CUT TO
10. EXT. DI LANTAI EMPAT SEKOLAH – PAGI
CAST: Ve, Brilian, Alena
Ve berjalan mengendap-endap di tangga menuju ke lantai empat sambil celingukan, memastikan tidak ada yang mengikutinya. Suasana tampak sepi karena kelas yang lainnya sedang masuk. Saat sampai di atas, Ve merenung seorang diri dan melihat ke bawah. Air mata meluncur membasahi pipinya. Ve memejamkan mata cukup lama sembari mengepalkan tangan. Begitu membuka mata, Ve mengangkat salah satu kakinya bersiap untuk loncat. Namun, dengan sigap sebuah tangan menariknya hingga Ve jatuh ke pelukan orang tersebut. Tangan itu mendekapnya erat membuat Ve mendengar jelas irama jantung yang tak beraturan dari dada bidang yang ditempeli oleh pipinya. Lalu dengan cepat Ve melepaskan diri dan menarik mundur kakinya. BRILIAN yang telah menyelamatkan nyawa Ve tersebut melangkah mendekat.
BRILIAN
(menatap lekat Ve)
Kamu gila, ya? Mau bunuh diri? Kamu tega nyakitin diri kamu sendiri? Apa sedangkal itu pikiran kamu? Bego!
Ve menatap serius Brilian yang berada di hadapannya. Dia meneteskan air mata lagi.
BRILIAN
(menghela napas)
Sorry, aku nggak bermaksud kasar. Aku cuma nggak mau kamu sampai mati konyol cuma gara-gara mereka yang nyakitin kamu. Aku tau pasti sakit kan tiap hari di-bully? Sakit melihat kebencian di mata mereka semua. Bahkan luka yang ada di tangan kamu sampai nggak terasa sakitnya karena hati kamu lebih sakit. Rasanya emang nggak enak banget, tapi bukan gini caranya. Ini jalan pintas yang bodoh! Yang ada mereka bakalan tertawa bahagia karena berhasil bikin kamu menyerah dan mati. Mereka akan merasa menang.
Ve tertegun. Brilian menarik tangan Ve, memaksanya duduk. Mereka duduk berhadapan, tetapi Ve memilih mengalihkan pandangannya ke arah lain.
BRILIAN
Namaku Brilian. Anak X IPS2. Sebelum kamu bilang makasih, aku akan jawab dulu, sama-sama.
Ve menatap sinis. Namun, Brilian justru tertawa.
BRILIAN
Pelototin aja. Aku nggak akan takut, malah seneng. Kayanya nanti malah lama-lama aku akan jatuh cinta atau kamu yang akan jatuh cinta.
Brilian mendekatkan wajahnya membuat mata mereka saling bertemu. Lalu dengan cepat Brilian memegang kedua tahi lalat kecil yang berada di bawah mata Ve. Ve pun langsung menampiknya.
VE
Jangan coba-coba kurang ajar sama aku!
BRILIAN
Yes! Akhirnya aku berhasil bikin kamu ngomong. Sorry ya, aku bukan cowok berotak mesum. Cuma lucu aja ada dua tahi lalat di situ.
VE
(mengalihkan pandangan ke arah lain)
Kamu kenapa tiba-tiba muncul? Terus dari kata-kata kamu tadi kayanya kamu tau tentang aku atau cuma berlagak sok tau?
BRILIAN
Kamu aja yang nggak lihat aku. Padahal aku selalu merhatiin kamu. Jadi aku tau semuanya. Terus kenapa aku ada di sini, aku emang tiap jam istirahat selalu ke sini buat menggagalkan rencana orang-orang berpemikirian dangkal kaya kamu.
VE
Maksudnya?
BRILIAN
Hampir setiap hari selalu ada yang ke sini pada jam istirahat buat melakukan percobaan bunuh diri.
VE
Dan kamu yang selalu menggagalkan usaha mereka? Sok berlagak jadi malaikat.
