Surat dari Laut
1. Pulang
Skrip ini masih diperiksa oleh kurator

Surat dari Laut


Written by 

Cahaya Muslim P S


1 INT . INDEKOS - NIGHT                      1


Rima membolak-balik kertas skripsinya yang baru diprint.


RIMA


Sebentar lagi, aku sidang. Abis sidang, lulus, wisuda. Habis itu,aku bisa pulang kampung, deh (Rima menggenggam tumpukan kertas skripsinya sambil tersenyum)


(Telepon berdering)


Rima melihat layar ponsel yang ternyata dari ibunya


RIMA


Ibu, baru aku mau nelepon ibu. Bu, Alhamdulillah sebentar lagi aku lulus kuliah, Bu.


IBU


Alhamdulillah. Ibu turut senang, Nak dengarnya. Tapi, kamu bisa pulang besok pagi?


(Senyum di wajah Rima perlahan-lahan memudar dan berganti kekhawatiran)


CUT TO


2 INT. DALAM BUS - MORNING                    2


Rima menatap jendela bus dan sesekali melirik ponselnya. Dia berusaha menelepon ibunya.


Wajahnya terlihat cemas.


RIMA


Halo, Bang. Ibu ke mana, sih? Ditelepon nggak diangkat-angkat, tapi aku disuruh pulang. Ada apa, sih sampai mendesak seperti ini?


ABANG


Bus kamu sudah berangkat, ya? 5 jam lagi sampai sini? Hmm … Nanti Insya Allah Abang jemput di terminal, ya.


(Telepon terputus)


Rima hanya bisa menelan ludahnya berkali-kali. Wajahnya memelas karena khawatir. Dia pun mengambil earphone dan memejamkan mata.


CUT TO


3 INT. RUMAH RIMA - NIGHT                     3


(Suara gemuruh orang mengaji)


Terlihat orang-orang berpakaian hitam mengaji di depan jasad Ayahnya Rima.


Rima jatuh tertunduk sambil menangis di depan jenazah ayahnya.


RIMA


Ayah, maafin Rima karena sibuk kuliah. Rima nyesel jarang pulang, Yah. Ayah, bangun. Rima sebentar lagi lulus. Ayah bisa lihat Rima pakai toga. Ini, kan impian ayah?


CUT TO

(Mata Rima terbelalak)



4 INT. DALAM BUS - AFTERNOON                   4 


Keringatan bercucur di wajah Rima. Pandangannya hanya menangkap belakang kursi bus berwarna biru.

Rima melihat ke luar jendela dan mendapati dirinya masih berada di bus yang sedang berada di jalan tol.


Rima memeriksa ponselnya dan berusaha menelepon kembali ibunya. Masih tidak aktif.


Saat sedang berusaha menelepon, Rima melihat seorang ayah dan anak perempuannya yang beranjak ABG di kursi sebelah bus.


Ayahnya mengajak bercanda, tetapi direspons dengan cuek oleh sang anak.


ABG PEREMPUAN


Iya, Ayah. Aku pasti inget nasihat ayah. Jangan keras-keras ngomongnya. Aku malu. Kayak anak kecil aja pergi ditemanin ayahnya. (Suara ABG itu memelan)


AYAH


Iya, deh anak Ayah udah besar, ya. Tapi tetep aja Ayah harus menjaga kamu. Nanti ayah pindah rumah juga, nih biar bisa mantau kamu 24 jam. Biarin malu kamu sekalian 


ABG PEREMPUAN


Ayah!


Mereka cengengesan bersama. Rima yang mendengar percakapan itu tersenyum sambil mengingat-ingat dirinya waktu ABG.

CUT TO


5 EXT. TEPI LAUT - MORNING                    5

RIMA


Pokoknya, aku mau merantau, Yah. Ayah jangan tahan aku di sini (Rima berbicara sambil berlaga membuang muka)


AYAH RIMA


Mau ke mana sih, Sayang? Ngapain jauh-jauh buat belajar? Dekat sini juga ada, kok kampus.


RIMA

(Rima menggeleng-geleng) Beda, Ayah. Aku mau kuliah di kampus yang ada di Malang. Di situ bagus banget ilmu kelautannya.


AYAH RIMA


Loh, kamu mau kuliah di kelautan? Kampung kita ini laut semua, Nak. Kamu juga kan punya ayah seorang Nelayan. Sini belajar sama ayah.


RIMA


Justru itu, Yah. Aku mau jadi Menteri Kelautan. Aku mau mengubah nasib para Nelayan Indonesia agar sejahtera. Nanti kan Ayah juga melautnya lancar kalau aku bisa jadi Menteri.


(Ayah tersenyum sambil terus memilah-milah ikan hasil tangkapannya).


CUT TO


6 EXT. TERMINAL BUS. NIGHT                    6


(Bus memasuki terminal Tegal)


Rima turun dari bus sambil tersenyum menghirup udara.


Dengan wajah manjanya, Rima menyampaikan kekecewaan karena disuruh pulang tiba-tiba.

RIMA


Sepenting apa, sih, Bang sampe aku disuruh pulang gini? Kok Ibu nggak ikut jemput? 


(Rima berusaha menahan ekspresi wajah cemberutnya agar tidak terlihat khawatir)


ABANG


Ibu sakit. Abang nggak bisa ceritain di telepon karena takut kamu kepikiran sepanjang perjalanan. 


Rima berhenti melangkahkan kakinya


RIMA


Sakitnya, nggak parah kan, Bang?


Abang diam dan melanjutkan perjalanannya menuju motor yang diparkir. Sepanjang perjalanan, Rima tidak berkata satu patah kata pun saat duduk di atas motor.


Rima mengingat mimpinya tadi saat di bus.


CUT TO


Suasana halaman rumah Rima sepi. Hanya terdengar suara jangkrik. Rima turun dari motor sambil mengembuskan napas lega.


7 INT. RUMAH RIMA - NIGHT                     7


Rima membuka pintu kayu yang sudah reot dengan perlahan. Terlihat, ada seorang wanita paruh baya dengan rambut kusut terduduk bersandar lemas di headboard (Kepala tempat tidur).


Wajahnya pucat. Wanita itu tampak tersenyum lemah. 


RIMA

Ya Allah, Ibu kenapa? 


(Rima mencium tangan, kemudian mengelus-elus kedua bahu Ibunya).


IBU


Ibu senang kamu di sini, Nak.


Rima mengedarkan pandangannya ke sekeliling kamar.


RIMA


Ayah lagi melaut, ya? Kapan pulang? Sudah dikabari kalau Ibu sakit?


Suasana hening. (Kamera mengarah ke wajah ibu dan Abang. Mereka saling bertatapan).



Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar