha
Apa pacaran dengan preman yang suka buat onar nggak akan memperburuk citra Kakak sebagai peri sekolah?
[Tesa tertegun kaget.]
Jeha
Perlu Kakak bilang? Ayah sama Bunda tau kalau-
Tesa
Kak! Oke, aku diam.
Jeha
Bagus. Tutup mulutmu dan gunakan untuk kebaikkan bukan menjatuhkan saudari sendiri hanya demi kesenangan semata.
[Tesa benar-benar dibuat terdiam oleh Jeha.]
Jeha
Untuk Ayah dan Bunda. Maaf sebelumnya kalau Jeha nggak sopan tapi, apa kalian nggak bisa bersikap sedikit baik dengan Kinan? Sedikit aja.
Ayah
Kenapa harus bersikap baik? Kalau sudah bersikap baik aja, anak itu bisa kurang ajar.
Jeha
Yah! Kinan itu juga bagian dari keluarga kita. Kinan itu adik aku.
Ayah
Bukan! Anak itu bukan adikmu! Berhenti bilang kalau dia adikmu!
Jeha
Nggak! Aku nggak akan berhenti bicara kalau Kinan adalah adik kandungku. Dia! Kinandya Arisanty adik kandung Jeha. Nggak ada perdebatan lagi masalah itu. Jika Ayah, Bunda dan Tesa menyakiti Kinan lagi, Jeha yang akan turun tangan untuk membuat semuanya berhenti. Jeha nggak akan biarin hal bodoh seperti ini terjadi lagi!
Ayah
(Berdiri mengamuk)
Anak ini! Kenapa jadi ikut-ikutan melawan! Ini pasti semua gara-gara anak sialan itu, yang membawa dampak buruk bagi keluarga kita. Seharusnya dari awal aku nggak bawa dia kemari! Dasar pembawa sial!
[Jeha langsung masuk ke kamarnya. Suasana malam ini dirumah sangat tegang. Tesa dan Bunda terdiam karena takut menjadi sasaran Ayah.]