Kirim izin baca kepada penulis skrip ini?
Blurb
Surya bersama keluarga Pamanya tinggal disebuah desa pertanian. Gelap. Pencurian sering terjadi. Berbagai model perjudian ada di kampung itu tanpa sembunyi-sembunyi. Setiap ada acara perayaan/keramaian selalu ada perjudian, Baik siang ataupun malam.
Desa itu belum terjangkau oleh listrik. Hampir semua bahan bakar yang digunakan rumah tangga mengunakan minyak tanah. Tapi Surya sudah terbiasa dengan itu bahkan sudah menjadikannya bosan. Setiap sore untuk penerangan ia harus menyalakan lampu berbahan bakar minyak tanah. Lampu badai, lampu teplok, lampu meja juga petromak. Jika malam tiba kampung itu gelap terasa mati. Hal itu memacing inspirasi Surya. Bagaimana untuk membuat kampungnya menjadi terang?
Bersama ke empat temanya ia berniat membuat biogas. Rintangan demi rintangan tidak pernah berakhir. Budi teman dekatnya, terpaksa harus berhenti sekolah dan meninggalkan kampung. Ia pergi ke kota. Kemudian Ratih satu teman perempuan sepermainanya. Setelah adik dan ibunya meninggal ia juga harus meninggalkan Surya dan teman-teman, ikut ayahnya.
Sampai pada suatu siang ia tidak sanggup menerima situasi ini. ia marah pada keadaan. Namun rintangan itu belum juga berakhir. Ia harus menerima hukuman dari Pamannya, Percobaan biogas yang ia buat telah membakar dapur Bibinya.
Desa itu belum terjangkau oleh listrik. Hampir semua bahan bakar yang digunakan rumah tangga mengunakan minyak tanah. Tapi Surya sudah terbiasa dengan itu bahkan sudah menjadikannya bosan. Setiap sore untuk penerangan ia harus menyalakan lampu berbahan bakar minyak tanah. Lampu badai, lampu teplok, lampu meja juga petromak. Jika malam tiba kampung itu gelap terasa mati. Hal itu memacing inspirasi Surya. Bagaimana untuk membuat kampungnya menjadi terang?
Bersama ke empat temanya ia berniat membuat biogas. Rintangan demi rintangan tidak pernah berakhir. Budi teman dekatnya, terpaksa harus berhenti sekolah dan meninggalkan kampung. Ia pergi ke kota. Kemudian Ratih satu teman perempuan sepermainanya. Setelah adik dan ibunya meninggal ia juga harus meninggalkan Surya dan teman-teman, ikut ayahnya.
Sampai pada suatu siang ia tidak sanggup menerima situasi ini. ia marah pada keadaan. Namun rintangan itu belum juga berakhir. Ia harus menerima hukuman dari Pamannya, Percobaan biogas yang ia buat telah membakar dapur Bibinya.
Premis
Usaha yang tak kenal lelah. Pasti akan berbuah.
Pengenalan Tokoh
Sinopsis
TELE-TONG
Cerita terjadi 30 tahun yang lalu.
Seorang anak bernama Surya. Ibu, Paman, dan Bibinya memangil ‘San" diabil dari bahasa inggris ‘Sun". Temannya memanggil ‘Sansan" dengan harapan ia akan membawa perubahan dan kemajuan. Surya dititipkan di keluarga Pamanya, karena kedua orang tuanya bercerai. Hingga kini Surya duduk di bangku sekolah menengah, ia terbiasa dengan didikan Pamannya yang pesiunan militer. Dengan disiplin dan tata tertib yang ditrapkan Pamannya membuat ia mandiri. Keingintahuannya terhadap sesuatu selalu ingin ia wujudkan, apapun rintangannya.
Surya bersama keluarga Pamanya tinggal disebuah desa pertanian. Gelap. Pencurian sering terjadi. Berbagai model perjudian ada di kampung itu tanpa sembunyi-sembunyi. Setiap ada acara perayaan/keramaian selalu ada perjudian, Baik siang ataupun malam.
