CUT TO
27. INT. DI DALAM RUMAH ASKAR – MALAM, SEMINGGU KEMUDIAN
CAST: Askar, Ardi, orang misterius berjubah hitam
Askar dan Ardi tengah duduk sambil asyik meneguk minuman keras. Beberapa botol miras ada di meja.
ARDI
Sambil minum, sambil kita ngobrolin rencana kita buat bermain-main sama Ve, si kembaran kuntilanak itu. Sekarang kan udah kelas sebelas, pasti tubuhnya ada perkembangan. Lebih seksi lagi.
ASKAR
(tertawa sambil menepuk bahu Ardi)
Bener lo, bro. Kapan nih kita eksekusi?
ARDI
Secepatnya lah. Dia kan pendiem. Pasti dia nggak akan bisa berontak. Cewek sok pinter itu emang pantes diberi pelajaran!
Askar dan Ardi terbahak. Mereka kembali meneguk segelas miras. Tiba-tiba lampu padam. Mereka meletakkan gelas di meja.
ASKAR
Sial! Kenapa pake mati lampu segala. Mana di rumah nggak ada orang lagi.
ARDI
Alah cuma mati lampu doang. Lo takut?
ASKAR
Askar takut? Gila lo! Ya nggak mungkin lah. Sama setan aja gue nggak takut.
Ardi menatap serius ke depan. Dia mengerjapkan mata beberapa kali. Lalu menepuk bahu Askar sambil menunjuk ke arah depan.
ARDI
Termasuk sama setan yang itu? Lo nggak takut? Bukannya lo bilang di rumah lo nggak ada orang? Lo lihat nggak sih? Itu hantu, kan?
Askar dalam kondisi setengah mabuk mengikuti arah jari telunjuk Ardi. Sesosok misterius dengan mengenakan jubah hitam, lengkap dengan masker dan sarung tangan sambil memegang sebuah pisau berjalan perlahan ke arah Askar dan Ardi. Askar menoleh ke Ardi.
ASKAR
Itu cuma halusinasi kita aja, kan? Kita kan abis minum-minum?
ARDI
Gue nggak sebanyak lo minumnya. Gue masih sadar dan gue juga lihat.
Askar dan Ardi saling bertukar pandang. Mereka bangkit dari duduk dan berjalan ke samping, berusaha menghindar dari orang misterius yang semakin mendekat. Beberapa kali Askar dan Ardi tersandung meja dan kursi. Dengan mempercepat langkah kakinya, orang berjubah hitam tersebut mengejar mereka dan langsung melemparkan pisau hingga mengenai tangan Askar yang berjalan sempoyongan sehingga mudah untuk melempar pisau tepat sasaran ke arahnya. Sambil menahan rasa sakitnya, Askar berusaha lari dan menutupi luka di tangannya tersebut. Namun, ternyata orang berjubah tersebut tidak hanya membawa satu pisau. Dia merogoh kantong jubahnya yang besar dan melemparkan beberapa pisau ke arah Askar dan Ardi hingga salah satunya mengenai leher Ardi. Aldi tergeletak. Sementara Askar berusaha lari dan bersembunyi dibalik tangga. Orang misterius itu langsung menindih tubuh Ardi dan menyayat tangan serta wajah Ardi dengan begitu kejamnya. Dia memberikan secarik kertas pada Ardi dengan tulisan ‘Ini hukuman buat orang yang berani menyakiti Ve!’. Ardi yang masih berusaha membuka mata dengan menahan rasa sakit membaca tulisan tersebut. Askar menyaksikan kejadian itu dari balik tangga. Keringatnya terus mengucur dan tangannya gemetar.
ARDI
(berbicara terbata-bata sambil terbaring meringis kesakitan)
Meskipun lo mem—bunuh gue, gue te—tetap ti—dak menyesal telah menyakiti ce—wek aneh itu.
Orang berjubah hitam tersebut berdiri sambil mengepalkan tangan, lalu menjatuhkan beberapa pisaunya di dada Ardi. Ardi melengking kuat hingga jantungnya berhenti berdetak dan matanya terbelalak. Askar semakin gemetar ketakutan melihat Askar bersimbah darah, dibunuh secara sadis oleh orang yang tak dikenalnya. Setelah puas membunuh Ardi, orang berjubah hitam tersebut berjalan pelan mendekati tangga seolah tahu bahwa Askar tengah bersembunyi di sana. Askar pun hanya bisa pasrah saat tangannya ditarik dan tubuhnya didorong hingga dia jatuh tersungkur di samping tubuh Ardi. Askar pun membaca secarik kertas yang tergeletak di lantai.
ASKAR
(menatap takut orang berjubah hitam yang ada di depannya)
Tolong maafin gue. Gue tau gue sama Ardi udah salah sama Ve. Gue akui gue pernah bully Ve, bahkan melukai tangannya, juga berniat mau macem-macem sama dia. Gue menyesal. Ampuni gue. Gue nggak akan macem-macem sama dia lagi. Tolong kasih gue kesempatan.
Tanpa memedulikan permohonan maaf Askar, orang berjubah hitam tersebut justru menarik kepala Askar dan membenturkannya ke meja berulang kali hingga kepala lelaki tersebut berlumuran darah. Askar pun mulai merasa lemas. Selanjutnya orang misterius itu menyayat tangan Askar dengan pisau. Setelah itu dia menebaskan pisau ke setiap kuku di jari kaki Askar. Bahkan kuku-kuku jari tangan Askar dicungkilnya hingga terlepas.
ASKAR
(berteriak dan berusaha menahan sakit)
Berhenti. Tolong maafin gue.
Mengabaikan permintaan maaf Askar, orang misterius itu berusaha menancapkan salah satu pisaunya tepat di jantung Askar. Askar berusaha menghindar dengan menggulingkan tubuhnya, tetapi orang misterius itu begitu pandai dalam melempar pisaunya hingga akhirnya berhasil mengenai dada Askar. Selanjutnya dia juga mengambil paku dari kantong jubahnya dan menancapkannya di kening Askar. Pekikan hebat Askar menjadi akhir dari peristiwa mengerikan itu sekaligus menjadi detik terakhir jantungnya berdetak. Orang misterius tersebut mengambil secarik kertas yang ditulisinya tadi dan pergi meninggalkan rumah Askar.