Riri berdiri di depan gerbang sekolah. Menunggu Ayunda yang belum keluar juga dari kelasnya. Kelas mereka berlima memang berbeda. Atarik yang berada di kelas 12-F IPS, Tania yang berada di kelas 12-C IPA, Ifan yang berada di kelas 12-G IPS, Riri yang berada di kelas 12-E IPA dan Ayunda yang berada di kelas 12-A IPA. Meskipun begitu, mereka berlima tetap akur.
"Anak Papa lagi nunggu di jemput ya?" Riri berjalan mondar-mandir di depan gerbang. Mengabaikan ucapan Daniel yang baginya hanya sebuah angin lalu. "Tumben belum dijemput, biasanyakan, sudah ada di depan kelas?" Sahut teman Daniel yang bertubuh tinggi. Daniel dan ketiga temannya tertawa, seakan-akan sedang mengejek Riri, dan Riri tau itu. dirinya sudah kebal menghadapi sikap Daniel dan teman-teman Daniel terhadapnya. Riri tidak tau apa salahnya sampai-sampai ia sering jadi bahan olok-olokan bagi Daniel dan teman-temannya?. Setiap hari, mereka memang selalu memancing emosi Riri, dan selalu membuat masalah dengan Riri jika di kelas.
Seperti kali ini, emosi Riri terpancing saat salah satu teman Daniel yang bernama Beni itu menarik krudung panjang Riri sampai-sampai bagian belakangnya sobek.
"Apa-apaan sih lo? Sobek nih, krudung gue," Kata Riri sambil meraba-raba krudung bagian belakangnya.
"Minta beli yang barulah! Lo kan anak papa."
"kalau gue anak papa berarti apa-apa gue juga harus minta sama papa? Gitu? Lo pikir uang nyarinya gampang apa? Gue emang anak papa, pengusaha kaya. Tapi bukan berarti gue harus minta papa buat nurutin semua keinginan gue. Gue masih punya hati dan otak," Terang Riri dengan penuh emosi dan kekesalan. Tapi syukurlah perdebatan itu tidak terjadi lama karena Ayunda langsung mengajak Riri pergi.
_
Siang ini setelah sepulang sekolah, Ayunda, Tania, Atarik, Riri, dan Ifan pergi ke sanggar karena Herdi yang meminta. Sepertinya akan ada sesuatu yang ingin dibicarakan. Dan benar saja, saat mereka baru saja tiba, Herdi langsung memberikan brosur satu-persatu pada mereka.
"Apa ini kak?" tanya Ifan seraya membaca brosurnya.
"Akan ada sebuah audisi Indonesia Mencari Bintang yang diadakan di beberapa kota besar seperti Surabaya, Semarang, Yogyakarta, Bandung, Tangeran dan lainnya. Gimana kalau kalian ikut aja? Siapa tau, kalian masuk grand final. Nanti kalian akan ke Jakarta."
"Masalahnya kak, kita kan nggak bisa akting. Nggak tau kalau Tania? Dia pasti bisa," Kata Riri.
"Audisi itu tidak hanya untuk orang-orang yang pintar akting saja, orang yang pintar nyanyi atau orang yang memiliki bakat di bidang musik, bisa kok ikutan audisi itu," Jelas Herdi. Mereka diam. Berpikir apakah mereka akan mengikuti audisi tersebut atau tidak? Mencari sisi positif dari mengikuti audisi tersebut.
"Kenapa kalian diam? Kalian nggak mau ikutan audisi kayak gini? Ini keuntungan besar lho, bagi kalian. Kalian nggak perlu bersusah payah untuk menunjukkan dunia bahwa kalian bisa. Cukup ikut ini aja. Nanti saya yang daftarin."
Mereka tetap diam dan Herdi tau apa yang mereka pikirkan. Mereka masih ragu untuk melangkah maju, ibarat seorang pendaki gunung yang ragu untuk meneruskan perjalanannya yang hampir sampai atau berhenti di tengah jalan.
"Keinginan tanpa sebuah tindakan, seperti mimpi yang nggak nyata. Saya tau kalian masih ragu melangkah maju." Herdi menarik nafasnya sejenak, "Sebenarnya, apa yang kalian ragukan? Siapa tau, dengan cara ini, kalian akan bisa dilihat orang, dan orang-orang nggak akan lagi meremehkan dan menginjak-injak kalian lagi. Bukankah itu kemauan kalian sejak dulu?"