Desa itu belum terjangkau oleh listrik. Hampir semua bahan bakar yang digunakan rumah tangga mengunakan minyak tanah. Tapi Surya sudah terbiasa dengan itu bahkan sudah menjadikannya bosan. Setiap sore untuk penerangan ia harus menyalakan lampu berbahan bakar minyak tanah. Lampu badai, lampu teplok, lampu meja juga petromak. Jika malam tiba kampung itu gelap terasa mati. Hal itu memacing inspirasi Surya. Bagaimana untuk membuat kampungnya menjadi terang?
Setiap hari Surya, selain sekolah ia memerah susu, mengantar susu untuk pelanggan, dengan mengendarai sepeda. Setiap harinya ia membersihkan kandang sapi. Karena terbiasa dengan teletong [kotoran sapi] dan kemudian ia tahu bahwa teletong bisa dimanfaatkan, maka ia berniat untuk membuat biogas.
Bersama ke empat temanya ia berniat membuat biogas. Rintangan demi rintangan tidak pernah berakhir. Budi teman dekatnya, terpaksa harus berhenti sekolah dan meninggalkan kampung. Ia pergi ke kota. Kemudian Ratih satu teman perempuan sepermainanya. Setelah adik dan ibunya meninggal ia juga harus meninggalkan Surya dan teman-teman, ikut ayahnya. Sampai pada suatu siang ia tidak sanggup menerima situasi ini. ia marah pada keadaan. Namun rintangan itu belum juga berakhir. Ia harus menerima hukuman dari Pamannya. Percobaan biogas yang ia buat telah membakar dapur Bibinya.
Pamannya, atas bujukan Pak Rt dan beberapa warga ingin mencalonkan diri menjadi Lurah. Konon berkeinginan untuk merubah kondisi desa yang sekarang. Namun Surya tidak perduli dengan perebutan kekuasaan. Ia tetap ingin mewujudkan niatnya membuat biogas. Dengan uang tabungan di kasurnya ia wujudkan alat pembuat biogas itu.
Dengan seiringnya waktu alat pembuat biogas selesai dibuat di bengkel las karbit. Pemilihan Lurah berjalan. Budi sahabat dekatnya pulang kembali ke kampung halaman.
Dalam penghitungan suara, peilihan Lurah. Paman kalah.
Surya tidak perduli dengan kekalahan Pamannya. Ia tetap dengan keinginannya. Bersama teman-temanya ia melakukan uji coba alat pembuat biogas, meskipun ada sedikit gendala. Akhirnya pipa pada alat pembuat biogas itu menyemburkan api.
Maka ibu-ibu di kampung itu tidak menggunakan kayu lagi untuk memasak. Tapi memasak dengan kompor. Jika malam datang kampung itu menjadi hidup, terang, karena cahaya dari lampu-lampu biogas.
TELE-TONG
Cerita terjadi 30 tahun yang lalu.
Seorang anak bernama Surya. Ibu, Paman, dan Bibinya memangil ‘San" diabil dari bahasa inggris ‘Sun". Temannya memanggil ‘Sansan" dengan harapan ia akan membawa perubahan dan kemajuan. Surya dititipkan di keluarga Pamanya, karena kedua orang tuanya bercerai. Hingga kini Surya duduk di bangku sekolah menengah, ia terbiasa dengan didikan Pamannya yang pesiunan militer. Dengan disiplin dan tata tertib yang ditrapkan Pamannya membuat ia mandiri. Keingintahuannya terhadap sesuatu selalu ingin ia wujudkan, apapun rintangannya.
Surya bersama keluarga Pamanya tinggal disebuah desa pertanian. Gelap. Pencurian sering terjadi. Berbagai model perjudian ada di kampung itu tanpa sembunyi-sembunyi. Setiap ada acara perayaan/keramaian selalu ada perjudian, Baik siang ataupun malam.
