36. EXT – Parkiran – Malam
Cast. Kinan, Hema, dan Devan.
[Hema membawa Kinan ke parkiran yang sepi. Devan mengikuti mereka dari belakang dan bersembunyi dibalik dinding.]
Kinan
Hema, lepasin.
[Hema tidak mendengarkan ucapan Kinan. Genggamannya itu membuat pergelangan tangan Kinan terasa sakit.]
Kinan
Hema, lepasin tangan gue. HEMA! SAKIT LEPASIN!
[Kinan melepas paksa tangannya dari genggaman kuat Hema.]
Hema
Ayo pulang.
Kinan
Nariknya biasa aja bisa nggak sih? Sakit tau nggak!
Hema
Ngapain sih tadi diam kayak orang bodoh? Nggak sakit hati? Cowok yang lo suka ternyata suka sama kakak lo. Mana pakai bilang “Tenang, Kak. Aku nggak akan cerita ke Bunda.” Udah gila?
Kinan
Sakit! Gue sakit hati banget! Lo tau sendiri selama ini kebahagiaan nggak pernah berpihak ke gue. Semua kebahagiaan di dunia semesta sialan ini hanya berpihak pada orang-orang yang good looking, pinter, dan bisa dalam segala hal. Sedangkan gue apa? Tanpa gue jelasin lo bisa tau kan? Terus tadi, gue nggak tau lagi mau bilang apa waktu Kak Jeha natap gue. Gue terdiam. Gue nggak bisa berkutik.
Hema
Lawan! Lawan rasa malu lo! BILANG! Bilang ke mereka kalau lo nggak suka dengan kejadian tadi. Bilang kalau lo suka sama si brengsek itu!
Kinan
TAPI! Tapi setelah tau dia suka sama Kak Jeha dan nembak di depan mata gue. Gue nyerah. Gue nggak tau kenapa gue nyerah tapi kebahagiaan itu nggak akan bisa gue rebut. Ah- nggak. Lebih tepatnya, gue nggak mau ngerebut kebahagiaan itu.
Hema
Haha, munafik banget sih, Nan?
Kinan
Lo mudah bilang gitu karena lo nggak ngerasain jadi gue, Hem!
Hema
GUE NGERASAIN! Gue pernah ngerasain disaat ada orang yang gue suka, gue cinta, gue sayang bicara didepan mata gue kalau dia suka sama orang lain! Makanya gue paham betapa sakitnya itu. Nan, jangan mentang-mentang Kak Jeha itu Kakak lo, jadi lo harus nyerahin semua kebahagiaan yang seharusnya buat lo ke dia.
Kinan
Hema dengerin, dari awal kebahagiaan itu bukan milik gue. Mau seberapa keras gue berusaha, kebahagiaan itu nggak akan berpihak.
[Hema terdiam menatapi Kinan yang juga menatapnya dengan mata yang berair.]
Hema
Maaf, gue minta maaf. Gue kebawa emosi karena si brengsek itu. Ayo gue antar pulang. Lo perlu nenangin diri juga dan sebelum kita pulang, kita obati dulu pergelangan kaki lo.
[Hema mengambil jaket dari jok motornya dan memberikannya ke Kinan. Tetapi Kinan hanya menatapnya.]
Hema
Nih, pakai. Kinan…
[Hema menghela nafas dan memakaikan jaket itu ke Kinan. Dia memakaikan penutup.kepala jaket juga.]
Hema
Dipakai yang benar. Jangan sampai sakit karena kemasukan angin. Soalnya lo rese kalau lagi sakit.
[Hema berusaha tersenyum menatap Kinan sambil menyuruhnya naik motor. Kinan menurut. Mereka pergi dari GOR. Sedangkan Devan, keluar dari balik dinding dan menatapi kepergian Kinan dan Hema dari belakang.]