"Kita nggak ragu kak, tapi kita lagi mikir bagaimana caranya kita membalas kebaikan kak Herdi yang selalu membantu kita," Celetuk Tania yang tersenyum tipis. Herdi menyipitkan matanya, "jadi kalian setuju buat ikut audisi?"
"Ya setujulah kak! Ngapain juga kita sia-siakan kesempatan yang ada," Kata Atarik yang diangguki Ayunda, Tania, Ifan dan Riri sambil tersenyum. Pertanda bahwa mereka setuju.
Herdi tersenyum, "Yaudah, kalau gitu, besok kita kumpul-kumpul lagi, membahas seni apa yang ingin kalian tampilkan. Besok kalian liburkan?"
Mereka kompak mengangguk cepat. "Besok pagi kita kumpul di kafe."
_
Aroma kopi begitu menyengat di indera penciuman. Banyak orang berdatangan untuk menghabiskan waktu libur dengan menongkrong bersama teman, atau yang lain. Tak terkecuali dengan Tania, Atarik, Ifan, Ayunda, Riri dan Herdi. Sesuai kesepakatan kemarin, pagi ini mereka datang ke kafe untuk merencanakan seni apa yang ingin mereka tampilkan pada sebuah audisi.
"Sudah kalian pikirkan, apa yang ingin kalian tampilkan?" Tanya Herdi setelah meminum hot coffe yang ia pesan tadi. Telunjuk kanan Riri mengetuk kepalanya pelan, berupaya untuk berpikir. Cukup lama ia berpikir, akhirnya sebuah ide melintas dipikirannya.
"Kak Herdi, gimana kalau kita bentuk band kecil-kecilan aja kak?" Ujar Riri. Herdi berpikir sejenak, "Buat band kecil-kecilan?" Riri mengangguk.
"Ide yang bagus sih. Tapi siapa yang nyanyi, dan kita mau nyanyi apa?"
"Gimana kalau kita nyanyi lagu AADC? Lagu itu populernyakan tahun dua ribuan. Nah, kita populerkan lagi aja kak. Lagipula, orang-orang jaman sekarang belum tentu taukan, lagu AADC? Jangankan lagunya, filmnya aja pasti nggak tau."
"Lo pengidola AADC?" Tanya Tania. "Iya."
Tania tersenyum semringah. "Wah, sama. Gue juga pengidola AADC satu dan dua lho?"
"Nggak nyangka gue, ternyata kita punya dua kesamaan yang sama," Kata Riri yang tak kalah bahagianya dari Tania.
"Kok malah jadi bahas film? Ini kita belum ngambil keputusan dari idenya Riri lho!" Merasa arah pembahasan mereka akan menyeleweng, Ifan langsung mengalihkannya kembali. Riri dan Tania yang merasa kesindir, langsung memilih bungkam.
"Ri kamu bisa jelasin lagi nggak usulan kamu tadi?" Pinta Herdi yang sepertinya belum merasa faham dengan idenya Riri tadi. Riri menarik nafas dalam-dalam, setelah itu ia hembuskan secara perlahan, "Gini lho kak, lagu pada tahun dua ribuan kan hampir musnah atau bahkan sudah musnah. Gimana kalau kita hidupakan lagi lagu-lagu tersebut? Orang-orang juga pada nggak taukan, kalau ada lagu sebagus kayak gitu?" Jelas Riri panjang lebar.
"Berarti, intinya, kita menghidupkan lagi lagu-lagu yang hampir musnah, gitu?"
"Iya kak. Gimana? Setuju nggak kak?"
Herdi mengangguk pelan, "Bagus Ri, saya suka ide kamu."
Riri tersenyum lebar, tidak menyangka jika idenya disetujui Herdi begitu saja.
"Lalu kita bentuk apa lagi Ri?" tanya Herdi lagi.
"Kita membentuk bandnya kak. Tania dan Ifan nanti yang nyanyi. Atarik main piano, dan Ayunda yang main biola."
"Kok, jadi kita sih? Terus lo, jadi apa?" Protes Ifan yang tak terima jika dirinya dijadikan Riri sebagai penyanyi, sedangkan Riri tidak kebagian apa-apa. "Tenang. Gue juga kebagian kok! Gue yang ngrekam. Subscriber gue kan udah banyak nih, nanti gue posting di chanel youtub gue. Siapa tau, nanti ada yang ngevote kalian."
"Ide yang sangat bagus Riri. Saya tidak menyangka sebelumnya, jika kamu mampu berpikir sejauh itu," Puji Herdi pada Riri. Mereka berempat memasang wajah bete.
"Gue kan nggak bisa main biola Ri?"
"Iya Ri, suara gue kan juga nggak bagus!"
"Suara lo itu bagus Fan. Lo itu nggak bisa menyadari karena yang bicara itu lo. Sedangkan yang mendengarkan itu kita," Bantah Riri dengan penuh bijak. Hal itu membuat Ifan kelabakan, tidak bisa berkutik. "Tapi—"
"udah, nggak usah tapi-tapian. Pokoknya, semuanya harus setuju sama keputusan gue. Nanti Ayunda akan dilatih sama kak Herdi. Iya kan kak?" Riri menatap Herdi. "Oh, iya dong, pasti. Nanti kalian semua akan saya latih."
"Tuh, dengerin. Nanti kalian akan dilatih sebagus mungkin. Jadi harus setuju, terima dan berani. Katanya, suatu saat nanti, ingin jadi bintang?"
"Ri, tapi kenapa harus ada gue segala yang jadi nyanyi?" Tanya Ifan yang masih belum terima dengan semua ini. "Kan lo nanti duet sama Tania. Lo jadi Eric dan Tania jadi Melly."
"Nyanyi lagu apa?"
"Ada Apa dengan Cinta? soundtrack film Ada Apa dengan Cinta? satu. Penyanyinya Melly Goeslaw dan Eric. Kenapa gue ngambil lagu ini? Karena lagu ini memiliki makna yang sangat bagus, tidak hanya itu. Filmya sering memenangkan dan meraih piala citra di ajang penghargaan bergensi. Begitupun dengan lagunya dan bagi orang-orang yang pernah menontong film ini pasti nggak asing sama lagunya begitupun sebaliknya. Gue jamin deh, lagunya pasti enak dan seru. Maka dari itu kita harus semangat latihan, biar kita bisa masuk grand final nantinya."
Mereka diam. Dan pada akhirnya mereka setuju dengan ide Riri tersebut.
Ya, siapa yang tidak mengerti film Ada Apa dengan Cinta? film ini dirilis pada tahun dua ribu dua dan meraih sukses besar di Indonesia, menyusul film Petualangan Sherina (2000) yang booming terlebih dahulu. Kesuksesan kedua film ini menandai kebangkitan kembali dunia perfilman Indonesia. Lagu tema Ada Apa dengan Cinta? yang dinyanyikan oleh Melly Goeslaw dan Eric menjadi hits, dan pasangan Rangga dan Cinta menjadi pasangan kekasih yang melegenda di era itu dan melambungkan nama aktor Nicholas Saputra dan aktris Dian Sastrowardoyo sebagai icon perfilman. film ini juga mampu melambungkan nama-nama aktor dan aktris lainnya seperti ; Titi Kamal, Adinia Wirasti, Ladya Cheryl, Sissy Priscillia dan Dennis Adhiswara. Tidak hanya itu, film ini juga memenangkan dan meraih piala di beberapa ajang penghargaan seperti ; Festifal Film Indonesia (FFI) 2004 dengan kategori sutradara terbaik ( Rudy Soedjarwo), pemeran utama wanita terbaik (Dian Sastrowardoyo), tata musik terbaik ( Anto Hoed dan Melly Goeslaw). Festifal Film Bandung (FFB) yang memenangkan semua kategori ; Film Terpuji, Sutradara Terpuji, Editing Terpuji, Skenario Terpuji, Fotografi Terpuji, Musik Terpuji dan Tata Rias terpuji. Anugerah Musik Indonesi (AMI) memenangkan kategori ; Lagu Terbaik (Ada Apa dengan Cinta?). sedangkan aktris Ladya Cheryl masuk nominasi Aktris Pendukung Wanita, dan aktor Nicholas Saputra masuk nominasi Aktor Terbaik diajang penghargaan Festifal Film Indonesia (FFI).
Keinginan tanpa sebuah tindakan, seperti mimpi yang nggak nyata.
(Ahmad Herdiansyah)