Desa itu belum terjangkau oleh listrik. Hampir semua bahan bakar yang digunakan rumah tangga mengunakan minyak tanah. Tapi Surya sudah terbiasa dengan itu bahkan sudah menjadikannya bosan. Setiap sore untuk penerangan ia harus menyalakan lampu berbahan bakar minyak tanah. Lampu badai, lampu teplok, lampu meja juga petromak. Jika malam tiba kampung itu gelap terasa mati. Hal itu memacing inspirasi Surya. Bagaimana untuk membuat kampungnya menjadi terang?
Setiap hari Surya, selain sekolah ia memerah susu, mengantar susu untuk pelanggan, dengan mengendarai sepeda. Setiap harinya ia membersihkan kandang sapi. Karena terbiasa dengan teletong [kotoran sapi] dan kemudian ia tahu bahwa teletong bisa dimanfaatkan, maka ia berniat untuk membuat biogas.
Bersama ke empat temanya ia berniat membuat biogas. Rintangan demi rintangan tidak pernah berakhir. Budi teman dekatnya, terpaksa harus berhenti sekolah dan meninggalkan kampung. Ia pergi ke kota. Kemudian Ratih satu teman perempuan sepermainanya. Setelah adik dan ibunya meninggal ia juga harus meninggalkan Surya dan teman-teman, ikut ayahnya. Sampai pada suatu siang ia tidak sanggup menerima situasi ini. ia marah pada keadaan. Namun rintangan itu belum juga berakhir. Ia harus menerima hukuman dari Pamannya. Percobaan biogas yang ia buat telah membakar dapur Bibinya.
Pamannya, atas bujukan Pak Rt dan beberapa warga ingin mencalonkan diri menjadi Lurah. Konon berkeinginan untuk merubah kondisi desa yang sekarang. Namun Surya tidak perduli dengan perebutan kekuasaan. Ia tetap ingin mewujudkan niatnya membuat biogas. Dengan uang tabungan di kasurnya ia wujudkan alat pembuat biogas itu.
Dengan seiringnya waktu alat pembuat biogas selesai dibuat di bengkel las karbit. Pemilihan Lurah berjalan. Budi sahabat dekatnya pulang kembali ke kampung halaman.
Dalam penghitungan suara, peilihan Lurah. Paman kalah.
Surya tidak perduli dengan kekalahan Pamannya. Ia tetap dengan keinginannya. Bersama teman-temanya ia melakukan uji coba alat pembuat biogas, meskipun ada sedikit gendala. Akhirnya pipa pada alat pembuat biogas itu menyemburkan api.
Maka ibu-ibu di kampung itu tidak menggunakan kayu lagi untuk memasak. Tapi memasak dengan kompor. Jika malam datang kampung itu menjadi hidup, terang, karena cahaya dari lampu-lampu biogas.
Sinopsis
Disukai
0
Dibaca
357
Tentang Penulis
Azis Indriyanto
saya praktisi seni teater sebagai lighting designer. Tinggal di jakarta,
Bergabung sejak 2021-02-09
Telah diikuti oleh 0 pengguna
Sudah memublikasikan 1 karya
Menulis lebih dari kata
Rekomendasi dari Drama
Novel
Karimunjawa Love Story
Kelana Kaheswara
Skrip Film
Tele - Tong
Azis Indriyanto
Novel
Langkah Cinta
YanuarSandieWijaya
Novel
cinta sejati
yopi
Komik
Psychelily
Fuchsia
Skrip Film
Cerita Untuk Kenna
sinatrio
Skrip Film
LOVE IS MAGICAL
VellRen
Skrip Film
Bukan Cinta Biasa
Lindaw
Skrip Film
Anak Kos
Kinanti Atmarandy
Skrip Film
DISTOPIA
Azizah Sulis Tyaningrum
Cerpen
Kumbang Jantan dan Kupu-Kupu Berbintik Biru
Ferry Herlambang
Novel
Gerimis di Musim Kemarau
Syamsul arif
Skrip Film
Nge-Band! 101
Yorandy Milan Soraga
Cerpen
Cerita yang Dilupakan
Kwikku.com
Cerpen
Eksekusi Mati Sukarti
Sri Wintala Achmad
Rekomendasi