CUT TO
7. INT. KAMAR INDEKOS VE – MALAM
CAST: Ve
Ve berbaring dan memandangi atap lama seperti sedang memikirkan sesuatu. Perlahan mata Ve pun tertutup. Baru saja tertidur, Ve terbangun karena terkejut mendengar sebuah suara.
SUARA ORANG MEMOTONG KUKU DENGAN ALAT PEMOTONG KUKU YANG SEMAKIN LAMA SEMAKIN TERDENGAR JELAS DAN SUARA KIPAS ANGIN DI KAMAR VE.
Ve mengucek matanya. Melihat sekelilingnya untuk mencari sumber suara. Ve mengabaikan suara tersebut dan memejamkan mata kembali. Suara aneh itu terdengar lagi dan semakin lama semakin terdengar jelas seolah berada tepat di samping Ve. Ve terkesiap dan langsung membuka mata. Begitu matanya terbuka, suara itu mendadak menghilang. Tidak ada suara apa pun lagi selain suara kipas angin di kamarnya. Ve kembali menutup mata. Suara itu kembali. Saat Ve membuka mata, suara itu menghilang lagi. Ve mulai takut dan berkeringat. Ve memutuskan untuk menutup rapat-rapat matanya dan tidak ingin membukanya lagi meski suara itu kembali terdengar begitu jelas di samping telinganya. Perlahan Ve tertidur nyenyak.
FADE IN
8. EXT. DI JALAN – PAGI
CAST: Ve, Nura, sopir Nura
Ve berjalan perlahan menuju sekolah dengan menunduk. Di tengah perjalanan, tiba-tiba sebuah mobil berhenti di dekatnya. Kaca mobil tersebut perlahan terbuka. Ve pun menghentikan langkahnya.
NURA
(tersenyum ramah dari dalam mobil)
Ve, bareng yuk.
Ve menggeleng.
SOPIR NURA
(berbisik pada Nura yang duduk di belakang)
Non, itu temen, Non? Kok horor gitu, Non? Kaya bukan manusia.
NURA
(ekspresi wajah kesal)
Diem kamu! Dia temen aku. Jangan menghina dia.
Ve langsung memalingkan wajahnya saat mendengar perkataan mereka.
NURA
(menatap Ve dan tersenyum)
Ayo, Ve. Udah nggak usah malu.
Ve berpikir sejenak. Perlahan dia mendekat ke mobil Nura. Nura tersenyum senang. Sopir Nura pun membukakan pintu. Ve masuk ke dalam mobil dengan ragu.
CUT TO
9. EXT. DI DEPAN KELAS – PAGI
CAST: Ve, Milka, Nura
Ve dan Nura berjalan bergandengan, hendak masuk kelas. Namun, tiba-tiba Milka muncul dari dalam kelas mengadang langkah mereka sambil tersenyum. Ve dan Nura menghentikan langkah mereka. Nura melepaskan tangan Ve.
MILKA
Eh kalian berangkat bareng, ya? Kok datengnya gandengan?
NURA
Iya, Mil. Tadi aku nggak sengaja ketemu Ve di jalan. Jadi aku ajak bareng aja sekalian.
MILKA
Oh gitu. Eh Ve, gue mau ngomong sama lo. Nur, lo masuk duluan aja.
Nura mengangguk dengan ekspresi wajah datar. Milka mendekati Ve, menggandeng Ve dan membawanya duduk di bangku yang ada di depan kelas.
MILKA
Ve, gue ikut sedih melihat apa yang dilakukan geng RG sama lo. Gue ngerti, pasti rasanya tersiksa banget ya jadi lo? Lo yang kuat, ya. Suatu saat mereka pasti akan nyesel dan minta maaf sama lo.
VE
(menatap Milka dan tersenyum tipis)
Makasih udah baik sama aku. Padahal aku ini cewek aneh yang dibenci dan dijauhi semua orang. Waktu itu kamu sempet minta aku jadi temen kamu, kan? Aku mau kok jadi temen kamu.
MILKA
(tersenyum)
Gue seneng banget akhirnya lo mau ngomong dan bahkan mau temenan sama gue. Lo harus inget kata-kata gue, gue akan selalu ada buat lo dan nggak akan biarin lo ketakutan atau merasa sendiri.
Ve mengangguk dan tersenyum lagi.
VE
Emm... Milka, aku mau nanya. Di lantai paling atas itu ada apa? Bukannya kelasnya cuma sampai lantai tiga?
MILKA
Ada ruang buat latihan ekskul tari, aula, lab, sama gudang. Jadi cuma kepake pas diperlukan aja. Makanya di sana sepi. Nggak ada yang berani ke sana sendirian. Katanya sih horor.
VE
Oh gitu. Bukannya di lantai paling bawah udah ada gudang?
MILKA
Kalau gudang yang ada di bawah itu buat nyimpen alat-alat olahraga. Kalau yang di atas itu buat nyimpen alat-alat marching band. Ada yang mau ditanyain lagi? Lo bisa tanya apa aja ke gue kok. Kita kan temen.
VE
Makasih. Kamu nggak takut sama aku?
MILKA
(tertawa kecil)
Takut? Kenapa? Karena penampilan lo yang kata orang-orang kaya hantu? Gue nggak takut hantu. Bukannya penampilan gue lebih nyeremin ya? Kaya preman. Rambut acak-acakan, baju jarang dimasukin, rok kusut.
VE
Kalau aku beneran hantu, emang kamu mau temenan sama aku?
MILKA
Apa pun lo, mau lo dinosaurus atau alien sekali pun, gue tetep akan jadi temen lo karena gue yakin lo akan tetep jadi baik bagaimanapun wujud lo.
VE
Kamu kan belum kenal aku. Sedikit pun belum. Siapa tau aku sangat berbeda dengan penilaian kamu.
MILKA
Gue nggak peduli. Gue tetep mau jadi temen lo.
VE
(tersenyum tipis)
Keras kepala.
MILKA
Emang ada ya manusia berkepala lunak? Serem banget.
Milka terbahak. Sementara Ve hanya tersenyum tipis.
MILKA
Betah banget sih lo pasang wajah datar gitu. Eh bentar ya gue ke kelas IPA2 dulu. Gue ada perlu sama temen gue di sana.
Ve mengangguk. Dia tampak sedang memikirkan sesuatu. Milka berjalan meninggalkan Ve. Ve memandang ke arah Milka yang perlahan mulai lenyap dari pandangannya.