BRILIAN
(tersenyum dan mengalihkan pandangannya ke arah lain)
Aku bukan sok jadi malaikat. Aku ngerti gimana rasanya jadi kalian. Aku pun pernah mencoba melakukan seperti apa yang kalian lakukan sampai akhirnya aku sadar kalau hidupku terlalu berharga untuk aku sia-siakan hanya karena orang-orang yang bahkan nggak peduli ada atau tidaknya aku. Aku bisa bangkit dan mengubah hidupku. Jadi aku merasa berkewajiban untuk menolong kalian yang hampir putus asa seperti aku.
VE
(menatap Brilian)
Emangnya kamu kenapa? Apa yang kamu alami?
BRILIAN
Sama seperti kamu. Di-bully. Dulu aku itu gemuk banget. Aku pendek dan berkulit hitam. Pokoknya aku itu jelek banget di mata orang-orang yang hanya bisa menilai orang lain dari fisik. Di mana-mana aku diolok-olok dan diperlakukan buruk. Terutama saat di sekolah. Sampai rasanya sekolah itu seperti neraka buat aku. Aku mati-matian mengubah fisikku. Aku diet ketat, olahraga berlebihan tanpa memedulikan rasa capek yang aku rasain, dan aku bahkan nyoba berbagai krim pemutih untuk mengubah warna kulitku. Aku menyesal. Bodoh banget aku nyiksa diri sendiri cuma karena dengerin omongan orang.
VE
Jangan menyesali diri kamu yang sekarang. Anggap aja perubahan yang kamu lakukan waktu itu adalah untuk kebahagiaan kamu sendiri dan bukan untuk orang lain.
Brilian menatap Ve lekat.
BRILIAN
Kata orang-orang kamu itu jarang ngomong. Sampai semuanya ngira kamu itu bukan manusia. Apalagi dengan penampilan kamu yang kaya gini, tapi kenapa di depan aku beda? Kamu asyik juga orangnya.
VE
(membalas tatapan Brilian)
Karena aku melihat ketulusan di mata kamu. Sepertinya kamu memang orang baik. Aku merasa ada. Aku merasa seperti bukan orang asing. Terlebih kita mengalami hal yang sama.
BRILIAN
Kenapa kamu percaya sama mata?
VE
Mata itu lebih jujur daripada bibir. Mata bisa mengungkap segala yang tersembunyi tanpa mengeluarkan suara. Bibir banyak membohongi aku, sedangkan mata selalu memberi petunjuk nyata yang menyelamatkanku dari mereka yang senang bermain sandiwara.
BRILIAN
Sekarang aku tau kenapa di bawah kedua mata kamu itu ada tahi lalat. Kayanya tahi lalat itu yang ngasih kamu kekuatan buat membaca pikiran orang.
VE
(mengalihkan pandangan ke arah lain)
Kayanya kamu satu-satunya orang yang merhatiin tahi lalat ini. Ini cuma tahi lalat biasa. Aku nggak bisa baca pikiran orang. Aku cuma bisa lihat ketulusan orang dari matanya.
BRILIAN
(tersenyum memandang Ve)
Kalau gitu aku juga akan jadi satu-satunya laki-laki yang kamu cintai.
VE
Aku nggak punya waktu untuk mencintai. Dibandingkan cinta, aku lebih memahami apa itu benci karena hidupku dipenuhi kebencian.
BRILIAN
Aku pastiin aku bisa bikin kamu punya banyak waktu untuk mencintai aku, juga untuk mencintai diri kamu sendiri.
Ve beranjak dari duduknya dan melenggang pergi. Namun, langkahnya terhenti ketika melihat Alena yang tiba-tiba muncul, berdiri dengan tatapan sinis.
VE
(ekspresi wajah takut dan mengucap lirih)
Alena.
Brilian dengan sigap langsung berdiri di depan Ve begitu melihat ketakutan di wajah Ve.
BRILIAN
(menatap tajam ke arah Alena)
Lo pasti mau bully dia lagi, kan? Apa sih salah dia sama lo? Lo nggak ada kerjaan lain apa selain bikin anak orang menderita?
ALENA
(tertawa kecil dan menatap Brilian tajam)
Gue nggak kenal siapa lo. Nggak usah ikut campur! Ini urusan gue sama hantu kecil itu. Nggak usah sok jadi pahlawan deh. Pergi lo!
BRILIAN
Enggak. Selama ada gue, Ve akan aman. Gue nggak akan biarin siapa pun atau apa pun nyakitin dia, bahkan semut sekalipun.
Ve memandangi Brilian yang kini terlihat seperti pahlawan baginya itu. Ve melangkahkan kakinya hingga berada tepat di samping Brilian.
VE
Kamu pergi aja. Ini urusan aku sama dia. Aku nggak akan kenapa-kenapa.
BRILIAN
(menatap Ve dan menggeleng)
Enggak. Aku nggak akan pergi.
VE
Kalau kamu nggak pergi sekarang, aku nggak akan mau ngomong lagi sama kamu.
Brilian menatap Ve dengan kesal. Dia berpikir sejenak. Brilian menuruti permintaan Ve dengan turun dari lantai empat tersebut.
ALENA
(melangkah mendekati Ve)
Dia siapa? Pacar lo? Ada ya cowok yang mau deket sama lo.
Ve memundurkan langkahnya. Dengan secepat kilat Alena menarik kuat kerah baju Ve, kemudian menjambak rambutnya.
ALENA
Lo pasti kangen gue, ya? Setelah sekian lama akhirnya kita ketemu lagi.
Ve tetap diam dengan ekspresi wajah datar.
ALENA
Ayo ngomong! Lo takut sama gue? Oke, gue akan bikin lo lebih takut lagi.
Alena merogoh silet dari saku bajunya. Ve mulai ketakutan. Dia berusaha melepaskan diri, tetapi rambutnya masih ditarik dengan kuat oleh Alena. Alena langsung menggoreskan silet itu di pipi mulus Ve. Ve pun mengedau. Sementara Alena tertawa puas.
VE
Kenapa kamu melakukan ini?
ALENA
Gue benci lihat wajah lo! Bibir mungil lo, kulit mulus lo, rambut panjang lo, lo itu kaya copy paste gue! Gue jijik disamain sama lo! Gue akan bikin wajah lo rusak dan lo jadi jelek. Biar orang-orang juga semakin benci sama lo! Lo nggak akan pernah punya temen, apalagi pacar. Cuma Alena yang boleh cantik!
PAUSE
Inget ya, jangan pernah kasih tahu Jessie tentang apa yang dia nggak tau. Kalau sampai dia tau gue kenal sama lo, gue akan mempercepat kematian lo dan orang-orang yang lo sayang. Milka contohnya. Oke cukup buat kali ini. Kita lanjutkan permainan kita lain kali.
Alena melepaskan rambut Ve dan mendorongnya dengan kuat hingga Ve terjatuh. Ve menangis memegangi pipinya yang sakit.
FADE IN
11. INT. KAMAR INDEKOS VE - MALAM
CAST: Ve
Ve duduk di tempat tidur, menyentuh pipi sebelah kanannya yang masih sakit akibat goresan silet yang diberikan Alena. Dia pun meringis kesakitan.
FLASHES
Masa-masa Ve di-bully ketika SMP.
CUT TO
Ve tersadar dari lamunannya. Ve berjalan perlahan menuju meja belajarnya. Tangannya menelisik mencoba mencari sesuatu di laci. Ve tersenyum. Sebuah pisau kecil digenggamnya. Ve langsung menggoreskan pisau itu di pipinya sebelah kiri. Seolah tak merasakan sakit, Ve justru tersenyum puas. Kini kedua pipinya sama-sama memiliki luka.