CUT TO
37. INT. DI KELAS – PAGI
CAST: Ve, Milka, Nura, Jessie, Alena
Ve sedang duduk bersama Nura dan Milka. Mereka tampak asyik berbincang sambil makan camilan. Tiba-tiba Jessie dan Alena muncul dari pintu dengan berlari.
JESSIE
(berbicara dengan napas terengah-engah)
Guys, dengerin gue. Ada berita penting!
Para siswa di kelas menoleh ke arah Jessie dan Alena. Begitu juga dengan Ve, Milka, dan Nura.
JESSIE
Liana hilang! Tadi ibunya dateng ke sekolah dan bikin keributan di ruang guru. Itu di sana lagi rame.
MILKA
(menatap Jessie dan Alena dengan sinis)
Bukannya tadi malem kalian sama Liana jalan bareng? Bahkan kalian sempet ke kosan Ve, kan? Kalian kemanain Liana?
ALENA
(menatap Milka dengan kesal)
Maksud lo apa? Liana itu anggota geng RB, jadi nggak mungkin gue sama Jessie ngapa-ngapain dia. Oh, jangan-jangan lo ya yang udah nyulik dia? Buktinya lo tau kalau semalem gue, Jessie, dan Liana ke kosan Ve. Lo ngikutin?
Milka menatap Alena dengan sengit. Ve mengusap pundak Milka, berusaha menenangkannya.
CUT TO
38. EXT. DI JALAN – SIANG, KEESOKAN HARINYA
CAST: Polisi
Beberapa mobil polisi berhenti di jalan yang ada di dekat hutan saat melihat mobil Liana ada di sana. Mereka turun dari mobil, lalu masuk ke dalam hutan mencari Liana.
CUT TO
39. EXT. DI HUTAN – SIANG, DUA HARI KEMUDIAN
CAST: Polisi
Polisi berjalan masuk ke hutan sambil menutup hidung. Langkah mereka terhenti saat melihat seorang gadis tergelatak dengan bersimbah darah dan pisau yang masih menancap di dadanya. Mereka saling bertukar pandang, lalu berlari mendekat. Salah seorang polisi jongkok memeriksa keadaan seorang gadis yang tergeletak tersebut. Polisi tersebut memegang pergelangan tangan gadis itu untuk memeriksa denyut nadinya. Polisi tersebut lalu merogoh sebuah foto dari kantong celananya dan mengamati gadis yang ada di foto tersebut dengan mayat yang tergeletak di depannya.
POLISI
(mendongakkan kepala, menatap para polisi lain yang berdiri sambil menutup hidung)
Dia sudah meninggal. Dari wajahnya benar bahwa dia adalah Liana, siswi yang menghilang dua hari lalu. Kita akan tau lebih jelasnya saat sudah diotopsi nanti.
CUT TO
40. INT. DI DALAM KELAS – PAGI
CAST: Ve, Milka, Nura, Jessie, Alena
Milka dan Nura duduk di depan Ve. Mereka terlihat serius membicarakan sesuatu.
MILKA
(ekspresi sedang berpikir)
Gue nggak nyangka Liana bakalan meninggal secara tragis. Kira-kira siapa ya yang bunuh dia?
NURA
(menatap Ve dan Milka secara bergantian)
Setelah Askar dan Ardi, sekarang Liana. Apa kalian nggak merasa aneh dan curiga? Gimana kalau akan ada korban lagi yang terbunuh di kelas kita?
MILKA
(menatap Nura dengan serius)
Lo bener juga, Nur. Jangan-jangan pembunuhnya emang ngincer anak-anak kelas kita lagi. Serem banget.
VE
(menatap Milka dan Nura dengan ekspresi datar)
Apa keadaan mayat Liana sama seperti Askar dan Ardi?
MILKA
Kurang lebih seperti itu. Soalnya kata polisi pas ditemukan itu masih ada pisau di dadanya Liana terus dia berlumuran darah gitu. Ih nggak bisa bayangin deh gue. Sadis banget pembunuhnya.
NURA
Tapi polisi nggak menemukan sidik jari atau petunjuk apa pun, berarti pembunuhnya sudah profesional dong.
MILKA
Mungkin, tapi gue agak seneng sih. Seenggaknya pembully-nya Ve berkurang.
Jessie dan Alena datang mendekati Ve, Milka, dan Nura. Jessie langsung memukul meja Ve dan menatap sinis Milka dan Ve. Ve tersentak saat mejanya dipukul secara tiba-tiba.
JESSIE
Seneng banget lo ya Liana meninggal? Bisa-bisanya lo ngomong kaya gitu. Jangan-jangan lo sama Ve lagi yang bunuh Liana dengan sadis kaya gitu?
Milka bangkit dari tempat duduknya, mendekatkan wajahnya ke wajah Jessie dengan tatapan tajam.
MILKA
Jaga mulut lo! Lo dan Alena kan yang hobi nyiksa orang. Tangan Ve dibikin berdarah hampir tiap hari. Bisa aja kan kalian yang bunuh dia.
ALENA
Dia anggota geng RB. Mana mungkin gue dan Jessie bunuh dia!
MILKA
(tersenyum sinis)
Kenapa nggak mungkin? Kalian kan bukan manusia. Kalian adalah iblis yang sangat kejam. Siapa aja bisa kalian bunuh.
NURA
(memegangi bahu Milka dan berbisik)
Mil, udah jangan bikin masalah.
Di tengah perdebatan Milka dan Jessie, Ve hanya duduk diam dan menunduk.
MILKA
Bukannya lo sama Alena habis diinterogasi, ya? Kenapa nggak dipenjara? Gue berharapnya sih kalian dipenjara biar nggak ada lagi yang bully Ve di sini. Kayanya dari wajah kalian aja orang lain udah bisa menilai gimana jahatnya kalian, makanya kalian selalu jadi diinterogasi tiap ada pembunuhan. Yang pertama di kasusnya Askar dan Ardi, terus sekarang di kasusnya Liana. Pinter banget sih polisi.
Jessie dan Alena menatap Milka dengan sengit. Sementara Milka tersenyum dengan sikap santainya menatap Jessie dan Alena. Tiba-tiba suara keributan terdengar. Jessie dan Alena pun meninggalkan Milka, lalu berlari keluar kelas. Para siswa lainnya juga berlari keluar kelas.
MILKA
(menatap Ve dan Nura)
Kayanya ada keributan di luar. Yuk kita lihat.
Ve dan Nura mengangguk. Mereka bertiga pun ikut berlari keluar kelas.
CUT TO
41. EXT. DI DEPAN KELAS – PAGI
CAST: Semua siswa
Para siswa berhamburan keluar kelas, melihat keributan di halaman sekolah.
CUT TO
42. EXT. DI HALAMAN SEKOLAH – PAGI
CAST: Para walid murid dan beberapa guru
Beberapa wali murid yang terdiri dari bapak-bapak dan ibu-ibu berteriak di halaman sekolah.
WALI MURID
Kami mau memindahkan anak kami ke sekolah lain! Sekolah ini sudah tidak aman! Kami tidak mau anak kami menjadi korban pembunuhan selanjutnya!
Para guru berusaha menenangkan wali murid dan mengajak mereka berbicara di ruang guru, tetapi para wali murid terus berteriak di halaman sekolah dan sulit ditenangkan.