10. EXT – Taman - Malam
Cast. Kinan dan Devan.
[Kinan terlihat diam dan duduk sendirian di kursi bawah pohon dekat taman.]
Flashback scene Bunda
Kamu siapa? MEMANGNYA KAMU SIAPA! Berani-beraninya kamu menilai suamiku dan kehidupanku? Kamu ini memang benar-benar seperti parasit! Benar kata Ayahmu! Kamu ini hanya parasit yang hidup dikeluarga ini! Pembawa masalah! Pembawa sial! Bukan hanya Ayahmu! Aku! Aku juga benci karena telah melahirkan anak sepertimu. Seharusnya saat itu, aku menggugurkanmu!
Kinan
Ha~ Kinan~ Kinan~ Apa maumu sekarang? Semua yang kamu lakukan selalu aja gagal. Apa benar selama ini kamu hidup hanya sebagai parasit? ARGH! APA YANG SALAH DARI DIRI KAMU, KINAN!
[Kinan mengayunkan kakinya yang membuat sendalnya terpelanting jauh dan mengenai seseorang yang sedang membawa tas gitar.]
Devan
Aduh!
Kinan
Ha?
[Devan mengambil sandal Kinan dan menatapnya. Sedangkan Kinan berusaha menghindari tatapan itu.]
Devan
Punya lo?
Kinan
Eh? Bukan.
[Kinan berusaha menyembunyikan kakinya ke bawah kursi.]
Devan
Yakin?
Kinan
Iya. Sandal bagus kayak gitu kok punya gue sih? Pasti tadi ada orang kaya yang buang.
Devan
Iya juga sih. Sendal ini kelihatan masih bagus. Kayaknya kalau dijual bakal mahal harganya. Atau gue ambil aja ya? Kan nggak ada pemiliknya juga.
Kinan
Ah?
[Devan beranjak pergi.]
Kinan
Eh? Beneran mau diambil?
Devan
Katanya bukan punya lo. Terus kenapa nggak boleh gue ambil?
Kinan
Ke… kenapa nggak ditinggal aja? Siapa tau nanti pemiliknya datang.
Devan
Benar juga? Kalau gitu, gue tetap stay disini dulu aja sampai pemiliknya datang.
Kinan
Lo mau ikut nunggu juga?
[Devan kembali mendekati Kinan dan duduk disebelah Kinan.]
Devan
Iya. Gue cuma penasaran, kenapa dan siapa pemilik yang membuang sendal ini. Padahal sandal ini kelihatan mewah banget.
Kinan
Oh? Oke…
Kinan (VO):
Aduh, nih cowok kenapa pakai nunggu segala sih? Itu sendal gue. Sendal hasil promo cuci gudang Rp. 10.000.
[Selagi menatapnya, tatapan Kinan ikut terarah ke tas gitar.]
Kinan
Anak musik?
Devan
Bukan, hanya penyuka.
Kinan
Bass?
Devan
Gitar biasa. Tapi terkadang gitar listrik dan bass juga bisa.
Kinan
Ohh, keren.
Devan
Keren apanya?
Kinan
Nggak tau. Hanya keren aja. Lo bisa melakukan hal yang lo suka.
Devan
Untungnya sih. Lo sendiri gimana?
Kinan
Hasil kerja gue baru aja ditolak. Udah 2 kali. Tapi sekarang lagi nyoba ulang. Sekarang "mungkin” masih diperiksa.
Devan
Sorry, kalau boleh tau, pekerjaan lo apa?
Kinan
Penulis, tapi belum bisa dipanggil penulis. Gue hanya suka nulis, tapi kayaknya nggak berbakat deh. Haha.
Devan
Bukan hanya lo yang bisa menyimpulkan apakah lo berbakat atau nggak. Tapi orang lain juga. Hidup lo masih panjang. Kenapa nggak dicoba lagi? Ini bukan mengadu nasib, gue cuma ingin cerita. Karena gue suka nyanyi, jadi gue sempat membuat album, dan pernah ditolak sebanyak 7 kali. Banyak sekali alasan dari agensi musik untuk menolak album gue, dan ternyata tiba-tiba mereka mencuri salah satu lagu gue untuk artis mereka-
Kinan
HA!!! Kampret banget!
Devan
Astaga! HAHA, kaget.
Kinan
Maaf. Habisnya agensi yang lo ceritain itu nyebelin banget.
Devan
Actually, gue suka reaksi lo. Lo orang pertama yang kaget setelah mendengar ini.
Kinan
Oh? Btw, agensi mana sih? Biar gue teror! Seenaknya pakai lagu orang!
Devan
Haha, lo lucu deh.
Kinan
Hei, gue nggak sedang ngelawak. Gue beneran. Maksud gue, bagaimana bisa antar sesama manusia bisa melakukan hal itu? Apa lagi kalian sama-sama berada di industri musik. Apa pimpinannya gila? Nggak punya rasa malu banget, udah putus tuh urat malunya.
[Devan dengan senyum kecilnya menatapi Kinan yang sedang mengomel. Kemudian dia membuka tasnya dan mengeluarkan gitar dari sana. Ocehan Kinan berhenti.]
Kinan
Ah? Maaf, gue terlalu banyak bicara ya?
Devan
Nggak kok. Gue suka ngeliat lo ngomel kayak gitu.
Kinan
Ha?
Devan
Hmm, ada request?
Kinan
Apa ya? Aku kurang tau masalah musik. Sepertinya selera musik kita beda.
Devan
Emang lo suka genre apa?
Kinan
Rock…
Devan
Ah… atau gue coba nyanyiin lagu yang gue buat sendiri.
Kinan
Wow, Ayo! Anggap aja gue sebagai juri.
Devan
Haha, oke.
[Devan mulai memetikkan senar gitar miliknya. Alunan musik terdengar indah diikuti suara Devan yang juga merdu. Kinan terpesona. Dia menatapi Devan. Lagu sedih yang dinyanyikan Devan membuatnya terdiam dan tanpa sadar meneteskan air mata. Devan yang melihat air mata Kinan, langsung berhenti memainkan gitarnya. Dia terdiam dan secara perlahan menghapus air mata di pipi Kinan.]
Devan
Hei?
[Usapan itu membuat Kinan langsung menatap Devan yang terlihat khawatir.]
Devan
Lo kenapa? Lo sakit ya? Atau kedinginan?
Kinan
Lagu lo… lagu lo kenapa bagus banget sih!?
[Tangisan Kinan semakin membesar. Dia menangis seperti bayi.]
Devan
Hei? Haha, jujur gue bingung harus bereaksi gimana. Reaksi lo kenapa dari tadi heboh banget sih?
Kinan
Tapi, memang bagus. Kenapa bisa bagus banget sih!? Gue yakin nih ya, agensi yang nolak lo itu pasti nyesel sekarang. Gue yakin 1000%.
Devan
Haha, thank you udah buat gue mengakhiri hari ini dengan rasa bahagia.
Kinan
Sama-sama. Hiks…
[Kinan tersenyum lebar, Devan ikut tersenyum kecil menatapi Kinan.]
Devan
Nggak pulang?
Kinan
Nanti deh. Mau nikmatin suasana malam ini dulu. Lo sendiri?
Devan
Mau nemenin lo.
[Kinan menoleh binging.]
Kinan
Eh? Nggak perlu.
Devan
Jangan grr dulu. Maksud gue, mau nemenin lo sekalian nunggu pemilik sendal ini.
[Devan mengangkat sandal yang diletakkannya di pinggir kursi. Kinan diam menatapi sandalnya yang ada pada Devan.]
Kinan
Lo nggak kasihan sama mata lo? Lihat tuh sampai ada mata panda. Pulanglah, sendal itu… tinggal disini aja. Biar gue yang kasih ke orangnya nanti.
Devan
Asal lo tau, gue nggak mudah percaya sama orang.
[Kinan langsung berdiri dengan satu kaki tanpa alas.]
Kinan
Lo!? Gue itu orang paling jujur sedunia. Ya, wajar sih lo nggak percaya sama gue, soalnya kita baru pertama kali ketemu. Tapi, gue itu orang yang bisa dipercaya loh!
[Devan tersenyum, matanya terus menatapi Kinan. Dia memberikan sendal itu pada Kinan.]
Devan
Nih, pakai. Kasihan kaki lo kehilangan alasnya satu.
[Secara cepat Kinan langsung kembali duduk dan menahan malu. Dia mengabaikan sandal yang diberikan Devan.]
Devan
Nggak mau sandalnya?
Kinan
Mau…
Devan
Ya udah, ini ambil sendalnya.
[Kinan tak kunjung mengambil sandalnya dari tangan Devan.]
Devan
Kenapa?
Kinan
Malu.
Devan
Malu kenapa?
Kinan
Tadi kan gue bilang itu bukan sendal gue.
[Devan tertawa melihat tingkah Kinan.]
Devan
Hahaha, Hei. Dari awal gue udah tau kalau ini sendal lo.
Kinan
Kok?
Devan
Ya, coba lo lihat keadaan sekitar. Siapa lagi orang yang lewat di jam segini dengan jalan yang sepi kecuali lo.
[Kinan menoleh kesana kemari. Dia hanya melihat jalanan gelap dan sepi. Hanya ada dirinya dan Devan disana.]
Kinan
I-iya juga sih…
Devan
Ini udah malam. Nggak baik buat anak cewek keluar sendirian. Sana pulang, atau mau dianterin?
Kinan
Dih? Gue bukan bocah ya!
[Devan meletakkan sandal itu disebelah kaki Kinan.]
Devan
Gue serius. Ini udah malam. Pulang, ya? Nanti keluarga lo khawatir loh.
[Kinan menghela nafas berat dan menatap Devan.]
Kinan
Oke. Gue pulang sekarang.
[Kinan langsung memakai sandalnya dan pergi berlari dari sana.]
Devan
Awas jatuh. Jangan lari-lari, cewek misterius.
[Devan mengacak-acak rambutnya dengan perasaan menyesal menatapi Kinan yang mulai hilang dari pandangan.]
Devan
Namanya… lupa gue tanya. Astaga Devan, bodoh banget sih?